BerandaKajianTarbiyahDampak Negatif Kecerdasan Buatan (AI) terhadap Ketergantungan dan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis...

Dampak Negatif Kecerdasan Buatan (AI) terhadap Ketergantungan dan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa dalam Pendidikan

- Advertisement -spot_img

Munadharah Ilmiah Mahasantriwati Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisat Darusy Syahadah

Oleh : Nadila

Latar Belakang Masalah

 

Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Salah satu inovasi terbesar adalah hadirnya kecerdasan buatan (AI) yang mampu beradaptasi, mengambil keputusan, dan belajar secara mandiri layaknya manusia. Pemanfaatannya dalam pendidikan memberi peluang pembelajaran yang lebih personal sesuai gaya belajar, kemampuan, dan minat peserta didik.

Namun, di balik manfaatnya, penggunaan AI juga menimbulkan risiko. Siswa sering memanfaatkan chatbot atau ChatGPT untuk menjawab tugas dan ujian secara instan, sehingga menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis. Padahal, dalam Islam, berpikir kritis sangat penting untuk memilah antara haq dan batil, serta menjawab tantangan kehidupan dengan berpegang pada syariat. Allah berfirman:

وَلَا تَقۡفُ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰۤئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡؤُوْلࣰا ۝٣٦

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isrā’: 36)

Berpikir kritis sangat diperlukan bagi seorang Muslim, karena dalam menjawab dan menghadapi tantangan global saat ini, seorang Muslim membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk memecahkan persoalan dengan tetap berpegang pada syariat.  Ketergantungan pada AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis, akibatnya risiko terjadinya pemikiran dangkal dan ketidakmampuan menafsirkan informasi yang kompleks akan semakin meningkat.

Data Cloud Computing Indonesia menunjukkan tingkat adopsi AI di Indonesia mencapai 24,6%, tertinggi di ASEAN. Survei juga membuktikan bahwa sebagian mahasiswa cenderung kecanduan AI sehingga menurunkan motivasi belajar mandiri dan melemahkan kemampuan berpikir kritis. Kasus tragis di Orlando, AS, di mana seorang remaja bunuh diri setelah terpengaruh chatbot AI, menjadi peringatan akan bahaya psikologis teknologi ini.

Dengan demikian, meskipun AI membawa manfaat, ketergantungan berlebihan dapat mengikis kreativitas, menurunkan daya kritis, dan bahkan membahayakan psikologis pengguna. Oleh karena itu, perlu kesadaran untuk meminimalisir risiko sekaligus memaksimalkan manfaat AI dalam pendidikan. Atas dasar inilah penulis tertarik meneliti tema: “Dampak Negatif Kecerdasan Buatan (AI) terhadap Ketergantungan dan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa dalam Pendidikan.”

 

Definisi

 

1. Kecerdasan Buatan (AI)

Kecerdasan Buatan (AI) dalam Kamus Oxford merupakan pengembangan sistem komputer yang dapat melakukan tugas-tugas yang umumnya dilakukan oleh manusia.  Kecerdasan buatan adalah studi tentang bagaimana membuat komputer dapat melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan oleh manusia. Kecerdasan buatan mampu berbuat seperti apa yang dilakukan oleh manusia. AI juga mampu melakukan berbagai kegiatan kompleks, seperti membuat keputusan melalui metode analisis dan menggunakan data yang sudah tesedia dalam sistem komputer. Proses dari kecerdasan buatan (AI)  ini meliputi proses learning, reasoning, dan self-correction.

Menurut John McCarthy, Kecerdasan buatan atau biasa disebut Artificial Intelligence (AI) adalah ilmu dan teknik membuat mesin cerdas, terutama program komputer cerdas. Definisi ini menekankan pada penciptaan dan pemerograman komputer untuk melakukan tugas yang memerlukan kecerdasan manusia.  Sedangkan menurut Stuart Russell dan Peter Norvig, mereka mendefinisikan AI sebagai “studi tentang agen cerdas.” Agen cerdas adalah sistem yang mampu mengamati lingkungannya, bertindak untuk memaksimalkan peluang keberhasilan, dan belajar dari pengalaman.

Secara umum, para ahli sepakat bahwa kecerdasan buatan adalah simulasi proses berpikir manusia dalam mesin. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah ilmu dan teknik komputer yang dapat melakukan sesuatu sebaik yang dilakukan oleh manusia melalui proses learning, reasoning, dan self-correction untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks.

 

  1. Ketergantungan

Ketergantungan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau sesuatu bergantung pada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.  Ketergantungan dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan keadaan seseorang yang belum mampu memikul tanggung jawabnya sendiri.  Ketergantungan juga didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang merasa tidak bisa hidup tanpa sesuatu atau pihak lain.  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa ketergantungan adalah keadaan di mana seseorang belum mampu memikul tanggung jawabnya sendiri sehingga merasa bergantung pada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.

 

  1. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah proses berpikir secara rasional, aktif, dan sistematis untuk mengevaluasi ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan, dan tindakan. Menurut Potter dan Perry berpikir kritis merupakan proses di mana seseorang atau individu dituntut untuk mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.  Adapun tujuan seseorang berpikir kritis untuk membuat jawaban dengan pengetahuan yang mendalam.

Direktur Pusat Bahasa City University of New York, mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses aktif, teratur, dan penuh makna yang digunakan untuk memahami dunia melalui penyelidikan secara sistematis terhadap proses berpikir itu sendiri.  Berpikir kritis melibatkan komponen-komponen utama seperti pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, dan sikap. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses berpikir secara sistematis, rasional, dan aktif untuk mengevaluasi informasi dan membuat penilaian atau keputusan berdasarkan pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, dan sikap.

 

  1. Siswa

Siswa dapat dikatakan sebagai murid atau pelajar yang merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan.  Siswa dalam KBBI adalah murid atau pelajar yang sedang menempuh pendidikan.  Siswa adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, memiliki keterampilan, berpengalaman, mempunyai kepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan Nasional mendefinisikan siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat yang sedang berusaha untuk mengembangkan potensi melalui pendidikan dalam tingkatan, jalur, dan jenis tertentu.  Pengertian tersebut menunjukkan bahwa istilah siswa tidak merujuk hanya pada satu jenjang pendidikan saja. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan murid atau pelajar yang mengikuti pembelajaran dengan tujuan mengembangkan potensi, memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia serta mandiri.

 

Manfaat AI dalam Pendidikan

 

Perkembangan teknologi dan informasi menjadi hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Kehadiran AI memberi manfaat yang cukup beragam dalam bidang pendidikan di antaranya:

1. Menemukan Sumber Belajar

Sumber pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya terpusat pada seorang guru. Namun, lebih luas daripada itu orientasi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa juga dengan memanfaatkan alat bantu sebagai bekal menghadapi pembelajaran. Salah satu alat yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar adalah Artificial Intilligence atau AI. Melalui AI setiap peserta didik dapat memperoleh informasi secara luas terutama dengan adanya fitur Chat GPT.

Chat GPT merupakan robot yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memungkinkan para pengguna mengatur serta mengarahkan sebuah percakapan sesuai dengan panjang, format, gaya, tingkat detail, dan bahasa yang diinginkan. melakukan interaksi dan membantu manusia dalam berbagai hal termasuk menemukan sumber belajar. Adanya aktivitas pembelajaran di dalam kelas yang cenderung monoton dapat menyebabkan siswa merasa bosan dan mencari alternatif sumber belajar lain. Maka dengan adanya fitur ChatGPT berbasis AI dapat meningkatkan antusiasme generasi muda untuk menjadikannya sebagai sumber belajar yang baru.

 

2. Membantu Menyelesaikan Tugas

Hadirnya Artifficial Intilligence dalam dunia pendidikan memunculkan berbagai kemudahan. Salah satu kemudahan yang diberikan oleh AI adalah sebagai alat yang membantu pelajar dalam menyelesaikan tugas. Teknologi kecerdasan buatan ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun artikel ilmiah, menjawab berbagai pertanyaan secara tepat, menganalisis tugas-tugas yang diberikan dan dapat juga memberikan saran tentang tugas mana yang harus diselesaikan lebih dahulu serta berbagai hal lainnya.

Artifficial Intilligence (AI) dapat mempercepat proses pengumpulan dan analisis data dengan memanfaatkan tekhnologi machine learning. Selain itu, sistem yang terintegrasi dalam AI dapat mendeteksi kesalahan tata bahasa, kesalahan penulisan, dan memberikan saran perbaikan secara instan. Dengan demikian, beragam tugas lain juga dapat diselesaikan oleh peserta didik melalui berbagai fitur dan kemudahan yang dimiliki oleh AI.

 

3. Memberikan Pembelajaran yang Personal dan Efektif

Artificial Intelligence (AI) berperan penting dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan, preferensi, serta perkembangan individual siswa. Contohnya sistem tutor AI, mampu memberikan bantuan personal dalam pembelajaran kepada siswa. Dengan analisis data yang cermat, AI dapat langsung mengidentifikasi  kelemahan individu dalam segi pemahaman materi, memberikan rekomendasi pembelajaran yang sudah disesuaikan, dan dapat memberikan umpan balik.

Artificial Intelligence (AI) juga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kurikulum dan materi pembelajaran agar dapat lebih cocok dengan gaya serta kebutuhan belajar siswa. Hal ini mengarah pada pengalaman belajar yang lebih terpersonalisasi dan efektif. Oleh karena itu, kurikulum dan materi pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan individu, sehingga memungkinkan setiap siswa untuk belajar secara lebih efektif.

 

Faktor yang Menyebabkan Ketergantungan Siswa pada AI dan Mengakibatkan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis

 

Ketergantungan siswa pada AI dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya:

 

1. Ketersediaan Jawaban yang Cepat dan Instan

Berkembangnya kecerdasan buatan (AI) juga menimbulkan kekhawatiran tentang berbagai dampaknya terhadap pendidikan. Fenomena saat ini, banyak siswa yang kurang percaya diri dengan jawaban yang mereka susun sendiri. Berdasarkan hal tersebut, akan mengarah pada efek ketergantungan disebabkan ketersediaan dan kemudahan memperoleh jawaban yang diberikan oleh AI dalam menjawab soal-soal yang menjadi tugas sekolah. Kecepatan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kecerdasan buatan

(AI) membuat siswa lebih tertarik dalam mencari semua jawaban pada AI.  Kemudahan ini mendorong siswa menjadi semakin bergantung pada kecerdasan buatan (AI).

 

2. Kemudahan Akses Informasi

Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) yang bersifat praktis, mudah, dan tidak membutuhkan waktu lama jelas akan berdampak pada menurunnya kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tersebut disebabkan AI dapat menyediakan akses ke informasi dan materi yang lebih luas dan lebih mudah didapatkan.  Karena siswa terbiasa dan mudah untuk mendapatkan informasi, mereka cenderung mengabaikan proses verifikasi dan analisis mendalam terhadap informasi tersebut. Tidak dapat dipungkiri, bahwa AI dengan segala akses terhadap informasinya yang cepat dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan generasi masa depan untuk mengevaluasi informasi secara kritis.

 

3. Efisien dalam menyelesaikan tugas

Salah satu keunggulan AI dalam penerapannya adalah efisiensi. Berdasarkan sejumlah situasi, AI mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang melebihi manusia.  AI mampu mengeksekusi berbagai tugas, seperti menyelesaikan masalah, pencarian web, pengenalan suara, pengenalan wajah, terjemahan bahasa, merekomendasikan produk, analisis data, dan penulisan esai. Akibatnya, siswa dan pengguna cenderung bergantung pada AI untuk menghemat waktu dan tenaga tanpa memproses informasi secara manual.

 

Dampak Negatif Kecerdasan Buatan (AI) terhadap Ketergantungan dan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa dalam Pendidikan

 

Banyaknya dampak positif yang diberikan oleh AI tentu diikuti dengan berbagai dampak negatif. Islam juga memperingatkan manusia untuk tidak berlebihan dalam memanfaatkan fasilitas duniawi hingga melupakan kewajiban pokoknya. Allah SWT berfirman:

وَٱبۡتَغِ فِیمَاۤ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلآخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِیبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡیَاۖ …

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS: Al-Qashash: 77).

Ayat ini mengingatkan bahwa teknologi, termasuk AI, adalah alat bantu yang harus digunakan untuk kebaikan dan tidak boleh menimbulkan ketergantungan yang mengalihkan manusia dari akhlak mulia dan tanggung jawabnya. Berdasarkan hal tersebut, maka penting bagi manusia untuk mengetahui dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh AI. Adapun dampak negatif hadirnya kecerdasan buatan di dunia pendidikan antara lain:

 

1. Menurunnya Kualitas Pelajar

Ketergantungan siswa terhadap teknologi AI dapat berakibat pada menurunnya kualitas pelajar. Penurunan kualitas ini ditunjukkan dengan semakin malasnya peserta didik dalam berpikir, kurang memahami pertanyaan yang rumit, tidak ingin mencari tahu lebih dalam tentang pertanyaan sulit yang diberikan karena mendapat jawaban instan secara langsung yang dapat mereka peroleh melalui AI.  Hal ini tentu menggerus daya berpikir peserta didik yang seharusnya dikembangkan melalui dunia pendidikan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan kualitas pelajar. Padahal seharusnya perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sehingga menjadi sangat penting bagi para pelajar untuk dapat mengontrol penggunaan AI agar tidak terjerumus dalam dampak negatif yang muncul dari kehadiran kecerdasaan buatan tersebut.

 

2. Ketidakmampuan dalam Menyelesaikan Masalah secara Mandiri

Ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat mengurangi kemampuan manusia dalam memecahkan masalah secara mandiri.  Ketika banyak hal menjadi begitu mudah dikerjakan dengan teknologi AI, manusia jadi mulai mengabaikan pentingnya berproses, bekerja keras, meneliti secara serius, dan melakukan langkah verifikasi yang memadai dan bertanggung jawab terhadap permasalahan yang di hadapi.  Pola pikir ini perlu ditekankan bahwa AI merupakan alat bantu, bukan pengganti kemampuan berpikir dan analitis peserta didik.

AI juga dapat memengaruhi sikap belajar peserta didik. Beberapa dari mereka mungkin merasa terintimidasi dengan kemajuan AI dalam problem solving dan analisis data. Mereka merasa yakin bahwa AI dapat melakukan tugas-tugas apapun yang mereka lakukan, sehingga hal ini secara jelas dapat mengurangi motivasi belajar mereka dalam menghadapi tantangan di dunia nyata.  Selain itu, siswa yang terlalu bergantung pada AI cenderung mengandalkan solusi yang diberikan oleh AI tanpa mencoba menemukan pendekatan alternatif atau mengembangkan ide baru secara mandiri dalam menyelesaikan masalah.

 

3. Mengurangi Kreatifitas

Ketergantungan pada AI dalam mendapatkan jawaban dan solusi dapat menimbulkan penurunan keterampilan berpikir kritis, mandiri, dan kemampuan mengembangkan ide-ide. Hal ini berpotensi membatasi kreativitas siswa karena mereka cenderung mengandalkan jawaban instan daripada mencari solusi secara mandiri. Penggunaan AI dalam pendidikan juga dapat menyebabkan homogenisasi pemikiran dan kurangnya keragaman ide karena sistem AI dirancang untuk memberikan jawaban dan solusi standar.

Ketergantungan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya kreativitas dan inovasi karena siswa tidak didorong untuk berpikir keras di luar kebiasaan dan mengembangkan perspektif unik mereka sendiri.  Selain itu, Jika siswa terlalu sering mengandalkan AI untuk mendapatkan ide atau solusi, mereka mungkin akan kehilangan kemampuan untuk mengembangkan ide secara rasional sehingga dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpikir kreatif secara mandiri.

 

4. Menurunnya Literasi Siswa

AI memiliki daya tarik yang membuat atensi siswa lebih memilih cara yang mudah ketimbang harus membaca referensi sehingga menyebabkan literasi siswa akan menurun karena mereka tidak perlu bersusah payah membaca jurnal atau buku.  Penggunaan AI yang masif juga menjadikan siswa malas untuk mencari referensi ataupun membaca buku sebagai pedoman pengetahuan mereka sendiri sehingga kebiasaan membaca dan memahami teks secara mendalam semakin berkurang. Literasi yang rendah akan berdampak pada kemampuan memahami konsep yang kompleks dan menghubungkannya dengan pengetahuan lain. Maka akibat kedepannya, para siswa kesulitan jika dihadapkan dengan tugas mencari dan menganalisis data secara manual.

 

5. Menyebabkan Risiko Plagiarisme

Maraknya penggunaan AI di kalangan siswa menjadi pemicu peningkatan kasus plagiarisme, karena siswa dapat dengan mudah mengakses dan menyalin informasi.  Ketergantungan pada teknologi AI, akan membuat siswa semakin menyepelekan integritas akademik jika tidak disertai dengan perilaku yang bijak. Beberapa penelitian telah menemukan perilaku tidak etis berupa menyalin dan menempel pembahasan yang dihasilkan oleh AI secara instan. Hal ini menimbulkan problematika berupa plagiarisme.

ChatGPT sebagai salah satu AI dengan pengguna terbanyak, dikategorikan sebagai platform dengan risiko plagiarisme yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Supriyadi tahun 2022 yang menunjukkan bahwa hasil pengujian turnitin pada artikel yang keseluruhan isinya dibuat oleh ChatGPT dan menghasilkan tingkat similarity index sebesar 67%. Hal ini dikarenakan sistem AI, terutama ChatGPT bekerja dengan mengambil data dari berbagai sumber tanpa memodifikasinya kembali. Sementara itu, plagiarisme merupakan hal yang dilarang sebab mengandung unsur berupa penggunaan ide, pemikiran, dan tulisan milik orang lain. Pada umumnya, plagiarisme memiliki bentuk berupa tidak dicantumkannya sumber atau informasi dari tulisan yang dikutip.

 

6. Menimbulkan Kepercayaan Diri yang Rendah

Penggunaan AI dapat menyebabkan ketergantungan dalam proses berpikir dan pemecahan masalah. Ketergantungan ini membuat siswa kurang terampil dalam mengembangkan keterampilan pemrosesan mental yang kompleks. Mereka cenderung mengandalkan AI untuk melakukan tugas-tugas berpikir tingkat tinggi, seperti memecahkan masalah atau menganalisis data. Hal tersebut menyebabkan kepercayaan diri siswa akan menurun karena mereka lebih percaya terhadap informasi yang disediakan oleh AI daripada informasi yang mereka dapatkan sendiri. Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk mengambil keputusan secara mandiri di masa depan.

 

7. Memberikan Dampak pada Interaksi Sosial

Ketergantungan terhadap penggunaan AI dapat berdampak terhadap menurunnya kemampuan interaksi sosial pada siswa. Penggunaan aplikasi AI dalam mencari jawaban dari setiap pertanyaan membawa dampak yang kompleks. Siswa menjadi lebih terbiasa berinteraksi dengan AI daripada berdiskusi dengan teman-temannya yang lain. Dampak tersebut membuat para siswa menjadi pribadi yang individualis dan enggan untuk mengatasi permasalahan secara berkelompok.

 

Kesimpulan

 

Kecerdasan buatan (AI) memiliki peran yang penting dalam dunia pendidikan, mulai dari menyediakan sumber belajar, membantu menyelesaikan tugas, hingga memberikan pembelajaran yang personal dan efektif. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada AI berisiko menurunkan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang berdampak pada menurunnya kualitas sebagai pelajar, ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah, mengurangi kreatifitas, menurunnya literasi, risiko plagiarisme, kepercayaan diri yang rendah, dan berdampak pada interaksi sosial. Hal itu disebabkan, AI memberikan jawaban yang cepat dan instan, kemudahan akses informasi, dan keefisienannya dalam menyelesaikan tugas. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan AI yang bijak dan seimbang agar teknologi ini dapat mendukung proses pembelajaran tanpa mengabaikan pengembangan karakter serta keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

 

 

___________________________

* Mohon maaf, demi menghindari plagiarisme, kami tidak menampilkan referensi lengkapnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami