BerandaMateri KhutbahKhutbah JumatFikih Prioritas: Memilah Antara Penting dan Terpenting

Fikih Prioritas: Memilah Antara Penting dan Terpenting

- Advertisement -spot_img

Bila antum menghendaki artikel khutbah jum’at berikut, silakan klik Santri Darsya

 

الحمدُ للهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الإِسْلَامِ وَالإِيْمَانِ، وَجَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِ الأَنَامِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ.
نَحْمَدُهُ حَمْدًا شَاكِرِينَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِقْرَارًا بِرُبُوبِيَّتِهِ وَإِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ.
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيبَنَا وَشَفِيعَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَهُدًى لِلنَّاسِ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ،
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وقالَ النَّبِيُّ ﷺ فِي الْحَدِيثِ: “اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ”

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Marilah kita senantiasa menundukkan hati di hadapan Allah ﷻ, memuji-Nya atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya, serta melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muḥammad ﷺ, yang telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana menimbang amal dengan ilmu dan hikmah.

Melalui mimbar dan di kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dalam setiap keadaan. Takwa bukan hanya diucapkan di lisan, tetapi diwujudkan dalam amal dan sikap hidup sehari-hari—di tempat kerja, di rumah, di dunia maya, maupun di tengah masyarakat.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Sungguh, banyak orang bersemangat dalam beramal, namun tidak semua memahami mana amal yang paling utama di sisi Allah. Ada yang begitu sibuk memperdebatkan perkara-perkara cabang, tetapi melupakan akar keimanan yang menjadi pondasi seluruh amal. Betapa sering manusia berdebat tentang bentuk, namun lalai dari substansi; sibuk dengan kulit, tapi lupa pada isi; memperindah lahiriah, tapi mengabaikan kebersihan hati. Inilah tanda bahwa kita perlu kembali menata arah hidup, agar amal yang kita lakukan bukan hanya banyak, tetapi juga bernilai tinggi di sisi Allah ﷻ.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Di antara tanda kematangan ilmu dan kedewasaan iman seseorang adalah ketika ia mampu menimbang mana perkara yang lebih utama untuk dilakukan, dan mana yang sebaiknya ditunda atau diabaikan. Inilah yang disebut oleh para ulama dengan fiqh al-awlawiyyāt — fikih prioritas, yaitu kemampuan menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai kadar dan nilai syar‘inya. Fikih ini berakar dari maqāṣid al-syarī‘ah, yaitu tujuan-tujuan agung dari syariat Islam: menjaga agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Orang yang memahami fikih prioritas tidak hanya bertanya “apa hukumnya?”, tetapi juga “apa yang paling Allah ridai di antara dua kebaikan ini?” dan “apa yang paling Allah murkai di antara dua keburukan ini?”. Dengan fikih inilah seorang mukmin menjadi bijak: tidak tergesa, tidak berlebihan, dan tidak tertipu oleh penampilan amal yang tampak besar namun kosong dari ruh keikhlasan dan hikmah.

Namun sayangnya, di zaman modern ini banyak kaum muslimin yang terbalik dalam menata prioritas hidupnya. Ada yang sangat sibuk memperhatikan penampilan syar‘i, tetapi lupa memperindah akhlak dalam pergaulan. Ada yang rajin membagikan konten dakwah di media sosial, tetapi jarang menengok tetangga yang kesusahan. Ada pula yang lantang bicara tentang politik Islam dan khilafah, tetapi malas menegakkan salat lima waktu yang merupakan tiang agama. Fenomena ini menunjukkan bahwa umat sedang krisis keseimbangan antara bentuk dan substansi, antara simbol dan nilai.

Sebagaimana dinasihatkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :

مَنْ فَقِهَ فِي أَوَامِرِ اللَّهِ وَنَوَاهِيهِ عَلِمَ أَنَّ مَنْ أَطَاعَهُ فِي غَيْرِ أَهَمِّ مِمَّا أَمَرَ بِهِ، وَتَرَكَ الْأَهَمَّ لِأَجْلِهِ، فَلَيْسَ مِنْ أَهْلِ الْفِقْهِ فِي دِينِهِ.

“Barang siapa menaati Allah dalam perkara yang tidak lebih penting, namun meninggalkan perkara yang lebih penting demi perkara itu, maka ia belum termasuk orang yang memahami agama Allah dengan benar.” (Lihat kitab Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, jilid 2, hlm. 21)

Nasehat ini mengingatkan kita bahwa tidak setiap ketaatan bernilai tinggi bila dilakukan tanpa pemahaman prioritas. Orang yang benar-benar faqih adalah yang tahu mana kewajiban yang paling urgen, mana sunnah yang bisa ditunda, dan mana amal yang harus diutamakan karena maslahatnya lebih besar bagi agama dan umat. Inilah keseimbangan yang menjadi ciri orang berilmu dan berakal sehat dalam pandangan syariat.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Di antara bukti keagungan ajaran Islam adalah bahwa setiap amal memiliki derajat dan nilai yang berbeda di sisi Allah ﷻ. Tidak semua amal memiliki bobot yang sama, dan tidak setiap kebaikan mendatangkan pahala yang setara. Karena itu, Allah mengajarkan kita untuk menimbang dan memahami mana amal yang lebih utama untuk didahulukan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

﴿ أَفَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُونَ عِندَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴾

(QS. At-Taubah: 19)

Dalam ayat ini Allah ﷻ menegur orang-orang yang menyamakan antara memelihara urusan lahiriah seperti memberi minum jamaah haji dan membangun Masjidil Haram — dua amal besar di mata manusia — dengan keutamaan iman dan jihad di jalan Allah. Allah menegaskan bahwa keduanya tidaklah sama dalam timbangan-Nya. Pesan ini mengajarkan kita bahwa ukuran amal bukan pada besarnya kerja lahir, tetapi pada kedalaman iman, niat yang ikhlas, dan maslahat yang lebih besar bagi agama. Itulah hakikat dari fiqh al-awlawiyyāt — ilmu untuk menimbang amal agar tidak salah dalam meletakkan prioritas.

Rasulullah ﷺ juga mengajarkan prinsip ini dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‘ūd raḍiyallāhu ‘anhu:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»

(HR. al-Bukhārī No. 527 dan Muslim No. 85)

Hadis ini menunjukkan dengan jelas bahwa Rasulullah ﷺ tidak menyamaratakan seluruh amal saleh, tetapi menempatkannya sesuai urutan keutamaannya. Beliau memulai dengan ṣalāh ‘alā waqtihā — salat tepat waktu — karena itulah tiang agama, penghubung antara hamba dengan Rabb-nya. Kemudian beliau menyebut birrul wālidayn — berbakti kepada kedua orang tua — karena dari ridha mereka terbuka pintu surga. Dan terakhir, jihād fī sabīlillāh — pengorbanan tertinggi demi meninggikan kalimat Allah. Dari susunan ini kita belajar bahwa tidak setiap kebaikan sama nilainya, dan orang yang bijak dalam beragama adalah yang tahu mana amal yang paling dicintai oleh Allah untuk ia dahulukan.

Maka, wahai kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Marilah kita belajar menata amal sesuai timbangannya. Jangan sampai kita sibuk dengan amalan yang tampak besar di mata manusia, tetapi meninggalkan yang lebih utama di sisi Allah. Jangan sampai semangat beramal membuat kita kehilangan arah karena tidak memahami urutan nilai amal. Barang siapa menata amalnya dengan ilmu dan hikmah, maka setiap langkahnya akan bernilai ibadah, dan hidupnya akan menjadi perjalanan menuju ridha Allah ﷻ yang penuh keberkahan.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Memahami fikih prioritas bukan sekadar teori, tetapi harus diwujudkan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Seorang mukmin yang bijak akan selalu mendahulukan kewajiban sebelum yang sunnah, karena yang wajib adalah pondasi diterimanya amal. Betapa banyak orang yang semangat salat malam, tetapi lalai dari salat Isya berjamaah. Ada yang rajin berpuasa sunnah, namun masih menunda-nunda zakat yang wajib dikeluarkan. Padahal, mendahulukan yang wajib adalah tanda kejujuran iman dan pemahaman yang lurus terhadap syariat. Begitu pula, Islam tidak hanya menilai dari simbol-simbol lahiriah seperti pakaian atau gaya bicara, tetapi dari akhlak, amanah, dan kejujuran. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. at-Tirmiżī, no. 2018)

Selain itu, fikih prioritas juga menuntun kita untuk mengutamakan kemaslahatan umat daripada kepentingan kelompok, serta memperbaiki diri sebelum menilai orang lain. Terlalu banyak energi umat hari ini terkuras untuk mengomentari, mengkritik, bahkan menjatuhkan sesama Muslim, padahal belum tentu diri kita sudah lebih baik. Orang yang memahami prioritas tahu bahwa memperbaiki diri adalah dakwah paling kuat, dan menebar manfaat lebih berharga daripada memenangkan perdebatan. Jika setiap Muslim berfokus pada pembenahan diri, memperbaiki keluarga, dan berkontribusi positif bagi masyarakat, maka kekuatan umat akan lahir dari bawah — dari pribadi-pribadi yang tulus, berilmu, dan berakhlak. Inilah makna sejati dari menegakkan fikih prioritas: bukan banyak bicara tentang agama, tapi menjadikan agama tampak hidup dalam perilaku dan pengabdian nyata.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Di antara tanda kaburnya fikih prioritas pada zaman ini adalah ketika umat Islam sibuk bertengkar dalam hal-hal kecil dan cabang, sementara persoalan besar yang mengancam akidah dan moral umat justru diabaikan. Kita masih sering melihat perdebatan panjang tentang qunut atau tidak qunut, bacaan doa, gaya berpakaian, bahkan bentuk jenggot dan celana — seakan-akan semua itu inti dari agama. Padahal di saat yang sama, generasi muda sedang digerogoti oleh krisis identitas, lemahnya iman, dan serangan nilai-nilai sekuler yang mengikis aqidah dan akhlak mereka. Bagaimana mungkin umat yang mulia ini bisa bangkit jika waktunya habis untuk membesarkan perkara kecil, namun lalai pada penjagaan prinsip yang mendasar? Allah ﷻ mengingatkan dalam firman-Nya:

﴿ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ﴾

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang jelas.”

(QS. Āli ‘Imrān: 105)

Lebih menyedihkan lagi, fenomena media sosial telah mengubah sebagian kaum Muslimin menjadi hakim atas kesalahan orang lain, bukan atas dirinya sendiri. Ada yang mengaku pejuang dakwah tapi waktunya lebih banyak untuk menilai, mencela, dan mempermalukan sesama Muslim di ruang publik. Di sisi lain, sebagian aktivis terlalu fokus pada urusan politik dan strategi kekuasaan, namun melupakan tarbiyah iman dan pembinaan akhlak yang menjadi akar kekuatan Islam. Bahkan tak jarang, para orang tua terjebak dalam kesibukan dunia — bekerja siang malam demi harta — tetapi lupa menanamkan nilai agama di hati anak-anak mereka. Padahal, mendidik anak dalam iman dan adab adalah jihad terbesar seorang ayah dan ibu. Inilah penyakit zaman yang hanya bisa diobati dengan fikih prioritas: menata kembali apa yang paling penting bagi agama, keluarga, dan umat; agar langkah kita tidak tersesat dalam hiruk-pikuk dunia yang menipu.

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Marilah kita bersama-sama menata ulang skala prioritas amal dalam hidup ini. Letakkan tauhid sebagai fondasi utama di atas segala sesuatu, karena tanpa keikhlasan dan pengesaan kepada Allah, amal sebesar apa pun tak akan bernilai. Jadikan salat dan ibadah wajib sebagai poros kehidupan sebelum segala urusan dunia menyita waktu dan perhatian kita. Setelah itu, jagalah keluarga dan generasi agar tetap berada di atas jalan Islam, sebab merekalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ. Dan jangan lupa, hiasi semua itu dengan akhlak yang mulia, karena akhlak adalah buah dari keimanan yang benar dan tanda kedekatan seorang hamba kepada Rabb-nya. Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

(HR. at-Tirmiżī, no. 1162; dinyatakan ḥasan ṣaḥīḥ oleh beliau)

Barang siapa mampu menata prioritas amalnya dengan benar, maka seluruh langkah hidupnya — dari pekerjaan, keluarga, hingga perjuangan dakwah — akan berubah menjadi ibadah bernilai tinggi di sisi Allah, penuh berkah dan kebermanfaatan bagi sesama.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Ma‘āsyiral Muslimīn rahimakumullāh

Marilah kita renungkan bahwa tidak semua kebaikan memiliki bobot yang sama di sisi Allah. Ada amal yang utama dan ada yang lebih utama. Maka, menempatkan yang utama sebagai utama adalah tanda ilmu, hikmah, dan kedewasaan dalam beragama. Banyak kekacauan umat terjadi bukan karena kurang semangat, tapi karena salah menempatkan prioritas—sibuk memperdebatkan perkara kecil, sementara perkara besar seperti tauhid, salat, dan akhlak dibiarkan rapuh. Oleh karena itu, jadilah umat yang cerdas dan proporsional dalam beramal, menimbang setiap tindakan dengan panduan syariat dan akal yang jernih. Jangan biarkan tenaga dan waktu kita habis untuk hal-hal sepele, sedangkan urusan besar umat dan keluarga terbengkalai. Ingatlah kaidah agung para ulama, al-‘aqlu qablal ‘amal — berpikirlah sebelum bertindak, agar setiap amal menjadi tepat sasaran, bernilai tinggi, dan diridhai oleh Allah ﷻ.

 

فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَعْمُرُونَ الْأَرْضَ بِطَاعَتِكَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِمَّنْ يُفْسِدُونَ فِيهَا بِمَعَاصِيكَ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ قُلُوبَنَا، وَطَهِّرْ بِيئَتَنَا، وَارْزُقْنَا شُكْرَ نِعْمَتِكَ، وَاسْتِعْمَالَهَا فِيمَا يُرْضِيكَ.

اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَنَقِّ أَلْسِنَتَنَا وَأَقْلَامَنَا وَجَوَالَنَا مِنَ الْكَذِبِ وَالْفِتْنَةِ وَالنَّمِيمَةِ، وَاجْعَلْنَا مِفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ.

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ،

آمين يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

عبادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami