Daftar Isi
Untuk download artikel khutbah jum’at berikut, silakan klik Santri Darsya
Khutbah Pertama
اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ، وَشَرَّفَنَا بِالْإِيمَانِ، وَجَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِ الْأَنَامِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي الْمُقَصِّرَةَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللَّهِ، فَهِيَ وَصِيَّةُ اللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ﴾ [النِّسَاء: ١٣١].
وَقَالَ نَبِيُّنَا الْمُصْطُفَى مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ»
Ma‘asyiral muslimin rahimakumullāh,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa bukan hanya slogan yang kita dengar setiap pekan, tetapi merupakan pegangan hidup yang nyata: menjaga diri dari murka Allah, melaksanakan ibadah dengan ikhlas, serta meneladani sunnah Rasulullah ﷺ dalam keseharian.
Ketakwaan adalah benteng yang melindungi kita dari keburukan zaman, kompas yang menuntun kita di tengah derasnya arus kehidupan. Dengan takwa, seorang hamba akan mampu menjadi teladan, memberi contoh yang baik bagi keluarganya, masyarakatnya, bahkan bagi umat manusia.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau seluruhnya, serta kepada siapa pun yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Tema khutbah kita pada hari ini adalah keteladanan dan memberi contoh yang baik. Karena sesungguhnya manusia lebih cepat belajar dari teladan yang hidup ketimbang sekadar nasihat yang panjang. Anak-anak lebih mudah meniru perbuatan orang tuanya daripada mendengar banyak kata. Umat lebih percaya kepada pemimpin yang adil dan jujur daripada pidato indah tanpa bukti.
Oleh sebab itu, mari kita renungkan bersama, bagaimana Allah ﷻ memuji Rasulullah ﷺ sebagai uswah hasanah (suri teladan yang baik), dan bagaimana para nabi serta orang-orang saleh terdahulu menanamkan nilai Islam dengan keteladanan yang nyata.
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Salah satu kebutuhan besar dalam kehidupan manusia adalah keteladanan. Sebab, manusia tidak hanya belajar dari teori, tetapi lebih cepat menyerap melalui contoh nyata. Itulah mengapa Islam menekankan pentingnya menghadirkan sosok teladan yang dapat diikuti, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa.
Allah ﷻ telah menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik bagi umat manusia. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Imam Ibnu Katsīr dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓhīm menjelaskan:
“Ayat ini adalah kaidah agung dalam mengikuti Rasulullah ﷺ dalam ucapan, perbuatan, dan semua keadaan beliau. Maka setiap perkataan, perbuatan, dan sikap beliau adalah teladan bagi umatnya.”
(Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Juz 6, hlm. 350)
Ayat ini menegaskan bahwa keteladanan Rasulullah ﷺ tidak hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam akhlak, dalam sikap bermasyarakat, bahkan dalam kepemimpinan. Beliau adalah manusia yang paling sabar, paling jujur, paling amanah, serta paling peduli kepada umatnya.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Bukan hanya Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga para nabi sebelumnya telah menjadi uswah ḥasanah (teladan yang baik). Salah satunya adalah Nabi Ibrāhīm ‘alaihissalām. Allah ﷻ berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ…
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Nabi Ibrāhīm ‘alaihissalām menjadi teladan dalam keteguhan iman. Beliau berani menolak segala bentuk kesyirikan, bahkan harus berhadapan dengan ayahnya sendiri dan penguasa yang zalim. Keteladanan Nabi Ibrāhīm mengajarkan kepada kita bahwa keimanan bukan sekadar ucapan, melainkan sikap hidup yang harus diperjuangkan.
Jamaah Jum’at rahimakumullāh,
Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa keteladanan adalah metode pendidikan paling efektif. Anak-anak akan meniru orang tuanya. Murid akan meniru gurunya. Masyarakat akan mencontoh pemimpinnya. Jika teladannya baik, maka kebaikan akan tumbuh. Tetapi jika teladannya buruk, maka keburukan akan menyebar.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha menghadirkan diri sebagai teladan kebaikan dalam lingkungan masing-masing. Mulai dari rumah, mari kita jadikan diri kita sebagai teladan dalam shalat, dalam akhlak, dalam kejujuran. Sebab sejatinya, keteladanan lebih fasih daripada kata-kata.
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Islam tidak hanya menuntut kita untuk berkata baik, tetapi juga menjadi teladan kebaikan. Sebab, perkataan tanpa perbuatan adalah kemunafikan yang nyata, dan Allah ﷻ sangat mencela hal tersebut.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Ayat ini, kata para mufassir, bukan hanya teguran bagi Bani Israil, tetapi juga peringatan bagi umat Islam agar tidak jatuh dalam kesalahan yang sama: pandai berbicara, tetapi tidak beramal; pandai menasihati, tetapi tidak meneladani.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Nabi ﷺ juga menggambarkan dengan sangat menggetarkan tentang keadaan orang yang mengajak kebaikan tetapi tidak mencontohkan. Dalam sebuah hadits shahih beliau bersabda:
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ.
“Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka keluarlah usus perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya sebagaimana keledai berputar di sekeliling penggilingannya. Lalu para penghuni neraka mengerumuninya seraya berkata: ‘Wahai fulan, apa yang menimpamu? Bukankah dahulu engkau menyuruh kami berbuat baik dan melarang kami dari kemungkaran?’ Ia menjawab: ‘Benar, aku memang menyuruh kalian berbuat baik tetapi aku sendiri tidak melakukannya, dan aku melarang kalian dari kemungkaran tetapi aku justru melakukannya.’” (HR. Bukhari no. 3267, Muslim no. 2989)
Allāhu akbar… betapa mengerikannya nasib orang yang berkata tanpa memberi teladan. Nasihatnya mungkin terdengar indah, tetapi karena tidak diiringi amal nyata, justru menjadi hujjah yang akan menjerumuskan dirinya di akhirat kelak.
Ma‘āsyiral muslimīn,
Inilah pelajaran besar bagi kita semua:
- Jangan hanya pandai mengingatkan orang lain, tapi lupa mengingatkan diri sendiri.
- Jangan hanya sibuk memperbaiki kesalahan orang lain, sementara diri sendiri dibiarkan dalam kelalaian.
- Sebab, dakwah paling efektif bukanlah kata-kata indah, melainkan keteladanan nyata.
Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk menjadi pribadi yang selaras antara ucapan dan perbuatan. Jadikan nasihat kita lebih berharga dengan bukti nyata dalam amal. Karena sejatinya, teladan yang hidup lebih kuat daripada seribu kata-kata.
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan adalah amanah, bukan sekadar kehormatan. Seorang pemimpin sejati tidak hanya memerintah dengan kata-kata, tetapi lebih dari itu: ia harus menjadi teladan bagi yang dipimpinnya. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang sangat masyhur:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 893, dan Muslim no. 1829)
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Hadits ini menegaskan bahwa kepemimpinan tidak hanya terbatas pada presiden, gubernur, atau pejabat negara. Tetapi setiap kita, dalam lingkup kecil maupun besar, adalah pemimpin.
- Seorang ayah adalah pemimpin bagi keluarganya.
- Seorang ibu adalah pemimpin bagi rumah tangganya.
- Seorang guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya.
- Bahkan setiap individu adalah pemimpin atas dirinya sendiri: bagaimana ia menjaga ibadahnya, lisannya, dan amanah yang ada pada dirinya.
Kepemimpinan tanpa teladan hanya akan melahirkan krisis kepercayaan. Sebaliknya, pemimpin yang mencontohkan kebaikan akan melahirkan pengikut yang taat dan masyarakat yang bermartabat.
Jamaah Jum’at rahimakumullāh,
Rasulullah ﷺ adalah teladan agung dalam kepemimpinan. Beliau tidak hanya memerintahkan, tetapi juga melaksanakan. Beliau tidak hanya menyuruh umatnya bersabar, tetapi beliau sendiri yang paling sabar. Beliau tidak hanya mengajarkan keberanian, tetapi beliau sendiri yang berdiri di barisan terdepan dalam medan perang.
Inilah makna sejati dari kepemimpinan: menggembalakan dengan kasih sayang, mengarahkan dengan hikmah, dan menuntun dengan keteladanan.
Ma‘āsyiral muslimīn,
Hari ini kita hidup di zaman ketika banyak orang ingin menjadi pemimpin, tetapi sedikit yang sadar akan tanggung jawabnya. Karena itu, mari kita mulai dari diri kita masing-masing. Jadilah pemimpin yang meneladani Rasulullah ﷺ dalam lingkup terkecil sekalipun.
- Orang tua → jadi teladan dalam shalat dan akhlak.
- Guru → jadi teladan dalam ilmu dan integritas.
- Pemimpin → jadi teladan dalam keadilan dan pelayanan.
Karena kelak, setiap kita akan ditanya oleh Allah ﷻ: “Bagaimana engkau memimpin dan memberi teladan kepada yang berada di bawah tanggung jawabmu?”
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Salah satu rahasia keberhasilan dakwah Rasulullah ﷺ adalah karena beliau tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tetapi lebih dari itu, beliau mengajarkan dengan keteladanan nyata. Sehingga Islam tidak hanya dipelajari, tetapi juga dirasakan dalam akhlak beliau.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah sebagai seorang pengajar.” (HR. Ibnu Majah no. 229, dan Ahmad no. 21708, status hadits : hasan)
Hadits ini menggambarkan dengan jelas bahwa misi utama Nabi ﷺ adalah mendidik umat manusia. Dan pendidikan yang beliau lakukan bukanlah sebatas teori, melainkan pendidikan dengan keteladanan.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Kita semua tahu, perkataan bisa saja hilang ditelan waktu, tetapi keteladanan akan melekat dalam hati manusia. Seorang anak akan lebih mudah meniru shalat ayahnya, daripada mendengar seribu kali nasihat tentang shalat. Seorang murid akan lebih cepat meniru akhlak gurunya, daripada sekadar mendengar pelajaran tentang akhlak.
Itulah mengapa dalam dunia dakwah dan pendidikan, teladan memiliki pengaruh yang jauh lebih dalam dibandingkan kata-kata indah.
Jamaah Jum’at rahimakumullāh,
Bayangkan bila dalam keluarga, seorang ayah rajin ke masjid, niscaya anak-anak akan tumbuh cinta pada masjid. Bila seorang ibu berakhlak lembut, anak-anak pun akan tumbuh dengan kelembutan hati. Bila seorang guru menjaga lisannya, murid-murid pun akan belajar bagaimana menjaga lisan mereka.
Inilah kekuatan teladan: ia meresap tanpa dipaksa, ia mengikat hati tanpa banyak bicara.
Karena itu, mari kita bercermin pada diri kita sendiri. Jangan hanya sibuk menasihati, tetapi lupa mencontohkan. Jadikan diri kita da’i yang diam, yakni mereka yang berdakwah melalui akhlak dan keteladanan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Pada khutbah kedua ini, marilah kita meneguhkan kembali bahwa keteladanan adalah dakwah yang paling kuat. Nasihat yang disampaikan dengan lidah bisa saja diabaikan, tetapi nasihat yang diperlihatkan dengan perbuatan akan membekas di hati.
Wahai para orang tua, ketahuilah bahwa anak-anak kita lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan sekadar dari apa yang mereka dengar. Bila ayahnya rajin shalat berjamaah, anak akan terbiasa melangkah ke masjid. Bila ibunya menjaga lisan, anak pun akan tumbuh dengan tutur kata yang baik.
Demikian pula bagi para pemimpin masyarakat, jadilah teladan dalam keadilan, kejujuran, dan amanah. Karena rakyat akan menilai agama bukan hanya dari apa yang didengar di mimbar, tetapi juga dari apa yang dilihat dalam sikap pemimpin mereka.
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللّٰهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِنَ ٱلَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَوَفِّقْنَا لِٱتِّبَاعِ نَبِيِّكَ ٱلْمُصْطَفَى ﷺ فِي ٱلْأَقْوَالِ وَٱلْأَفْعَالِ.
اللّٰهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِمَّنْ يَقْتَدِيْ بِرَسُوْلِكَ ﷺ فِي كُلِّ أُمُوْرِنَا، فِي عِبَادَاتِنَا، فِي مُعَامَلَاتِنَا، وَفِي أَخْلَاقِنَا.
اللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا أَزْوَاجَنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَٱجْعَلْهُمْ قُرَّةَ أَعْيُنٍ لَنَا، وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
اللّٰهُمَّ وَفِّقْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَٱجْعَلْهُمْ قُدْوَةً فِي ٱلْعَدْلِ وَٱلرَّحْمَةِ، وَٱحْفَظْ بِلَادَنَا مِنَ ٱلْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاةَ أُمُورِنَا، وَوَفِّقْهُمْ لِتَحْكِيمِ كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَاجْعَلْهُمْ رُحَمَاءَ بِرَعَايَاهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَنَا عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا صُحْبَةَ الصَّالِحِينَ، وَمَجَالِسَ الذِّكْرِ، وَقُلُوبًا مُتَحَابَّةً فِيكَ، وَنَجِّنَا مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُلُوبَنَا مُطْمَئِنَّةً بِذِكْرِكَ، وَصَلَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِنَا، وَاجْمَعْنَا وَأُسَرَنَا عَلَى طَاعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ.
اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنَّا الْهَمَّ وَالْغَمَّ وَالْحُزْنَ، وَمَلِّئْ قُلُوبَنَا بِالسَّكِينَةِ وَالرِّضَا وَالطُّمَأْنِينَةِ.
عبادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.