BerandaKajianRenunganMata, Pintu Masuk Kemaksiatan

Mata, Pintu Masuk Kemaksiatan

- Advertisement -spot_img

Taqdim          

Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Musuh yang selalu berupaya untuk menyesatkan manusia agar manusia lupa dengan tujuan diciptakan mereka didunia. Setan akan selalu mencari berbagai cara agar mereka berhasil dalam tujuan mereka. Bahkan  mereka telah bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Maka dari itu, manusia harus berhati-hati. Karena jika mereka terjebak dan mengikuti godaan setan, sungguh mereka akan mendapatkan kerugian, entah kerugian di dunia atau di akhirat. Di dunia mereka mendapatkan kerugian jauh dari Allah ta’ala dan ujung dari kerugian itu adalah di akhirat, yaitu  mendapatkan adzab dari-Nya. Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa:119.

وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِّن دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا

“Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”.

Imam As-Sa’dy dalam tafsinya, beliau mengatakan maksud dari kerugian adalah kerugian yang nyata dan ia mendapatakan kerugian yang abadi yaitu di dunia dan akhirat. Akantetapi ketika ia bertobat dan kembali kepada jalan yang benar, maka ia mendapatkan ampunan dari Allah ta’ala.

Pintu Masuknya Setan

Hendaknya seorang hamba berhati-hati dengan celah-celah masuknya setan dan berusaha untuk menutup celah-celah tersebut. Imam Ibnu Al-Qayyim berkata salah satu pintu setan untuk menggoda manusia adalah lewat mata. Dengan mata setan dapat menggelincirkan seorang hamba dari ketaan kepada-Nya. Mata menjadi sumber utama dari sebuah maksiat.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda:

إِنَّ النَّظَرَ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَسْمُوْمٌ، مَنْ تَرَكَهُ مَخَافَتِيْ، أَبْدَلْتُهُ إِيْمَانًا يَجِدْ حَلَاوَتَهُ فِيْ قَلْبِهِ

“Sesungguhnya pandangan itu merupakan panah beracun iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya karena Allah, maka Dia akan menggantinya dengan keimanan yang dapat ia rasakan manisnya dalam hati.” (HR. Ath Thabrani)

Ada empat tingkatan setan menggelincirkan seorang hamba melaui matanya, agar dia jauh dan tersesat dari jalan yang benar.

Pertama:  Cara pertama setan untuk menggelincirkan manusia adalah dengan melihat. Kenapa dengan melihat menjadi cara setan yang paling utama untuk menggelincirkan manusia. Karena dengan mata seseorang dapat memandang segala sesuatu, entah yang halal maupun yang haram. Mungkin pada awalnya manusia tidak sengaja dalam pandangan mereka. Sehingga mereka menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa. Padahal awal dari sebuah kemaksiatan adalah dengan pandangan. Setan terus akan menggoda manusia dengan cara agar manusia mengumbar penglihatan mereka, sampai mereka merasa nyaman dengan pandangan tersebut.

Kedua: Setelah setan mampu menggelincirkan manusia lewat atau dapat menggoda manusia dengan cara mengumbar pandangan. Dan mereka sampai pada tahapan merasa nyaman dengan keadaan tersebut. Setan akan meneruskan caranya yaitu dengan apa?. Setan melanjutkan akan meneruskan jurusnya dengan jurus kedua mereka yaitu bayangan. Jadi setelah memandang, setan akan membisikkan kepada manusia agar manusia membanyangkan apa yang mereka lihat, terus setan akan membisikkan kepada manusia agar manusia membayangkannya sampai mengganggu pikirannya. Dengan demikian manusia tidak dapat fokus dengan pikirannya. Sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat fokus dengan pekerjaan mereka bahkan yang sangat parah adalah manusia sampai tidak dapat beribadah kepada-Nya. Atau mereka akan lalai dengan perintah-perintah-Nya. Sholat misalnya, seorang hamba tidak merasakan kekhusyukan di dalamnya.

Ketiga: Kemudian setelah pandangan dan dilanjutkan dengan membayangkannya. Setan melanjutkan dengan strateginya yaitu dengan cara rasa ingin tahu. Setan akan membisikkan kepada manusia rasa ingin mengetahui atau ingin untuk melihatnya secara langsung. Karena mereka sering membayangkan, maka akan timbul rasa ingin tahu untuk melihatnya lebih dekat dan jelas. Terus setan akan membisikkan kepada manusia agar mereka dapat melihatnya, dan mencari cara agar strategi mereka berhasil. Sampai manusia pun mencari terbujuk dan mencari cara bagaimana caranya agar dapat melihatnya.

Keempat: Setelah dengan semua cara ditempuh oleh setan dan berhasil. Setan melanjutkan dengan cara mereka yang terakhir agar kemaksiatan tersebut menjadi sempurna. Yaitu setan membisikkan kepada manusia setelah bertemu dan saling berinteraksi, setan membisikkan cara mereka yang terakhir agar manusia terjerumus kepada perbuatan haram yaitu zina.  Begitulah tingkatan-tingkatan setan menggelincirkan seseorang agar masuk kedalam lubang kemaksitan atau lubang kehancuran.

Maka dari itu kita sebagai seorang hamba yang lemah dan tanpa daya, kita hendaknya meminta pertolongan kepada Allah agar selalu dihindarkan dari kemaksiatan-kemaksiatan. Karena hanya dengan pertolongan Allah kita dapat terhindar dan terbebas dari lubang kehancuran. Masih ingatkah kita dengan kisah nabi Yusuf yang dia digoda oleh wanita cantik lagi punya kedudukan. Pada hakikatnya nabi Yusuf ingin melakukan perbuatan haram tersebut. Akan tetapi karena nabi Yusuf melihat rahmat-Nya, sehingga dia dapat berhasil lolos dari godaan setan juga wanita tersebut.

Menundukkan Pandangan

Kemudian bagaimana cara agar kita dapat terperosok ke dalam lobang kemaksiatan? Apabila satu celah setan menggoda manusia melalu pandangan mata, maka kemaksiatan dapat dicegah dengan menahan pandangan mata. Allah berfirman:

قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ ذَٰلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٣٠

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An Nur: 30)

Berkenaan ayat di atas Al Hafidz Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah perintah dari Allah untuk para hamba-Nya yang beriman, yaitu agar mereka menundukkan pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan atas mereka. Maka hendaknya mereka (orang-orang beriman) tidak melihat kecuali sesuatu yang diperbolehkan bagi mereka. Dan hendaknya mereka menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Apabila pandangannya mengarahkan kepada sesuatu yang diharamkan tanpa sengaja, maka hendaknya ia segara memalingkan padangannya. Sebagaimana diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah Al Bajali, ia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi SAW tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja). Maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.” (Diriwayatkan oleh Muslim). (Tafsir Ibnu Katsir, VI/41)

Menundukkan pandangan karena Allah berarti memasukkan cahaya ke dalam hati.  Sebagaimana mengumbar pandangan, memasukkan kegelapan dalam hati. Bila hati telah bersinar, berbagai amal kebaikan akan berdatangan dari segala penjuru. Sebagaimana hati yang gelap, berbagai keburukan akan berdatangan dari berbagai arah.

Membiarkan pandangan lepas menjadikan hati buta, tidak dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, antara yang sunah dan yang bid’ah. Tunduknya pandangan karena Allah akan membuahkan firasast yang benar, firasat yang dapat menjadi pembeda.

Salah seorang salaf berkata, “Barangsiapa yang mengisi lahirnya dengan mengikuti sunah, mengisi hatinya dengan selalu bermuraqabah, menjaga pandangannya dari hal-hal yang diharamkan, menjaga dirinya dari syubhat dan hanya memakan yang halal, firasatnya tidak akan keliru.’

Terakhir mari kita simak nasehat yang sangat berharga dari Imam Asy-Syafi’i. Beliau berkata:

نَفْسَكَ إِنْ لَمْ تُشَغِّلْهَا بِالْحَقِّ تُشَغِّلْكَ بِالْبَاطِلِ

“Hawa nafsu, ketika engkau tidak menyibukkannya kepada kebaikan, maka ia (hawa nasfu) akan menyibukkanmu kepada perkara keburukan”.

Sungguh nasehat di atas cukup bagi kita supaya terhindar dari kemaksiatan atau perbuatan-perbuatan buruk. Karena apa apabila kita diri disibukkan dengan perkara-perkara kebaikan, maka diri kita tidak ada waktu atau terdetik sedikit pun untuk membayangkan hal-hal yang negatif, terjatuh kepada perbuatan-perbuatan yang buruk. Maka dari itu mari kita sibukkan diri kita dengan perkara-perkara yang baik seperti mendirikan shalat pada waktunya dan tidak menunda-nundanya, membaca Al Qur’an, pergi ke tempat pengajian-penganjian, bersilaturahmi ke rumah kerabat, teman, tetangga dan saudara seiman. Dan masih banyak lagi amalan-amalan kebaikan yang dapat kita kerjakan supaya kita terhidar dari perbuatan keji atau maksiat. Semoga kita selalu disibukkan dengan perkara-perkara kebaikan sehingga tertutuplah semua celah pintu setan untuk menggoda kita. Dan tidak lupa untuk berdo’a agar diberi keistiqamahan oleh-Nya. Aamiin.

 

Oleh: Muhammad Nur Huda

(Mahasantri Ma’had Ali Darusy Syahadah, Li Ta’hil Mudarrisin)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami