BerandaKajianUsrohMengoreksi Kesalahan Buah Hati

Mengoreksi Kesalahan Buah Hati

- Advertisement -spot_img

Pernahkah kita dapati kejanggalan karena  anak-anak  kita pulang  ke rumah setelah bermain atau sekolah membawa sesuatu yang kita tidak miliki, atau kita tidak memberinya?  Atau anak-anak yang selalu bertengkar dengan saudaranya dan teman-temannya? Atau anak yang menurut orang tua ‘bandel’ dan tidak mengikuti nasehat ? Atau anak-anak yang malas beribadah dan belajar?

Banyak orang tua yang mengeluhkan kondisi anak-anak mereka, yang dianggap ‘nakal’ atau ‘sulit diatur’. Namun, pernahkah kita sendiri belajar, mengapa anak-anak ini sering melakukan kesalahan?

Syaikh Muhammad Suwaid menjelaskan bahwa anak-anak melakukan kesalahan karena berbagai macam sebab, diantaranya adalah:

Pertama, kesalahan dalam pemikiran, anak tidak memiliki pemikiran yang lurus tentang sesuatu. Seseorang yang tidak mengerti kebenaran akan sesuatu , maka dia tidak akan berminat untuk melakukannya. Sebagaimana jika sesorang tidak mengetahui bahaya sesuatu maka ia tidak akan menghindarinya. Dan manusia adalah musuh kebodohannya.

Kedua, kesalahan bersifat praktis, anak tidak mampu melakukan sesuatu dengan  benar. Boleh jadi seorang anak mengetahui kebaikan sesuatu tapi ia tidak mengerti bagaimana melakukannya dengan benar, seperti pengetahuan akan wajibnya sholat, tapi ia tidak mengerti bagaimana shalat dengan benar.

Ketiga, faktor anak yang memang terbiasa berbuat salah. Ini karakter dasar yang terbentuk karena kebiasaan yang salah. Kesalahan-kesalahan kecil yang bertumpuk karena terus menerus dikerjakan, jauh lebih sulit menangani dan merubahnya.

Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam memberi contoh kepada kita cara mengoreksi kesalahan anak, yang diriwayatkan oleh seorang sahabat.  Dari Rafi’ bin Amru ia berkata:

كُنْتُ وَأَنَا غُلاَمٌ أَرْمِى نَخْلاً لِلأَنْصَارِ فَأُتِىَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَقِيلَ إِنَّ هَا هُنَا غُلاَماً يَرْمِى نَخْلَنَا فَأُتِىَ بِى إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « يَا غُلاَمُ لِمَ تَرْمِى النَّخْلَ ». قَالَ قُلْتُ آكُلُ. قَالَ « فَلاَ تَرْمِ النَّخْلَ وَكُلْ مَا يَسْقُطُ فِى أَسْافِلِهَا ». ثُمَّ مَسَحَ رَأْسِى وَقَالَ « اللَّهُمَّ أَشْبِعْ بَطْنَهُ »

“Saya dulu sering melempari pohon kurma milik kaum Anshor, dan saya diadukan kepada Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya di sini ada seorang anak yang suka melempari pohon kurma kami. Maka saya dihadapkan kepada Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam. Beliau bertanya, wahai ghulam, kenapa engkau melempari pohon kurma? Rafi’ berkata, aku mejawab , “Aku makan.” Beliau berkata, “Jangan kau lempari pohon kurma, tapi makanlah kurma yang jatuh di bawahnya. Kemudian beliau mengusap kepalaku dan berdo’a, “Ya Allah kenyangkanlah perutnya.” ( HR. Ahmad).

Dari hadits sekaligus kisah di atas, kita bisa belajar dari junjungan kita yang mulia Shallallohu ‘alaihi wa sallam metode mengoreksi kesalahan yang di lakukan oleh anak-anak.

  1. Menanyakan motif. Beliau bertanya, “Mengapa engkau melempari pohon kurma?” Bertanya tentang motif  sangat penting , agar kita juga bisa menilai sekaligus memberi solusi dengan tepar. Anak-anak  sering dianggap melakukan kesalahan tanpa ditanya motif dari perbuatannya. Padahal anak-anak hampir selalu berniat baik ketika melakukan sesuatu. Hanya kita para orang tua yang menilai mereka dengan pandangan negatif. Lihat saja, anak yang dianggap mengganggu pekerjaan orang tua, jika ditanya motif perbuatannya akan menjawab dengan ‘membantu’. Namun karena keterbatasan, mereka tidak bisa melakukannya sesempurna orang tua.
  2. Memberi penjelasan tanpa kalimat kasar. Setelah bertanya tentang motif beliau memberi penjelasan, untuk tidak melakukan kesalahan dengan melempari pohon kurma. Karena merusak hak milik orang lain adalah perbuatan dosa yang terlarang.
  3. Memberi solusi pengganti. Melarang anak-anak melakukan sesuatu tapi tidak memberi solusi,akan menimbulkan masalah baru. Maka harus ditawarkan solusi pengganti supaya anak tidak melakukan hal yang sama. Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam memberi solusi bagi sahabat yang lapar ini dengan tawaran untuk memungut kurma yang telah jatuh, karena dianggap tidak akan merugikan pemilik pohon. Ini bisa disesuaikan dengan ‘urf atau kebiasaan masyarakat setempat. Karena tentu di negeri ini tidak semua buah yang jatuh dari pohon otomatis dihalalkan pemiliknya.
  4. Memberi sentuhan fisik dengan tulus.Rasulullah mengusap kepala sahabat Rafi’. Sentuhan, adalah bahasa tubuh yang menunjukkan kasih sayang dan kepedulian. Sebuah nasehat akan berefek lebih positif jika disertai sentuhan serta tatapan mata, dibandingkan jika hanya disampaikan dengan lisan
  5. Mendo’akan. Upaya-upaya manusiawi yang dilakukan orang tua dalam rangka mendidik anak, tidak akan berhasil kecuali atas ijin Allah subhanahu wa ta’ala. Maka berdo’a mutlak diperlukan, karena hati kita dan anak-anak kita ada dalam genggaman- Rasulullah mendo’akan sahabat ini dengan ucapan Ya Allah, kenyangkankah perutnya.”

Semoga Allah senantiasa memberi bimbingan kepada setiap orang tua muslim, yang berazzam untuk menjaga fitrah anak-anak mereka, dan menjadikan Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam sebagai pembimbing sekaligus suri tauladannya. Aamiin.

 

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami