Daftar Isi
Untuk mendapatkan naskah khutbah jum’at berikut, silakan klik Santri Darsya
Khutbah Pertama
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِتَأْدِيَةِ الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا، وَنَهَانَا عَنِ الْخِيَانَةِ وَالْغَدْرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِي مَنْ قَالَهَا وَعَمِلَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيبَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَدَّى الْأَمَانَةَ، وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَنَصَحَ الْأُمَّةَ، فَجَزَاهُ اللّٰهُ عَنَّا خَيْرَ مَا جَزَى نَبِيًّا عَنْ أُمَّتِهِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ :
فَيَاأَيُّها النَّاسُ أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ الْمُقَصِّرَةَ بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ بَعْدَ أَنْ أَعُوْذَ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ،
إِنَّ الْأَمَانَةَ مِنْ أَعْظَمِ أُصُولِ الْإِسْلَامِ، وَمِنْ خِصَالِ الْمُؤْمِنِينَ الصَّادِقِينَ. وَمَنْ حَفِظَهَا فَقَدْ نَالَ رِضْوَانَ اللّٰهِ، وَمَنْ خَانَهَا فَقَدْ بَاءَ بِسَخَطِهِ وَعِقَابِهِ.
Ma’asyiral muslimin rahimaniyallahu wa iyyakum
Segala puji bagi Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan kepada kita nikmat iman, nikmat Islam, serta nikmat kesempatan untuk kembali hadir di rumah-Nya pada hari Jum’at yang penuh keberkahan ini. Dialah yang menghidupkan dan mematikan, yang membolak-balikkan hati manusia sesuai kehendak-Nya. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang tak terhingga. Karena hanya dengan izin-Nya, kita masih diberi waktu dan kemampuan untuk menambah amal kebaikan serta memperbaiki diri dari segala kekurangan dan dosa.
Pada hari Jum’at yang mulia ini, marilah kita perbanyak shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muḥammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam, manusia terbaik yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Semoga dengan banyak bershalawat, kita memperoleh syafaat beliau pada hari kiamat kelak. Tidak lupa pula, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena takwa adalah bekal terbaik untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi dan dunia digital yang semakin terbuka, umat Islam menghadapi tantangan baru yang tak kalah berat dari ujian moral dan gaya hidup. Kini, ujian itu hadir dalam bentuk amanah informasi dan penjagaan privasi data. Begitu banyak rahasia pribadi, percakapan, dan data penting yang beredar di dunia maya tanpa batas, hingga sering disalahgunakan tanpa rasa tanggung jawab. Padahal dalam pandangan Islam, menjaga rahasia, menghormati privasi, dan tidak menyebarkan informasi tanpa izin adalah bagian dari amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Maka, di era digital ini, sikap amanah bukan lagi hanya tentang harta dan titipan fisik, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga data dan kehormatan sesama di dunia maya.
Ma‘āsyiral Muslimīn rahimaniyallahu wa iyyakum
Sesungguhnya amanah merupakan salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Ia bukan sekadar sifat terpuji, melainkan tanda keimanan yang sejati. Dalam Al-Qur’an, Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisā’: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap bentuk kepercayaan, sekecil apa pun, adalah tanggung jawab yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Tidak hanya amanah dalam bentuk harta atau barang titipan, tetapi juga amanah dalam bentuk tugas, rahasia, ilmu, bahkan informasi yang dipercayakan kepada kita. Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam pun memperingatkan dengan tegas:
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Aḥmad, no. 12594)
Hadis ini menunjukkan bahwa hilangnya amanah berarti hilangnya inti keimanan dan rusaknya pondasi agama seseorang. Sebab, orang yang tidak jujur dan tidak dapat dipercaya pada hakikatnya telah mengkhianati nilai Islam yang paling dasar.
Ulama menjelaskan bahwa al-amānah mencakup segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa perkataan, rahasia, maupun informasi. Seseorang yang diberi tahu sesuatu dalam kepercayaan, kemudian ia sebarkan tanpa izin, telah berkhianat terhadap amanah itu. Demikian pula orang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam pekerjaan, jabatan, atau penggunaan data, termasuk dalam pengkhianatan yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Maka, amanah bukanlah perkara ringan. Ia adalah ujian kejujuran dan tanggung jawab hati. Siapa yang menjaga amanah, maka Allah akan menjaganya. Dan siapa yang mengkhianatinya, niscaya ia akan kehilangan keberkahan hidup dan kepercayaan manusia. Dalam kehidupan modern ini, bentuk amanah tidak lagi hanya berupa harta benda, melainkan juga rahasia pribadi, dokumen, dan data digital. Semua itu merupakan titipan yang harus dijaga sebagaimana kita menjaga kehormatan diri sendiri. Karena sesungguhnya, amanah adalah cermin dari kebersihan hati dan kedalaman iman.
Tamu undangan Allah yang berbahagia
Di era digital yang serba terbuka ini, batas antara ruang pribadi dan ruang publik semakin tipis. Informasi seperti foto, nomor identitas, alamat, percakapan pribadi, hingga riwayat aktivitas seseorang di media sosial kini mudah sekali tersebar. Padahal, dalam pandangan Islam, semua itu termasuk bagian dari kehormatan diri (العِرْض) yang wajib dijaga. Islam tidak hanya memuliakan darah dan harta seorang muslim, tetapi juga memuliakan rahasianya. Rasulullah Ṣhallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Setiap muslim atas muslim yang lain haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim, no. 2564)
Hadis ini menegaskan bahwa menjaga kehormatan dan privasi seseorang sama pentingnya dengan menjaga nyawa dan hartanya.
Namun sayang, di masa kini banyak orang dengan mudah menekan tombol share tanpa berpikir panjang. Foto pribadi disebarkan, percakapan orang lain dipublikasikan, bahkan aib seseorang direkam dan dibagikan seolah tanpa dosa. Padahal, menyebarkan data pribadi tanpa izin merupakan bentuk khianat modern dan ghibah digital yang sangat dilarang dalam Islam. Sebagaimana ghibah memakan daging saudara sendiri, demikian pula membuka aib dan rahasia digital berarti mengoyak kehormatan sesama muslim. Maka, seorang mukmin sejati harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi: menjaga lisan di dunia nyata, dan menjaga jari di dunia maya — karena keduanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah pada hari kiamat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan di zaman ini adalah mudahnya manusia menyebarkan data dan rahasia pribadi tanpa izin, baik melalui media sosial, grup WhatsApp, maupun berbagai platform digital lainnya. Tidak jarang kita temui perbuatan seperti doxing — membocorkan identitas orang lain, mencuri data pribadi, atau menyalahgunakan informasi pengguna demi kepentingan tertentu. Bahkan hal yang tampak sepele seperti screenshot dan menyebarkan percakapan pribadi pun termasuk pelanggaran terhadap amanah dan kehormatan seseorang. Padahal, Islam mengajarkan agar setiap mukmin berhati-hati dalam menjaga rahasia, karena membuka sesuatu yang bersifat pribadi tanpa izin berarti melanggar batas yang telah Allah tetapkan. Inilah salah satu bentuk khianat modern yang sering dianggap biasa, padahal di sisi Allah, ia termasuk perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hari pembalasan.
Ma‘āsyiral Muslimīn rahimaniyallahu wa iyyakum
Islam telah mengajarkan etika yang agung dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia digital yang kini menjadi bagian dari keseharian kita. Prinsip al-amānah (menjaga kepercayaan), ṣidq (kejujuran), dan ḥifẓ al-ʿirdh (menjaga kehormatan) adalah pondasi moral seorang muslim, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Kaidah fikih yang terkenal menyebutkan, “Lā ḍarar wa lā ḍirār” — “Tidak boleh menimbulkan mudarat bagi diri sendiri dan orang lain.” Maka, menyebarkan data pribadi, rahasia, atau percakapan orang lain tanpa izin, walau hanya untuk bercanda atau sekadar hiburan, tetap termasuk perbuatan yang menimbulkan mudarat dan dilarang oleh syariat. Seorang muslim sejati seharusnya menjadi pengguna teknologi yang bertakwa, yang berhati-hati dalam setiap unggahan dan kirimannya, bukan menjadi penyebab fitnah digital yang menodai kehormatan diri dan saudaranya sesama mukmin.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, perkembangan dunia digital telah melahirkan tanggung jawab baru yang tidak boleh diabaikan oleh kaum muslimin, terutama bagi mereka yang bekerja di bidang teknologi, menjadi admin grup, pengelola sistem, atau pihak yang memiliki akses terhadap data dan informasi orang lain. Dalam pandangan Islam, menjaga kerahasiaan data dan keamanan informasi pengguna bukan hanya kewajiban profesional, tetapi juga ibadah dan amanah syar’i yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Rasulullah Ṣhallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhārī, no. 893; Muslim, no. 1829).
Maka, setiap individu yang memegang peran dalam sistem digital — sekecil apa pun — sesungguhnya sedang memegang amanah besar di hadapan Allah, sebagaimana pemimpin yang mengurus umatnya.
Dunia digital bukanlah ruang bebas tanpa aturan, tetapi ladang ujian amanah dan kejujuran yang tersembunyi di balik layar. Setiap klik yang kita lakukan, setiap unggahan yang kita sebarkan, dan setiap data yang kita simpan atau bagikan akan dicatat dan dihisab oleh Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā. Karena itu, seorang muslim harus menanamkan rasa muraqabah, merasa diawasi oleh Allah dalam setiap aktivitas digitalnya. Barang siapa menjaga amanah informasi dengan niat ikhlas karena Allah, maka ia mendapatkan pahala ibadah. Sebaliknya, siapa yang menyalahgunakannya, maka ia telah berkhianat terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya. Betapa indah bila para pengguna teknologi menjadi insan bertakwa yang memanfaatkan kecanggihan digital bukan untuk fitnah, tetapi untuk dakwah, kebaikan, dan menjaga kehormatan sesama.
Wahai kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Dunia digital hari ini telah membuka pintu-pintu fitnah baru yang dahulu mungkin tidak terbayangkan. Betapa banyak dosa lahir dari jari-jemari yang tak terjaga — dari penyalahgunaan data, pencurian privasi, hingga gosip online yang mengoyak kehormatan sesama. Padahal, setiap aktivitas di dunia maya tidak pernah lepas dari pengawasan Allah ﷻ. Maka, marilah kita tanamkan dalam hati nilai taqwā digital — rasa takut dan diawasi Allah meskipun kita berada di balik layar dan di ruang pribadi yang tak terlihat manusia. Sebab, sebagaimana dosa di dunia nyata akan dihisab, begitu pula dosa di dunia maya akan ditampakkan kelak di hadapan Allah, tanpa ada satu pun yang tersembunyi.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Salah satu wujud nyata dari ketakwaan di era digital adalah menumbuhkan budaya amanah digital dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim yang beriman harus berhati-hati sebelum membagikan konten, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Gunakanlah teknologi dengan adab Islam: tidak mengintip privasi, tidak menyebarkan rahasia, dan tidak memata-matai sebagaimana larangan Allah ﷻ, “wa lā tajassasū” —
وَّلَا تَجَسَّسُوْا
“Dan janganlah kamu memata-matai.” (QS. Al-Ḥujurāt: 12).
Setiap kali kita membuka gawai, sesungguhnya kita sedang diuji sejauh mana iman mampu menuntun etika digital kita. Maka, marilah kita didik anak-anak dan keluarga agar memiliki akhlaq online yang mencerminkan keimanan — menjadikan teknologi sebagai sarana kebaikan, bukan sumber dosa dan pelanggaran amanah.
Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh
Marilah di penghujung khutbah ini kita tundukkan hati dan bermuhasabah. Betapa sering tanpa sadar kita terjerumus dalam dosa digital — menyebarkan rahasia orang lain, membuka aib saudara, atau lalai menjaga amanah data yang seharusnya kita lindungi. Padahal setiap klik, unggahan, dan ucapan di dunia maya akan tercatat dalam lembaran amal kita. Maka bertobatlah sebelum datang hari ketika semua rahasia dibuka dan setiap jejak digital dihisab oleh Allah ﷻ. Marilah kita memohon kepada-Nya agar dijadikan hamba-hamba yang amīn (terpercaya), ṣādiq (jujur), dan muttaqī (bertakwa) — baik di dunia nyata maupun di dunia maya — sehingga setiap aktivitas kita, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, menjadi sebab turunnya rahmat dan ampunan Allah.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، رَحِمَكُمُ اللَّهُ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَرَاقِبُوهُ فِي السِّرِّ وَالْعَلَنِيَّةِ، فَإِنَّ التَّقْوَى زَادُكُمْ فِي الدُّنْيَا، وَنُورُكُمْ فِي الْآخِرَةِ. تَذَكَّرُوا أَنَّ الْأَمَانَةَ مِنْ أَعْظَمِ مَقَاصِدِ الدِّينِ، فَمَنْ حَفِظَهَا نَجَا، وَمَنْ خَانَهَا هَوَى.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْأُمَنَاءِ، وَاحْفَظْنَا مِنَ الْخِيَانَةِ وَالزَّلَلِ، وَوَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ فِي كُلِّ زَمَانٍ وَمَكَانٍ، سِرًّا وَعَلَانِيَةً.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَاتَّقُوا اللّٰهَ عِبَادَ اللّٰهِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ التَّقْوَى هِيَ سَبَبُ النَّجَاةِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَزَادُ الْمُتَّقِينَ يَوْمَ يَلْقَوْنَ رَبَّهُمْ.
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، دَعُونَا فِي خُطْبَةٍ ثَانِيَةٍ هٰذِهِ نُجَدِّدُ التَّوْبَةَ وَالْإِيمَانَ، وَنُثَبِّتَ الْقُلُوبَ عَلَى طَاعَةِ الرَّحْمٰنِ، وَنَسْأَلَ اللّٰهَ أَنْ يَجْعَلَنَا مِنَ الْأُمَنَاءِ فِي دِينِنَا، وَفِي دُنْيَانَا، وَفِي كُلِّ مَا اسْتُؤْمِنَّا عَلَيْهِ مِنْ أَقْوَالٍ وَأَفْعَالٍ وَأَعْمَالٍ.
Wahai kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Di era digital yang serba terbuka ini, makna amanah telah meluas melebihi sekadar menjaga harta dan titipan fisik. Kini, amanah juga mencakup bagaimana kita menjaga data, informasi, dan jejak digital yang kita miliki maupun yang dipercayakan kepada kita. Setiap foto, pesan, atau unggahan bukanlah hal remeh di sisi Allah, karena semua itu akan menjadi catatan amal yang kelak dibuka di hadapan-Nya — apakah menjadi saksi kebaikan yang membawa pahala, atau menjadi sumber penyesalan yang menjerumuskan. Maka, berhati-hatilah dalam setiap klik dan kiriman, sebab di balik layar pun malaikat tetap mencatat, dan Allah tidak pernah lalai dari apa yang kita perbuat.
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللّٰهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِنَ ٱلَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَوَفِّقْنَا لِٱتِّبَاعِ نَبِيِّكَ ٱلْمُصْطَفَى ﷺ فِي ٱلْأَقْوَالِ وَٱلْأَفْعَالِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا كُلَّهَا، دِقَّهَا وَجِلَّهَا، سِرَّهَا وَعَلَانِيَتَهَا، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يَحْفَظُونَ الْأَمَانَةَ فِي كُلِّ حَالٍ.
اَللّٰهُمَّ طَهِّرْ أَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ، وَأَيْدِيَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ، وَقُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وَاحْفَظْنَا فِي الدُّنْيَا الرَّقْمِيَّةِ كَمَا تَحْفَظُنَا فِي الدُّنْيَا الْحَقِيقِيَّةِ.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَعْمِلُ التِّقْنِيَةَ فِي طَاعَتِكَ، وَلَا تَجْعَلْهَا سَبَبًا فِي مَعْصِيَتِكَ. اَللّٰهُمَّ وَفِّقْنَا لِأَنْ نَكُونَ أُمَنَاءَ فِي كَلِمَاتِنَا، وَصُوَرِنَا، وَمَعْلُومَاتِنَا، وَاجْعَلْ كُلَّ كَلِمَةٍ نَكْتُبُهَا سَبَبًا لِرِضْوَانِكَ وَمَغْفِرَتِكَ.
اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ شَبَابَ الْمُسْلِمِينَ وَفَتَيَاتِهِمْ، وَعَلِّمْهُمُ الْأَدَبَ وَالْأَمَانَةَ فِي الْعَالَمِ الرَّقْمِيِّ، وَاجْعَلْنَا جَمِيعًا مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مَغْلَقًا لِلشَّرِّ.
اَللّٰهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِالسَّعَادَةِ وَالْإِيمَانِ، وَلَا تَخْتِمْ لَنَا بِالشَّقَاءِ وَالْعِصْيَانِ، وَصَلِّ اللّٰهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
عبادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.




