BerandaMateri KhutbahKhutbah JumatMenyambut Tahun Baru dengan Hati yang Sadar, Bukan Euforia yang Melalaikan

Menyambut Tahun Baru dengan Hati yang Sadar, Bukan Euforia yang Melalaikan

- Advertisement -spot_img

Khutbah Pertama

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَ اللَّيَالِيَ وَالْأَيَّامَ مَزَارِعَ لِلْأَعْمَالِ، وَجَعَلَ تَعَاقُبَ السِّنِينَ تَذْكِرَةً لِتَنَاقُصِ الْآجَالِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا أَمْهَلَ وَأَنْعَمَ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا سَتَرَ وَتَفَضَّلَ، وَنَسْتَغْفِرُهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَبْعَدَنَا عَنْهُ.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي يُقَلِّبُ الْأَعْمَارَ وَلَا يُقَلِّبُ الْأَقْدَارَ، وَيُقَرِّبُ الْآجَالَ وَنَحْنُ فِي غَفْلَةٍ نَتَقَلَّبُ، جَعَلَ الْمَوْتَ وَاعِظًا صَامِتًا، وَجَعَلَ الْقُبُورَ مَنَازِلَ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، لِنَعْلَمَ أَنَّ الطَّرِيقَ وَاحِدٌ، وَأَنَّ الْمَصِيرَ لَا مَحِيْدَ عَنْهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِلٰهًا حَقًّا، وَرَبًّا صِدْقًا، نَشْهَدُ أَنَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَا يُعْبَدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَلَا يُطَاعُ إِلَّا فِيْمَا أَمَرَ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّى الْأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الْأُمَّةَ، فَصَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَإِنَّ التَّقْوَى خَيْرُ زَادٍ لِيَوْمِ الْمَعَادِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

Pembukaan: Pergantian Tahun, Fenomena yang Berulang

Segala puji bagi Allah, Dzat yang senantiasa melimpahkan nikmat tanpa terhitung jumlahnya. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta bersyukur atas karunia terbesar yang masih kita rasakan hingga hari ini, yaitu nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat umur yang Allah panjangkan sehingga kita masih diberi kesempatan untuk beribadah, memperbaiki diri, dan mendekatkan hati kepada-Nya. Setiap hembusan napas yang Allah titipkan adalah amanah, dan setiap detik usia yang berlalu adalah modal untuk menambah ketaatan, sebelum tiba saat ketika kesempatan itu benar-benar terhenti.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah, di hari yang agung dan penuh keberkahan ini, marilah kita memperbanyak shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muḥammad ﷺ, hamba dan utusan Allah, teladan terbaik dalam seluruh aspek kehidupan. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, kepada keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang setia mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman. Dengan memperbanyak shalawat, semoga hati kita dilembutkan, dosa-dosa diampuni, dan kehidupan kita diarahkan untuk senantiasa berada di atas jalan yang diridhai oleh Allah l.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, menjelang pergantian tahun kita kembali disuguhi pemandangan yang nyaris sama setiap tahunnya. Malam yang seharusnya bisa menjadi waktu istirahat, doa, dan munajat, justru dihabiskan dengan begadang hingga larut, bahkan sampai menjelang pagi, tanpa tujuan yang benar-benar bermanfaat. Demi menyaksikan hitungan detik dan pesta kembang api yang gemerlap sesaat, sebagian orang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan harta, tenggelam dalam hiruk-pikuk, sorak-sorai, dan hura-hura. Ironisnya, ada yang begitu bersemangat menyambut pergantian tahun, namun lalai menyambut panggilan shalat, seakan suara ledakan kembang api lebih menarik daripada panggilan azan yang mengajak kepada keselamatan.

Padahal, cahaya kembang api hanya menyinari langit beberapa detik lalu lenyap, sementara shalat adalah cahaya yang menerangi hidup hingga akhir hayat. Begadang yang tidak bernilai ibadah sering kali berujung pada kelalaian, bahkan meninggalkan kewajiban yang telah Allah tetapkan. Di sinilah kita perlu berhenti sejenak dan bertanya pada hati yang jujur: pantaskah kita begitu menjaga momen dunia yang sementara, namun lalai terhadap perintah Allah yang kekal? Islam tidak melarang kebahagiaan, tetapi mengingatkan agar kegembiraan tidak membuat kita kehilangan arah. Pergantian tahun seharusnya bukan diisi dengan euforia yang mengosongkan jiwa, melainkan dengan kesadaran untuk menata ulang hidup, agar setiap langkah ke depan lebih dekat kepada Allah, bukan semakin jauh dari-Nya.

Makna Waktu dalam Pandangan Islam

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang sering kita terima tanpa pernah benar-benar kita sadari nilainya. Ia terus berjalan, siang dan malam silih berganti, tanpa bisa dihentikan atau diulang kembali. Setiap detik yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, sekalipun kita menyesal atau ingin memperbaikinya. Allah Subḥānahū wa Ta‘ālā mengingatkan manusia tentang hakikat ini dengan sumpah yang sangat agung,

وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian” (QS. Al-‘Ashr: 1–2).

Kerugian itu bukan karena kurangnya harta atau jabatan, tetapi karena waktu yang habis tanpa diisi dengan iman, amal shalih, dan kebaikan. Setiap pergantian tahun sejatinya bukan sekadar perubahan angka, melainkan tanda bahwa jatah hidup kita semakin berkurang, dan kesempatan untuk beramal semakin menyempit.

 

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat ini, waktu terasa semakin mudah terbuang. Kesibukan, hiburan, dan layar gawai sering kali menyita perhatian, hingga kita lupa bahwa umur ini adalah modal utama untuk beramal sebelum ajal datang. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan dengan tegas,

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang” (HR. Al-Bukhārī, no. 6412).

Betapa banyak orang yang masih diberi umur panjang, kesehatan, dan waktu senggang, namun semua itu berlalu tanpa bekas amal yang berarti. Maka orang yang cerdas bukanlah yang sekadar sibuk, tetapi yang mampu menjadikan setiap detik hidupnya bernilai ibadah, sebelum waktu benar-benar habis dan penyesalan tidak lagi berguna.

Bahaya Larut dalam Euforia Tanpa Kendali

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, salah satu penyakit yang sering muncul menjelang akhir tahun adalah larutnya manusia dalam euforia tanpa kendali. Perayaan dilakukan secara berlebihan, hura-hura dianggap biasa, pemborosan dinilai wajar, bahkan kemaksiatan sering dibungkus dengan alasan hiburan dan kebersamaan. Hati menjadi lalai, lisan jauh dari dzikir, dan kesadaran akan akhirat semakin memudar. Tidak sedikit yang kehilangan batas antara halal dan haram, seakan semua boleh dilakukan demi merayakan satu malam yang sebenarnya tidak pernah dijanjikan membawa keberkahan. Dari euforia inilah lahir berbagai dampak sosial dan moral: kecelakaan, kerusakan, permusuhan, serta dosa yang dilakukan dalam keadaan sadar namun diremehkan.

Para ulama sejak dahulu telah mengingatkan bahaya kelalaian semacam ini. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ

“Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu telah pergi.” (Abū Nu‘aim al-Iṣfahānī, Ḥilyat al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Aṣfiyā’, juz 2, hlm. 148).

Perkataan ini menegaskan bahwa setiap momen yang dihabiskan dalam kelalaian sejatinya adalah kehilangan yang nyata. Namun perlu dipahami, Islam tidak memusuhi kebahagiaan dan kegembiraan. Islam hanya mengaturnya agar tidak menjatuhkan martabat manusia dan tidak menjauhkan hamba dari Rabb-nya. Kegembiraan yang dibingkai dengan iman akan melahirkan syukur, sedangkan euforia tanpa kendali hanya akan meninggalkan penyesalan. Maka marilah kita jaga hati dan langkah, agar kegembiraan kita tetap bernilai ibadah dan tidak berubah menjadi sebab murka Allah.

Muhasabah: Apa yang Sudah Kita Perbuat dalam Setahun Ini

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, menjelang berakhirnya satu tahun perjalanan hidup kita, sudah sepantasnya setiap diri berhenti sejenak untuk bercermin dengan jujur. Muhasabah bukan sekadar menghitung usia, tetapi menimbang amal yang telah kita bawa. Bagaimana keadaan shalat kita, apakah semakin khusyuk atau justru semakin ringan ditinggalkan? Sejauh mana Al-Qur’an hadir dalam keseharian kita, dibaca, dipahami, dan diamalkan? Bagaimana doa-doa yang terucap dari lisan kita, dan sejauh mana kepedulian kita terhadap sesama melalui amal sosial? Semua itu perlu dievaluasi dengan hati yang tunduk, karena umur yang berlalu tidak pernah bisa diulang, sementara catatan amal terus bertambah tanpa bisa dihapus kecuali dengan taubat dan perbaikan diri.

Tidak berhenti pada ibadah lahiriah, muhasabah juga menyentuh akhlak dan tanggung jawab. Bagaimana lisan kita selama setahun ini, terlebih di era media sosial yang begitu mudah menjerumuskan pada ghibah, caci maki, dan dosa kata-kata? Bagaimana hubungan kita dengan keluarga, pasangan, anak-anak, serta tetangga di sekitar kita? Apakah amanah sebagai orang tua, pekerja, pemimpin, dan anggota masyarakat telah kita tunaikan dengan sungguh-sungguh? Inilah hakikat muhasabah yang diajarkan para ulama. Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوا أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنَ عَلَيْكُمْ

“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum amal itu ditimbang.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqī dalam Syu‘ab al-Īmān, no. 8260).

Nasihat ini menegaskan bahwa muhasabah adalah ciri orang beriman, tanda hidupnya hati, dan jalan agar seorang hamba tidak terkejut ketika kelak berdiri di hadapan Allah dengan membawa bekal yang minim.

Refleksi Dosa dan Kelalaian yang Perlu Dibenahi

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, di antara tanda kelalaian hati adalah ketika dosa-dosa kecil terasa ringan dan terus diulang tanpa rasa bersalah. Lisan yang dahulu dijaga, kini begitu mudah tergelincir, terlebih di era digital. Hoaks disebarkan tanpa tabayyun, ghibah dan hujatan dituliskan seakan tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Padahal Allah Subḥānahū wa Ta‘ālā telah mengingatkan dengan tegas,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” (QS. Qāf: 18).

Ayat ini menegaskan bahwa setiap kata, baik yang terucap langsung maupun yang dituliskan lewat jari-jari kita, semuanya tercatat dan akan dimintai pertanggungjawaban. Betapa banyak dosa yang dianggap sepele, padahal menumpuk dan memberatkan timbangan amal tanpa kita sadari.

Kelalaian juga sering terjadi dalam lingkup yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga. Kesibukan dunia, pekerjaan, dan hiburan sering membuat perhatian terhadap pasangan dan pendidikan anak terabaikan. Padahal amanah keluarga adalah tanggung jawab besar yang kelak akan dimintai hisab. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhārī, no. 893; Muslim, no. 1829).

Ibnul Qayyim rahimahullāh menjelaskan bahwa kelalaian yang terus dibiarkan akan mengeraskan hati dan menjauhkan seorang hamba dari taubat, seraya berkata bahwa dosa kecil yang diremehkan dapat berubah menjadi besar karena terus-menerus dilakukan (lihat: Ibn al-Qayyim, al-Jawāb al-Kāfī, hlm. 87).

Maka sebelum waktu benar-benar habis, sebelum kesempatan tertutup oleh ajal, marilah kita kembali kepada Allah dengan taubat yang jujur, memperbaiki lisan, menata keluarga, dan membersihkan hati, agar sisa umur yang Allah anugerahkan menjadi jalan keselamatan, bukan sumber penyesalan.

Berbenah Diri: Dari Resolusi ke Aksi Nyata

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, setiap menjelang pergantian tahun kita sering mendengar berbagai resolusi dan tekad perubahan. Namun tidak sedikit resolusi itu hanya berhenti sebagai slogan, indah diucapkan tetapi miskin pembuktian. Islam mengajarkan bahwa perubahan sejati bukanlah yang meledak-ledak di awal lalu padam di tengah jalan, melainkan perubahan yang bertahap, realistis, dan konsisten. Amal yang kecil tetapi terus dijaga jauh lebih bernilai daripada semangat besar yang cepat hilang. Inilah prinsip perbaikan diri dalam Islam, bukan sekadar ingin berubah, tetapi benar-benar melangkah meski perlahan, selama langkah itu tidak berhenti.

 

Para ulama menegaskan bahwa kunci keberhasilan perubahan terletak pada istiqamah, bukan pada besarnya target semata. Sufyān ats-Tsaurī rahimahullāh berkata:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amal yang paling Allah cintai adalah yang paling kontinu, meskipun sedikit.” (Ibnu Rajab al-Ḥanbalī, Jāmi‘ al-‘Ulūm wa al-Ḥikam, hlm. 21).

Perkataan ini selaras dengan tuntunan Nabi ﷺ dan menunjukkan bahwa iman dan taqwa harus menjadi fondasi utama dalam setiap upaya berbenah diri. Ketika iman menguat, prioritas hidup pun akan tertata ulang: akhirat menjadi tujuan, sementara dunia ditempatkan sebagai sarana. Dengan kesadaran inilah seorang mukmin mampu menjalani hidup dengan arah yang jelas, tidak larut dalam target dunia semata, tetapi menjadikan setiap langkahnya sebagai jalan menuju keridaan Allah l.

Sikap Bijak Menyambut Tahun Baru

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, sikap seorang mukmin dalam menyambut tahun baru seharusnya dibangun di atas kebijaksanaan, bukan sekadar mengikuti arus kebiasaan. Pergantian waktu adalah momen yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru menjauh dari-Nya. Saat banyak orang menghabiskan malam dengan hal-hal yang melalaikan, seorang mukmin memilih mengisinya dengan doa, dzikir, dan introspeksi diri. Bukan karena merasa paling benar, tetapi karena sadar bahwa setiap detik adalah amanah. Ia menjaga keluarganya dari aktivitas yang merusak akhlak dan iman, karena memahami bahwa keselamatan keluarga lebih utama daripada sekadar mengikuti euforia sesaat yang tidak meninggalkan bekas kecuali kelelahan dan penyesalan.

 

Para ulama menegaskan bahwa ketenangan dan kehati-hatian dalam bersikap adalah ciri kedewasaan iman. Al-Hasan al-Bashri rahimahullāh berkata:

لَيْسَ الْإِيمَانُ بِالتَّمَنِّي وَلَا بِالتَّحَلِّي، وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقَلْبِ وَصَدَّقَهُ الْعَمَلُ

“Iman itu bukan sekadar angan-angan dan bukan pula hiasan kata-kata, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqī dalam Syu‘ab al-Īmān, no. 13).

Maka menjadi teladan di tengah masyarakat tidak selalu dengan banyak bicara, tetapi dengan sikap yang tenang, prinsip yang kokoh, dan pilihan hidup yang mencerminkan nilai iman. Inilah cara seorang mukmin menyambut masa depan: tidak gaduh dalam euforia, tetapi mantap dalam ketaatan, agar setiap pergantian waktu benar-benar mendekatkan dirinya dan keluarganya kepada Allah l.

 

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيهِ مِنَ الآيِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, ketika kita berdiri di ambang pergantian tahun, yang sesungguhnya berubah bukan hanya angka pada kalender, tetapi umur kita yang terus berkurang dan perjalanan hidup yang semakin mendekati akhirnya. Tidak ada satu pun di antara kita yang memiliki jaminan akan bertemu dengan tahun berikutnya; boleh jadi inilah pergantian tahun terakhir yang Allah izinkan kita saksikan. Maka orang yang cerdas bukanlah yang sibuk merayakan waktu, tetapi yang mempersiapkan diri sebelum waktu benar-benar berakhir. Marilah kita sambut masa depan dengan taubat yang jujur, harapan yang hidup, dan amal shalih yang terus diperbaiki, seraya memohon kepada Allah agar sisa umur yang dianugerahkan menjadi umur yang penuh keberkahan, hati yang selalu sadar dan tunduk kepada-Nya, serta akhir kehidupan yang ditutup dengan husnul khatimah.

أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّ التَّقْوَى زَادُ الْقُلُوبِ، وَنُورُ الطَّرِيقِ، وَعِصْمَةُ الْعَبْدِ فِي الشِّدَّةِ وَالرَّخَاءِ. فَاتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاسْتَمْسِكُوا بِالْهُدَى، وَأَكْثِرُوا مِنَ الِاسْتِغْفَارِ، فَإِنَّهُ أَمَانُ الْعِبَادِ وَسَبَبُ الرَّحْمَةِ وَدَفْعِ الْبَلاءِ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَتَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ عُمْرٍ يَذْهَبُ فِي الْغَفْلَةِ وَاللَّهْوِ.

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَعْمَارِنَا، وَاجْعَلْ مَا بَقِيَ مِنْ أَيَّامِنَا خَيْرًا مِمَّا مَضَى، وَوَفِّقْنَا لِاسْتِغْلَالِ أَوْقَاتِنَا فِي طَاعَتِكَ وَمَا يُقَرِّبُنَا إِلَيْكَ.

اَللّٰهُمَّ لَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْغَافِلِيْنَ عِنْدَ تَغَيُّرِ الْأَزْمَانِ، وَلَا مِنَ الْمُفْرِطِيْنَ عِنْدَ تَنَاقُصِ الْأَعْمَارِ.

اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ قُلُوْبَنَا، وَاهْدِ أَلْسِنَتَنَا، وَزَكِّ أَعْمَالَنَا، وَاحْفَظْ أُسَرَنَا وَذُرِّيَّاتِنَا مِنْ كُلِّ فِتْنَةٍ ظَاهِرَةٍ وَبَاطِنَةٍ.

اَللّٰهُمَّ اخْتِمْ لَنَا حَيَاتَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ، وَاجْعَلْ آخِرَ كَلَامِنَا مِنَ الدُّنْيَا لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عبادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

Sumber : santridarsya.xo.je

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami