BerandaKajianTsaqafahKHALIFAH YANG JENIUS

KHALIFAH YANG JENIUS

- Advertisement -spot_img

THE MAGIC PARFUM

Khalifah Jenius

Selain menajalankan tugas kenegaraan, dalam sejarah para pemimpin Islam, sering kita dapati seorang khalifah mendengar secara langsung curahan hati rakyatnya. Lebih hebatnya lagi, sang khalifah mampu memecahkan masalah yang diadukan dan memberi arahan yang solutif. Inilah bukti kedekatan seorang kepala negara dengan rakyatnya yang hari ini jarang kita jumpai.

Abu Ja’far Al Manshur misalnya. Suatu ketika, sebagaimana termaktub dalam “Ath Thuruq Al Hukmiyyah” karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, diceritakan bahwa khalifah kedua Daulah ‘Abbasiyah ini, didatangi seorang lelaki yang mengadukan ihwal keanehan istrinya, yaitu; ketika ia meminta hasil perdagangan yang ia serahkan kepada istrinya, harta yang ia titipkan itu tidak ada. Dan dengan gampangya, si istri beralasan bahwa harta yang dimaksud telah dicuri. Padahal, sama sekali tidak ditemukan ada jejak-jejak pencurian.

Setelah mendengar aduan ini, Al Manshur menukas balik, mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, “Sejak kapan kamu menikah dengan istrimu?” Lelaki itu pun menjawab, “Sejak setahun yang lalu.” Sang khalifah bertanya lagi, “Gadis atau janda?” Ternyata, lelaki yang malang ini menikahi seorang janda. Dan ketika dicecar, “Apakah ia punya anak dari suami sebelum kamu?”, dengan singkat ia menjawab, “Tidak.”

Hanya berdasarkan fakta-fakta sederhana yang baru saja ia dengar, dengan mudahnya, sang khalifah seakan telah menemukan benang merah dalam kasus ini. Beliau kemudian memberi lelaki itu sebotol minyak wangi yang aromanya sangat menusuk hidung, dan warnanya pun aneh. Beliau berpesan, “Pakailah minyak wangi ini, ia akan mengusir kegelisahanmu.”

Dalam referensi cerita ini, tidak dijelaskan bagaimana ekspresi kebingungan si lelaki yang meminta solusi tapi malah diberi minyak wangi. Jika saya yang berada di posisinya, pasti akan mencari tahu, “Kenapa harus minyak wangi, apa ini sekedar penghibur saja?” Mungkin, pesan sang khalifah ini ia tafsiri secara hakiki; khasiat minyak wangi itu, secara dzatnya, dapat bekerja mengusir kegalauan.

Dari kisah Khalifah Al Manshur ini kita menemukan sosok seorang khalifah dengan skill detektif yang luar biasa.

Sang khalifah sengaja ingin menyelidiki kasus yang cukup serius ini. Jadi, beliau bukan sekedar ingin menghibur si lelaki yang curhat kepadanya dengan memberi sebotol parfum. Dan hasilnya, beliau menyelasaikannya dengan sangat brilliant. Usut punya usut, ternyata, dari minyak wangi “pengusir kegelisahan” ini, terungkaplah perangai buruk seorang istri yang mengkhianati kepercayaan suaminya. Bagaimana cara minyak wangi itu bekerja?

Sederhana saja sebenarnya. Dalam kasus ini, ada sosok tersembunyi yang sengaja ditutup-tutupi sang istri. Agar ‘sosok’ itu terpancing; keluar dari persembunyian dan muncul di permukaan. Sang khalifah menjadikan parfum itu sebagai umpan. Beliau seakan tahu betul tabiat lelaki itu yang sering menitipkan sesuatu kepada istrinya. Ketika hendak pergi keluar rumah, ia serahkan minyak wangi itu kepada istrinya. Dan, terungkaplah ‘sosok tersembunyi’ di balik kegelisahan lelaki ini.

Ketika suamniya tidak ada di rumah, si istri malah berinteraksi dengan lelaki ajnabi. Ya, harta suaminya yang dia bilang dicuri, sebenarnya diberikan kepada lelaki asing ini. Dan sekarang, parfum itu pun ia berikan kepadanya. Dia dan si ajnabi tidak tahu, bahkan mungkin suaminya juga tidak tahu. Beberapa hari yang lalu, sesaat setelah Al Masnhur memberi parfum kepada lelaki itu, beliau telah menginstruksikan empat orang kepecayaannya untuk berjaga-jaga di setiap pintu gerbang kota seraya berkata, “Jika di antara kalian ada yang mencium aroma minyak wangi ini dari seseorang, bawa dia ke sini.”

Si ajnabi “memakan umpan” dan dia tidak bisa melarikan diri. Sekalinya dia berusaha menggelepar, meronta-ronta, ia benar-benar terlihat seperti ikan yang akan semakin terluka ketika kail yang tajam itu sudah terlanjur menyangkut kuat di mulutnya. Ia tidak bisa berbohong di hadapan khalifah ketika ditanya, “Dari mana kamu mendapatkan minyak wangi ini?” Si ajnabi menjawabnya dengan tebata-bata.

Dan akhirnya, ketika algojo hendak melucuti bajunya sebelum dicambuk, ia mengaku salah kemudian mengembalikan uang yang nominasinya sama seperti sedia kala. Setelah menyelesaikan misi ini dengan sempurna, Al Manshur memanggil lelaki yang malang tadi dan bertanya padanya, “Jika aku kembalikan hartamu, apakah kamu akan menerima keputusan perihal istrimu?” Dengan mantap ia menjawab, “Ya.” Sang khalifah berpetuah, “Ambil hartamu ini, dan ceraikanlah istrimu.”

Dari kisah yang unik ini, hikmah yang kita petik adalah; Pertama, tidak adanya jarak dan sekat antara seorang kepala negara dengan rakyatnya. Potret keberpihakan, bersahaja dan merakyat ini, adalah konsep dalam sistem khilafah dan bukan sekedar pencitraan.

Kedua, kehebatan skill Abu Ja’far Al Manshur dalam memecahkan kasus dengan trik yang jenius. Untuk masalah ini, Bani Abbasiyah memang ahlinya. Proses keberhasilan mereka meraih kekuasan yang sangat panjang, yang menginspirasi revolusi Perancis, jika difilmkan, mungkin genrenya adalah; history, politic, intelejen, detective, war, and thriller. Seru banget, kan? Mari mengkaji sejarah, menggali ibrah dan mengaktualisasikannya untuk kepentingan iqomatuddiin.

 

Ditulis oleh: Muhammad Faishal Fadhli

Editor   : Yazid Abu Fida’

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

1 KOMENTAR

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami