BerandaKajianUsrohMengenal Tipe Anak Dalam Al Qur’an

Mengenal Tipe Anak Dalam Al Qur’an

- Advertisement -spot_img

Pada dasarnya anak-anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk tumbuh kembang mereka secara optimal. Dalam hal ini orangtua,  memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.

Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua itu sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan datang. Inilah yang perlu kita persiapkan pada anak-anak guna menghadapi era globalisasi saat ini. Oleh sebab itu penting kiranya bagi orang tua mengenal pola tingkah laku anak secara mendalam agar dapat mengarahkan mereka secara benar.

Ada empat tipe atau model anak yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an; di antaranya adalah:

Pertama: Anak Sebagai Qurrata A’yun (Penyejuk Hati)

Allah Taa’ala befirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata: Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS al-Furqon : 74).

Apa yang dimaksud dengan “Qurrata A’yun” dalam ayat di atas? Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu  berkata: “Qurrota a’yun maksudnya adalah keturunan yang mengerjakan ketaatan, sehingga dengan ketaatannya itu mampu membahagikan kedua orang tuanya di dunia dan akhirat.”

Keturunan yang taat pada Allah akan menyenangkan orang tua dengan bakti dan pelayanannya. Akan menyejukkan hati orang tua dan keluarga dengan membacakan dan mengajarkan mereka mentadabburi Al-Quran dan As-Sunnah. Keturunan yang taat pada Allah juga lebih bisa diharapkan menjaga keutuhan keluarga di atas agama yang mulia ini dan lebih bisa diharapkan doanya dikabulkan Allah untuk kebaikan orang tua dan keluarga.

Dalam kehidupan rumah tangga, hadirnya seorang anak menjadi salah satu unsur penting dalam mewujudkan kebahagiaan ini. Anak shaleh yang menjadi kebanggaan orang tua, memberi ketentraman, dan meghilangkan kegundahan hati. Anak yang akan menjadi investasi akhirat, yang selalu mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya. Anak semacam inilah yang mampu menjadi perisai bagi kedua orang tua dari panasnya api neraka. Itulah sebabnya Nabi Zakaria as dan Nabi Ibrahim as senantiasa berdoa, dan berharap agar Allah memberikan anugerah kepada mereka anak keturunan, sebagaimana disebutkan ayat tersebut di atas.

Keberhasilan orang tua dalam mendidik dan menghiasi anaknya dengan iman dan akhlak yang mulia merupakan sebuah kesuksesan mengkonstruksi hidup dalam bingkai kebahagiaan. Anak akan menjadi penyambung kebahagiaan hakiki bagi ibu bapaknya di akhirat kelak. Ia adalah investasi akhirat yang sangat gemilang.

Rasulullah Saw telah bersabda:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ”.رواه مسلم

“Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka semua amalnya akan terputus kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR Muslim).

 

Kedua: Anak Sebagai Perhiasan Dunia Semata

Allah Ta’ala telah menjadikan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi ini sebagai perhiasan bagi kehidupan dunia. Tentu saja termasuk di dalamnya harta benda dan anak-anak. Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam surat Ali Imran ayat 14.

Disamping sebagai penyejuk mata, anak merupakan karunia dan hibah dari Allah Ta’ala, kebanggaan orang tua, dan juga perhiasan dunia, serta belahan jiwa yang berjalan di muka bumi ini. Allah Ta’ala berfirman:

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.  (QS.Al Kahfi: 46)

Di antara bentuk perhiasan dunia adalah, bangga dengan banyaknya anak. Sebagaimana dijelaskan Allah Ta’ala dlam surat Al-Hadid, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah pemainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megah di antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak”.

Terkadang orang tua terlalu berlebihan dalam memandang anak-anaknya. Ambisinya untuk menjadikan anak sebagai anak kebanggaan, dapat melailaikannya dari pendidikan yang benar. Dan ini sangat membahayakan masa depan mereka.

 

Ketiga: Anak Sebagai Fitnah Bagi Orang Tua

Di samping sebagai penyejuk hati dan perhiasan kehidupan, anak juga bisa menjadi sumber fitnah bagi keluarga dan masyarakatnya. Dengan demikian maka anak bisa juga menjadi petaka kehidupan yang menyesakkan dada. Bukan hanya dalam kehidupan dunia saja, tetapi juga di akhirat kelak.

Berbagai tindakan kriminal yang begitu merebak di masyarakat yang banyak dilakukan oleh anak-anak dan remaja, seperti mabuk-mabukan, merampok, memperkosa, bahkan membunuh orang tuanya sendiri, merupakan cermin kegagalan pendidikan anak, baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya sebagai berikut: Allah Ta’ala berfirman  “Dan ketahuliah bahwa harta-harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang bersar” (QS al-Anfal : 28).

Jika kita memiliki anak, dan dengan anak-anak itu semakin menjauhkan kita dari Allah Ta’ala, maka itulah yang disebut “anak sebagai fitnah bagi kedua orang tuanya”

Keempat: Anak Sebagai Musuh Bagi Orang Tua

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At Taghabun: 14)

Maksud dari anak menjadi musuh bagimu adalah, kadang-kadang anak dapat menjerumuskan kedua orang tuanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Seperti pendapat Mujahid berkata, “Yakni menjerumuskan mereka untuk memutuskan tali silaturahim atau bermaksiat kepada Rabb-nya. Ia tidak mampu berbuat apa-apa dikarenakan cintanya kepada mereka, sehingga ia mengikuti keinginan mereka (yang sesat).”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu ‘Abbas r.a, ketika ia ditanya seseorang tentang ayat ini, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka,” beliau berkata, “Mereka adalah para laki-laki yang telah memeluk Islam sejak di Makkah dan ingin mendatangi Rasulullah SAW tapi para istri dan anak-anak mereka menolaknya. Ketika mereka mendatangi Rasulullah, mereka melihat orang-orang telah banyak memahami masalah agama (sedangkan ia tidak seperti itu), lalu mereka berniat menghukum istri dan anak-anak mereka. Maka Allah berfirman, Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Agar anak tidak menjadi musuh bagi orang tuanya, maka kewajiban orang tua untuk selalu memaafkan dan mendampingi mereka dalam memilih dan menjalani kehidupan ini. Wallahul Musta’an

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami