BerandaKajianIbrohAgar Ramadhan Selalu Membekas di Hati

Agar Ramadhan Selalu Membekas di Hati

- Advertisement -spot_img

Agar Ramadhan Selalu Membekas di Hati

Ramadhan telah meninggalkan kita. Pelbagai ritual dan tradisi yang mengiringi bulan suci ini pun secara perlahan mulai kita tinggalkan.

Tak ada lagi tarawih, buka bersama, tadarus yang kita lakukan secara antusias di setiap waktu, i’tikaf, dan amal-amal kebaikan lainnya.

Bahkan, hari Idul Fitri sebagai perayaan kemenangan umat Islam dalam melawan hawa nafsu dan tindakan kejahatan pun sudah mulai terlupakan. Kita sudah merasa bebas untuk kembali pada kebiasaan dan rutinitas sebelum Ramadhan.

Termasuk bebas untuk melakukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan sekalipun. Na’udzubillah min dzalik.

Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan pasca Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, agar Ramadhan tetap memberi pengaruh dalam kehidupan kita?

Sesungguhnya melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan tidak saja dianjurkan oleh Islam pada bulan Ramadhan, namun berlaku di sepanjang kehidupan seorang hamba.

Ramadhan menjadi begitu istimewa karena pada bulan tersebut berbagai peristiwa penting terjadi. Seperti turunnya Kitab Suci Al-Qur’an, diwajibkannya ibadah puasa dan juga zakat fitrah.

Artinya, memperbanyak ibadah dan menjauhi kejahatan merupakan perintah yang disyariatkan secara universal.

Itu berarti pula bahwa meskipun Ramadhan telah jauh meninggalkan kita, semestinya segala prestasi yang telah diraih selama Ramadhan tetap mengakar dan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan.

Demikianlah makna takwa sebagai tujuan akhir dari ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, berlalunya bulan Ramadhan bukan berarti berakhirnya kewajiban kita untuk selalu melakukan ibadah, berbuat kebajikan, dan meninggalkan kejahatan.

Sebaliknya, pasca Ramadhan ini kita dituntut untuk terus meningkatkan derajat ketakwaan pada bulan-bulan berikutnya. Sebab kebajikan dan amal ibadah setelah bulan suci Ramadhan menjadi pertanda diterimanya ibadah puasa sekaligus ciri telah diraihnya hikmah puasa (lailatul qadar).

Maka jika setelah Ramadhan seseorang semakin rajin melakukan amal ibadah, menolong orang lain dan kebajikan lainnya, berarti orang tersebut benar-benar telah tuntas menegakkan shiyam.

Sebaliknya, jika seseorang justru semakin nakal, jahat, brutal, ataupun menindas orang lain, sudah bisa dipastikan bahwa ibadah puasa orang tersebut tidak memberikan arti apapun. Itulah kerugian besar yang sesungguhnya.

Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap perilaku seorang hamba?

Sejatinya pasca Ramadhan kita diharapkan untuk tetap istiqamah dan terbiasa dengan berbagai aktivitas ibadah serta amal shalih di hari-hari berikutnya selama sebelas bulan. Baik berupa amalan yang wajib maupun amalan sunah.

Sebab pada bulan Ramadhan kita telah berusaha secara penuh waktu selama 30 hari berturut-turut untuk melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih.

Sehingga di antara pelajaran yang bisa kita simpulkan agar Ramadhan selalu membekas di hati adalah:

Pertama: Semangat Beribadah dan Beramal Shalih

Ramadhan mengajarkan kita untuk semangat beribadah dan beramal shalih. Karena Allah akan memberikan pahala berlipat ganda bagi mereka yang berhasil melakukan berbagai amal ibadah dan kebajikan.

Maka, pasca Ramadhan ini semestinya kita terus berusaha mempertahankan ibadah dan amal shalih tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas.

Sekali lagi kita harus menyadari bahwa ibadah dan amal shalih itu tidak hanya disyariatkan untuk bulan Ramadhan saja, tetapi juga diperintahkan sepanjang masa selama kita hidup di dunia yang fana ini.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Bahkan kita diperintahkan untuk berlomba dalam kebaikan setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan.

Allah Ta’ala berfirman, “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Kedua: Menjaga Diri dari Maksiat

Ramadhan telah mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dari hawa nafsu. Sebab saat berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, berkata kotor, bertengkar, mencaci maki dan sebagainya.

Maka, sudah sepatutnya setelah Ramadhan kita mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu dan maksiat, baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina, menipu, menfitnah dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri, merampok, mencopet, korupsi, memukul, membunuh dan sebagainya.

Dengan demikian, pasca Ramadhan perilaku kita menjadi lebih baik.

Ketiga: Menumbuhkan Rasa Empati dan Kepedulian Terhadap Sesama

Ramadhan mengajarkan kita untuk berempati dan peduli terhadap sesama seperti orang fakir dan miskin, anak-anak yatim, gharimin, ibnu sabil, dan lain sebagainya, dengan anjuran memperbanyak infak, sedekah, dan zakat.

Begitu pula untuk saling mencintai dan mengasihi sesama muslim. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan tetap membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan, baik saudara kita seiman di tanah air maupun di wilayah lain seperti Palestina, Suriah, Rohingya dan lainnya.

Keempat: Selalu Menjaga Shalat Berjamaah

Dengan adanya syariat shalat tarawih berjamah, witir, dan qiyamullail di masjid maupun di mushalla, kita dibiasakan untuk istiqamah menjalankan shalat secara berjamaah. Pada saat shalat tarawih, masjid-masjid dan mushalla-mushalla penuh dengan jamaah.

Bahkan pada awal Ramadhan jamaah membludak dan tidak bisa menampung kapasitas pengunjung. Meskipun pada akhir Ramadhan jamaah  semakin berkurang, namun tetap lebih ramai dibandingkan dengan pada hari-hari selain Ramadhan.

Maka, diharapkan pasca Ramadhan kita terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah di masjid terutama bagi kaum laki laki.

Kelima: Menjaga Shalat-Shalat Sunah

Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah sunah. Pahala amalan sunah pada bulan Ramadhan dihitung seperti pahala wajib di bulan selainnya. (HR. Baihaqi)

Oleh karena itu, orang berlomba-lomba melakukan amalan sunnah seperti shalat tarawih dan lainnya. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan kita untuk tetap istiqamah dalam menjaga shalat-shalat sunnat seperti rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, setelah wudhu’ tahajjud, witir, shalat sunah fajar (sebelum shubuh), dan sebagainya.

Keenam: Suka Membaca Al-Quran

Ramadhan telah membiasakan kita untuk tadarus (berinteraksi) dengan Al-Qur’an, karena Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan, bacaan Al-Qur’an menggema di mana-mana.

Umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus Al-Qur’an dengan membaca, memahami, mentadabburi, menghafal dan mempelajarinya. Bahkan para sahabat Nabi  saling berlomba dalam menghatamkan Al Qur’an.

Sahabat Utsman bin Affan bahkan sanggup menghatamkan Al Qur’an sekali dalam semalam. Maka, sepeninggal Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya pada setiap saat.

Itulah di antara pelajaran yang bisa kita simpulkan selama mengikuti training Ramadhan. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang sukses dan pantas mengenakan toga ketakwaan pasca Ramadhan ini.

Kesuksesan Ramadhan kita sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas ibadah pada hari-hari setelah Ramadhan ini. Wallahu a’lam bish shawab.

 

Author: Ustadzah Siswati

Editor: Elfaqir ila Ghufranillah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami