Oleh: Mujahid Ammar Syahida
(Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisin Darusy Syahadah)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita begitu banyak nikmat, terutama nikmat Iman dan Islam.
Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada Uswah hasanah kita, Nabi Muhammmad ﷺ beserta para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang istiqomah dalam meniti ajarannya hingga Yaumul Qiyamah kelak.
Jama’ah Shalat Isya’ dan shalat tarawih yang dirahmati Allah Ta’ala…
Bersyukur kita pada Allah yang masih memberi kita kesempatan untuk menjumpai malam-malam paling istimewa di bulan yang istimewa ini. Yaitu 10 malam akhir bulan Ramadhan. Kenapa malam-malam ini lebih istimewa dibandingkan malam-malam Ramadhan lainnya? Karena di malam-malam tersebut terdapat 1 malam yang ibadah di dalamnya lebih besar pahalanya daripada ibadah 1000 bulan. Malam itu adalah malam lailatul qadr, yaitu malam kemuliaan. Allah berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3)
Tentang 10 malam terakhir ini, Rasulullah bersabda,
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ»
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhori no. 2020)
Maka di malam-malam ini, kita dianjurkan untuk menambah porsi ibadah kita. Meningkatkan dan memaksimalkan amal ketaatan melebihi hari-hari sebelumnya. Jadilah seperti kuda pacu yang mendekati garis finish, semakin dekat ia akan semakin mengencangkan larinya, bukan makin kendor.
Amalan-amalannya
Jama’ah Shalat Isya’ dan shalat tarawih yang dirahmati Allah Ta’ala…
Lalu amalan apa saja yang dianjurkan di malam-malam ini? Rasulullah memberi contoh kepada kita apa yang harus kita lakukan jika memasuki 10 malam terakhir di bulan mulia ini. Diceritakan oleh Ibunda Aisyah Radhiyallahu anha,
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ»
“Jika masuk sepuluh hari terakhir, Nabi ﷺ mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam dan membangunkan isteri-isterinya.” (HR. Bukhori no. 2024)
Diriwayatkan juga oleh Imam Bukhori dari Ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu anha bahwa ia berkata, “Nabi ﷺ melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah itu.” (HR. Bukhori, no. 2026)
Di antara amalan-amalan yang dianjurkan di waktu-waktu ini adalah i’tikaf. Apa itu i’tikaf? I’tikaf secara syar’i maknanya adalah berdiam diri di tempat khusus, yaitu masjid, dengan niat khusus. Hukum asli i’tikaf ini sunnah dan bisa dilakukan kapan saja tidak hanya di bulan Ramadhan. Hanya saja, di 10 hari terakhir Ramadhan lebih ditekankan lagi.
I’tikaf hukumnya bisa menjadi wajib apabila dinazarkan. Misalnya, ada yang berkata, ‘saya bernazar untuk i’tikaf selama 10 hari di bulan Ramadhan ini.’ Maka hukum i’tikaf menjadi wajib baginya.
Dan i’tikaf juga sah meskipun hanya sesaat saja. Misalnya kita masuk masjid untuk sholat dan tilawah, lalu kita niatkan untuk i’tikaf. Maka meskipun hanya beberapa menit atau setengah jam saja kita sudah mendapat pahala i’tikaf.
Maka alangkah baiknya apabila kita masuk masjid di setiap sholat 5 waktu, kita niatkan juga untuk i’tikaf. Karena dengan niat i’tikaf itu kita akan mendapat pahala i’tikaf selama berada di dalam masjid. Inilah salah satu keutamaan niat.
Namun, yang lebih utama dalam minimal waktu i’tikaf adalah satu malam. Dimulai sore hari sebelum berbuka hingga syuruq di esok harinya. Dan tentu saja yang paling utama adalah selama 10 hari.
Menghidupkan malam
Kemudian setelah kita meniatkan i’tikaf di masjid, apa saja yang kita lakukan? Segala bentuk ibadah yang bisa dilakukan di masjid, lakukanlah. Terutama di waktu malam, kita disunnahkan untuk menghidupkan malam-malam ini sebagaimana yang dilakukan Rasulullah ﷺ.
Dengan apa? Bisa dengan tilawah Al-Qur’an, shalat tahajjud, berdo’a maupun berdzikir. Jika kita sudah melakukan sholat tarawih bersama imam, tidak masalah jika malamnya kita tambah lagi dengan shalat tahajjud. Asalkan sholat witirnya sekali saja. Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhori no. 1901)
Selain itu kita juga disunnahkan untuk memperbanyak membaca do’a,
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي (عَنّا)
“Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami).”
Jama’ah Shalat Isya’ dan shalat tarawih yang dirahmati Allah Ta’ala…
Kenapa Allah menyembunyikan malam lailatul qadr ini? Di antara hikmahnya agar supaya kita berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Supaya kita memaksimalkan ibadah kita di semua malam-malam yang tersisa. Bukan hanya di salah satu malam saja.
Semoga Allah beri kita taufiq & kesempatan untuk menjumpai malam yang istimewa ini. Dan kita berharap saat bertepatan dengan malam ini kita dalam kondisi paling khusyu’ dan maksimal dalam beribadah kepada Allah. Aamiin.
