BerandaKajianTazkiyahMuraqabatullah Kesadaran Menuju Fitrah

Muraqabatullah Kesadaran Menuju Fitrah

- Advertisement -spot_img

Fitrah Baik Setiap Insan

Pendidikan Pesantren hari ini menjadi solusi bagi para orang tua yang memiliki kesadaran tentang kondisi. Fenomena akhlak dan ibadah para remaja muslim hari ini sangat menyedihkan.

Banyak fakta yang bisa kita saksikan. Akhlak yang buruk. Minum-minuman keras. Interaksi dengan lawan jenis, bahkan sampai tingkatan zina.

Narkoba dan narkotika, berbicara kotor, berbohong, berkata kasar kepada orang tua, berfoya-foya dalam hidup, dan banyak fenomena lain tak henti-hentinya selalu terjadi.

Dari peristiwa yang merebak inilah banyak orang tua yang menghawatirkan akan nasib anak-anak mereka kelak jika tidak segera diselamatkan dengan pendidikan dan lingkungan Islami.

Syaikh Shalih bin Fauzan menjelaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang terlahir di dunia ini terlahir dalam kondisi fitrah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar Rum: 30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.

Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama Islam sebenarnya hanya lantaran pengaruh lingkungan.

Rasulullah ﷺ bersabda

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

 “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Fitrah lurus yang Allah karuniakan kepada setiap manusia ini adalah satu satu dari 3 faktor yang mendorong atau memotivasi mereka untuk berbuat baik.

Artinya jika fitrah manusia masih lurus niscaya ia akan terbimbing menuju kebaikan. Sebab secara fitrah, manusia tidak menyukai perzinaan, kemaksiatan, kejahatan, kebohongan, dan keburukan yang lain.

Tetapi jika fitrah ini sudah melenceng dari jalan yang lurus atau telah terkontaminasi dan ternodai, maka ia tidak lagi mampu mengarahkan pemiliknya menuju kebaikan.

Sehingga ia akan lebih suka untuk berbuat keburukan.

Apa sebetulnya yang mengubah fitrah manusia ini? Setidaknya ada dua faktor utama yang mempengaruhi manusia.

Pertama adalah bi’ah sayyi’ah (lingkungan yang buruk), dan yang kedua adalah tarbiyyah munharifah (pendidikan yang menyeleweng).

Jika seorang anak tinggal di lingkungan yang buruk maka lama-kelamaan dan lambat laun akhlaknya akan melenceng.

Demikian pula jika ia disekolahkan di lembaga pendidikan yang menyeleweng pasti akan mengubah dan mempengaruhi fitrahnya.

Bila Kenyataan Tak Sesuai Harapan

Tidak salah jika orang tua mulai memilih pesantren dengan tarbiyah serta lingkungan yang kondusif dalam rangka menjaga fitrah putra putrinya.

Sehingga mereka tetap terjaga dalam akhlak yang mulia, ibadah yang shahihah, serta akidah yang lurus.

Tetapi bagaimana jika kondisi berbalik dan tidak sesuai dengan harapan?

Ternyata meskipun sudah disekolahkan di pesantren ada beberapa orang tua yang mengeluhkan anaknya.

Baik ibadah yang belum beres, akhlak kurang baik, ataupun turut larut dengan dunia luar.

Ternyata pendidikan pondok tidak serta merta menjadikan anak baik. Terlebih bagi mereka yang dahulu sejak kecil terkungkung dalam pendidikan pesantren.

Anak akan merasakan keguncangan yang luar biasa. Meskipun ada sebagian yang berhasil. Anak akan mengalami kebosanan dan kejenuhan dengan dunia yang seperti ini.

Dunia yang steril dari kemaksiatan sehingga barangkali hal ini akan menyebabkan daya imun anak kurang kuat.

Setelah lulus dari pesantren mereka menghadapi banyak hal-hal baru yang belum pernah mereka rasakan selama pendidikan di pesantren, sehingga mereka memiliki rasa penasaran untuk melakukannya. Wallahu a’lam.

Bagaimana Solusinya?

Jika orang tua dalam kondisi yang seperti ini, apakah langkah yang harus ditempuh untuk meminimalisir kondisi tersebut?

Apakah kemudian membenci dan mengecam sistem pendidikan pondok dan memasukkan mereka ke pendidikan umum?

Sesungguhnya pendidikan, tarbiyah, dan pembinaan anak tidak akan berhasil jika tidak ada tolong menolong, kerja sama, serta bahu membahu antara pihak orang tua dan lembaga pendidikan.

Saling menyadari tugas dan kewajiban masing-masing. Tidak selayaknya orang tua pasrah begitu saja dengan menyerahkan pendidikan anaknya secara total kepada lembaga. Tanpa kontrol dan pemantauan.

Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengarahkan kembali anak-anak kita menuju fitrahnya yang lurus adalah menanamkan muraqabatullah.

Muraqabatullah adalah merasa selalu diawasi oleh Allah.

Yaitu seorang muslim melatih jiwanya dengan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap detik kehidupan.

Sehingga keyakinannya benar-benar menjadi sempurna bahwa Allah mengetahui rahasia-rahasianya, mengawasi perbuatannya, memberikan perhitungan kepadanya dan pada setiap jiwa atas apa yang telah dikerjakan.

Allah berfirman

يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعۡلِنُونَۚ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (At-Taghabun: 4)

Dengan cara seperti itu, seorang muslim akan selalu memperhatikan kebesaran dan kesempurnaan Allah.

Ia akan merasakan nikmat dalam berzikir kepada-Nya, mengharap untuk berada di samping-Nya, menghadapkan diri kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.

Inilah makna menyerahkan diri dalam firman Allah

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisa’: 125)

Memiliki sifat muraqabah akan membuahkan sesuatu yang luar biasa dalam hidup seorang muslim. Sifat ini akan menjadikan seorang muslim hebat.

Sebab sifat ini akan membawa manusia kepada kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan.

Sifat ini akan menjadikan seorang muslim berpikir dan berusaha untuk tampil dalam pandangan Allah sebagai seorang muslim yang taat dan semangat dalam beribadah.

Menjadikan seorang muslim tidak pernah rela tampil di hadapan Allah dalam kondisi bermaksiat.

Sifat ini akan menjadikan seorang muslim berusaha berada dalam koridor syar’i yang diridhai. Menjadikan seorang muslim selalu berada di atas rel yang telah Allah tetapkan.

Menjadikan seorang muslim selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan amalnya.

Sebagaimana seorang karyawan yang 24 jam selalu diawasi oleh bosnya. Pasti ia akan melakukan yang demikian.

Allah berfirman

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.

Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61)

Sifat muraqabah juga akan menjadikan seorang muslim selalu ikhlas dalam beramal dan bekerja. Meskipun manusia tidak melihat, menyepelekan, bahkan tidak menganggap pekerjaannya.

Sifat muraqabah akan menjadikan ia yakin Allah melihat, mengawasi, dan memberikan balasan yang lebih baik. Tidak mudah memang untuk memiliki sifat ini namun bukan berarti tidak mungkin.

Marilah kita berusaha melatih dan membiasakan diri ini dengan sifat muraqabah. Sehingga menjadi pola dan karakter hidup seorang muslim yang hebat. Wallahu a’lam bish shawab.

Oleh Ustadz Taufiqurrahman

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami