BerandaKajianSifat Takut Kepada Allah Sebagai Perisai Keimanan

Sifat Takut Kepada Allah Sebagai Perisai Keimanan

- Advertisement -spot_img

Rasa takut kepada Allah yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari sebuah proses perjalanan menuju keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.

Perasaan takut kepada-Nya ini pula yang akan menghantarkan seorang hamba mencapai puncak dari kesempurnaan ibadah.

Karenanya, wajib bagi seorang hamba untuk selalu memupuk rasa khauf kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Secara bahasa khauf berasal dari kata “khafa, yakhafu, khaufan” yang artinya takut.

Sedangkan menurut istilah, khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya, atau mengganggu.

Adapun khauf yang dimaksud di sini adalah takut kepada Allah dengan mempunyai perasaan cemas dan khawatir terkena azab akibat melakukan kemaksiatan atau meninggalkan kewajiban.

Ada banyak dalil yang memerintahkan kita untuk memiliki rasa takut kepada Allah, antara lain firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا

 “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (QS. Al-Ahzab: 39)

Demikian firman Allah yang lain

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

 “Dan, barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur: 52)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَنْ خَافَ الله أخَافَ الله مِنْه ُكُلُّ شَيْءٍ، وَمَنْ لَمْ يخَفِ الله خَافَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ.

“Barangsiapa takut kepada Allah maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barangsiapa tidak takut kepada Allah maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu.” (HR. Al-Baihaqi)

Rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan muncul dari pengetahuan kepada-Nya dan sifat-sifat-Nya.

Demikian pula ia akan muncul dari perasaan banyaknya dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba.

Semakin seorang hamba mengenali Allah, semakin besar pula rasa takutnya.

Jadi, besarnya rasa takut seorang hamba sangat tergantung dengan seberapa besar ia mengenali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28)

Ya, para ulama lah yang paling takut kepada Allah, karena mereka adalah orang-orang yang paling mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka memiliki ilmu tentang-Nya, agama-Nya, dan sekaligus mampu mengamalkanya.

Orang-orang yang mengenal-Nya tentu akan paham benar akan kebesaran Allah dan keperkasaan-Nya.

Ibnu Katsir berkata, “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu).

Semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui, Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna serta baik, maka ia akan mengenal Allah dengan lebih sempurna.

Dengan hal tersebut ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim,  6/308)

Demikian, sehingga tidak mengherankan jika kita dapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat berada pada puncak khauf kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda

أَمَا وَاللهِ، إِنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ

“Ketahuilah, demi Allah. Sesungguhnya aku adalah hamba yang paling bertaqwa di antara kalian dan yang paling takut kepada-Nya.” (HR. Muslim)

Al-‘Allamah Asy-Syinqithi berkata, “Telah dimaklumi bahwa para Nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling mengenal Allah, paling mengetahui tentang hak-hak dan sifat-sifat-Nya, serta pengagungan yang menjadi hak-Nya.

Bersamaan dengan itu, mereka menjadi hamba yang paling banyak ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan yang paling takut serta berharap mendapat rahmat-Nya.”

Orang yang takut kepada Allah bukanlah hanya orang yang menangis dan bercucuran air matanya.

Tetapi ia adalah orang yang mampu mengekang hawa nafsunya dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hatinya pun dihiasi dengan kekhusyukan dan ketenangan, jauh dari kesombongan, iri dan dengki.

Bahkan tiada lagi kesibukannya selain usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, “Kadar rasa takut yang wajib dimiliki oleh seorang hamba adalah seukuran rasa takut yang bisa mendorongnya melakukan hal-hal yang fardhu dan menjauhi yang diharamkan.

Apabila lebih dari kadar di atas sehingga bisa membangkitkan jiwa untuk bersemangat mengerjakan nafilah (amalan sunah) dan ketaatan, menjauhi yang makruh, serta tidak berlebihan dalam hal-hal yang mubah, maka itu semua merupakan keutamaan yang terpuji.

Namun, apabila rasa takut itu melebihi hal di atas sehingga bisa menyebabkan sakit, mati atau kecemasan permanen yang memutus semua jenis usaha, maka rasa takut ini tidaklah terpuji.”

Orang yang memiliki sifat khauf kepada Allah berarti ia telah merealisasikan ihsan dalam kehidupannya.

Sebab rasa tersebut hadir lantaran ia selalu merasa berada dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketakutan kepada Allah inilah yang kemudian menjadi dasar seseorang untuk meninggalkan segala kemaksiatan di dunia.

Maka, sungguh beruntunglah bagi mereka yang meninggalkan segala kemaksiatan di dunia ini atas dasar ketakutan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebab Ibnu Qayyim berkata berkata mengenai orang tersebut bahwa ketika ia meninggal dunia, maka para malaikat akan menyambutnya dengan kabar gembira dari Rabbnya berupa surga.

Ia tidak lagi merasa takut dan tidak pula bersedih, serta berpindah dari penjara dunia dan kesempitannya kepada taman-taman surga yang indah yang akan dinikmatinya pada hari kiamat kelak.

Jika hari kiamat datang, maka ia berada dalam lindungan singgasana-Nya.

Jika mereka berjalan menuju Allah, maka ia akan bersanding bersama para wali-Nya, bersama orang-orang yang bertakwa dan bersama kelompok orang-orang yang beruntung.

Demikianlah urgensi dari rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ia akan menjadi perisai keimanan dari seorang hamba sekaligus menjadi wasilah untuk mendulang berbagai kenikmatan dari-Nya.

Mudah-mudahan kita semua ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi seorang hamba yang senantiasa takut kepada-Nya. Aamiin ya rabbal ‘alamin

Oleh Ustadz Ahsanul Huda

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami