BerandaKabar PondokDaurah Tadabbur Al-Qur’an Bersama Syaikh Dr. Hilal As-Sanad

Daurah Tadabbur Al-Qur’an Bersama Syaikh Dr. Hilal As-Sanad

- Advertisement -spot_img

Darusy Syahadah-Senin, 29 Agustus 2022, Ponpes Islam Darusy Syahadah mengadakan acara menarik yang bertema “Dauroh Tadabbur Al-Qur’an; Metode 5-T.” Acara ini diisi oleh Syaikh Dr. Hilal As-Sanad hafizhahullah dari Akademi An-Naba’ Al-‘Azhim, Mekah.

Acara yang diikuti ratusan Asatidz dan penuntut ilmu ini berjalan sangat meriah. Antusiasme para peserta terasa begitu besar.

Tentu, karena daurah kali ini menghadirkan tema yang sangat dibutuhkan oleh setiap muslim, yaitu tadabbur Al-Qur’an. Harapannya mereka bisa menyerap ilmu tadabbur ini dengan baik, dan mengajarkannya kepada umat Islam.

Acara ini semakin hidup karena dipandu oleh Syaikh Dr. Hilal As-Sanad hafizhahullah. Sebab, dalam acara ini Syaikh tidak menjelaskan materi secara panjang lebar, tetapi beliau justru mengajak para peserta untuk aktif.

Bukan dengan banyak berteori, tetapi langsung praktik.

Caranya? Syaikh meminta kepada para peserta untuk membuat kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh orang. Jumlah peserta yang mencapai 170-an lebih menjadikan setidaknya ada 17-an kelompok.

Setiap kelompok ada ketua yang akan mewakili untuk menyampaikan hasil diskusi bersama para anggotanya. Setelah kelompok terbentuk, barulah Syaikh menyampaikan materinya, yaitu Tadarus Al-Qur’an.

Pada kesempatan tersebut, Syaikh menyebutkan ayat dan hadits yang melandasi metode tadarus ini. Beliau kemudian meminta kepada masing-masing kelompok untuk mempraktikkan metode ini dengan berdiskusi bersama kelompoknya.

Daurah Tadabbur Al-Qur’an Bersama Syaikh Dr. Hilal As-Sanad
Foto Dok. Peserta daurah berfoto bersama Syaikh Dr. Hilal As-Sanad seusai acara

Masing-masing peserta harus menyampaikan pelajaran yang bisa dia petik dari ayat atau hadits yang sedang dikaji.

Pertama, surat Al-Baqarah ayat 128

            رَبَّنا ‌وَابْعَثْ ‌فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Wahai Rabb kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Apa yang bisa dipetik dari ayat di atas?

Ada banyak, di antaranya:

  1. Barakah doa orangtua untuk anak keturunannya;
  2. Pentingnya keberadaan seorang dai (pengajar, guru, ustadz);
  3. Urgensi seorang dai memahami kondisi mad’unya (dai menyampaikan dengan bahasa kaumnya); dan yang terpenting adalah
  4. Tugas seorang Rasul dan Nabi (begitu pula dengan para ulama yang menjadi pewaris para Nabi) ialah membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkannya, dan menyucikan jiwa-jiwa manusia.

Ayat ini menjadi salah satu landasan dari proyek Tadarus Al-Qur’an yang diperankan oleh Akademi An-Naba’ Al-‘Azhim, Mekah.

Kedua, hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

            وَمَا ‌اجْتَمَعَ ‌قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah sekelompok kaum berkumpul di salah satu rumah Allah; mereka membaca Al-Qur’an dan saling mengkaji di antara mereka, kecuali ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat Allah menaungi mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Apa yang bisa dipetik dari hadits di atas?

Para peserta menyebutkan banyak pelajaran dari hadits tersebut, di antaranya:

  1. Pentingnya perkumpulan Al-Qur’an yang menghajatkan adanya guru dan murid –atau komunitas kajian Al-Qur’an;
  2. Penyebutan rumah Allah menunjukkan tentang pentingnya tempat, yaitu bahwa tempat yang paling utama untuk dijadikan markas mengkaji Al-Qur’an adalah Masjid;
  3. Penyebutan kata ‘tadarus’ dalam hadits di atas menunjukkan tentang pentingnya mengkaji Al-Qur’an, dan ini harus dilakukan secara terus-menerus karena kata tadarus disebutkan dalam bentuk fi’il mudhari’, dilakukan saat ini, akan datang, dan berkesinambungan;
  4. Berkah dari kajian intensif ini adalah turunnya ketenangan, dilimpahinya rahmat, dikelilingi Malaikat dan disebut-sebut Allah di hadapan para Malaikat.

Hadits di atas juga menjadi landasan dari kajian Tadarus Al-Qur’an.

Tadarus Al-Qur’an

Tadarus di sini bukan bermakna tilawah yang biasa difahami oleh umat Islam di Indonesia. Tetapi, dengan merujuk kepada hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam di atas, tadarus yang dimaksud adalah kegiatan saling mempelajari satu sama lain, dan ini dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Metode tadarus sendiri ditengarai menjadi metode terbaik yang dapat diterapkan dalam kajian-kajian Al-Qur’an.

Melalui metode ini, akan diperoleh banyak kebaikan, di antaranya: (1) Para peserta akan mendapatkan pahala yang besar, dan (2) Mereka dapat memahami makna serta pesan dari setiap ayat yang dibaca, kemudian diamalkan.

Metode tadarus yang ditawarkan oleh Syaikh Dr. Hilal As-Sanad berisi 5 T, yaitu:

(1) Tamhid, yaitu pendahuluan yang menarik;

(2) Tilawah, yaitu membaca surat atau potongan ayat Al-Qur’an yang akan ditadarusi;

(3) Tafsir, yaitu penjelasan arti suatu kata atau frasa pada ayat secara singkat;

(4 dan 5) Tadabbur dan Tazkiyah, yaitu menelaah kandungan ayat dan pengamalan ayat.

Dari 5 T yang disebutkan dalam kajian tadarus di atas, kajian intinya ada pada poin ke-4, yaitu tadabbur.

Tadabbur Al-Qur’an

Secara sederhana, Syaikh Dr. Hilal As-Sanad hafizhahullah menjelaskan bahwa kunci tadabbur adalah at-tasa’ul, bertanya tentang redaksi ayat-ayatnya.

Misalnya adalah perintah untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma sebagaimana yang diabadikan Allah dalam surat Maryam ayat 25 yang berbunyi,

وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Maryam: 25)

Lalu bagaimana cara kita menadabburi ayat di atas?

Caranya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini;

Mengapa, “wa huzzi” padahal pada saat itu kondisi yang dialami oleh Ibunda Maryam ialah kondisi yang lemah, karena pada waktu itu ibunda Maryam baru melahirkan?

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari kata, “wa huzzi” ini?

Apa makna dari “wa huzzi”?

Apa perbedaan antara kata, “wa huzzi” dan “azza” sebagaimana disebutkan dalam ayat 83 dari surah Maryam?

Mengapa, “bi-Jidz’in nahkhlah”?

Mengapa, “tusaqith”?

Mengapa “ruthaban”?

Mengapa, “janiyyan”?

Masya Allah! Terlihat sesederhana itu. Tapi sebetulnya untuk bisa menjawab kita perlu mengkaji kitab-kitab para ulama.

Demikianlah.

Semoga kajian Dauroh Tadabbur Al-Qur’an yang diadakan oleh Ponpes Islam Darusy Syahadah di atas semakin menyemarakkan kajian Tadabbur Al-Qur’an di tengah-tengah umat. (Ibnu Abdil Bari, Alumni Darusy Syahadah dan Penulis buku best seller bertema Tadabbur)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami