BerandaKajianRenunganAllah Menilai Pada Hati dan Amalan Manusia

Allah Menilai Pada Hati dan Amalan Manusia

- Advertisement -spot_img

Allah Menilai Pada Hati dan Amalan Manusia
Penulis: Mujahid Ammar (Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil lil Mudarrisin)

Manusia, diciptakan Allah ﷻ dalam keadaan berbeda-beda. Ada yang Allah ﷻ ciptakan berkulit putih, coklat, dan ada yang gelap.

Ada juga yang Allah ﷻ ciptakan dengan tubuh yang tinggi, ada pula yang pendek. Ada manusia yang Allah ﷻ beri kekayaan adapula yang tidak.

Akan tetapi, meskipun manusia diciptakan berbeda-beda, Allah ﷻ tetaplah Maha Adil. Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

 إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa-rupa kalian dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 4651)

Dari hadits tersebut kita bisa melihat bentuk keadilan Allah ﷻ. Adil adalah lawan dari zalim. Allah Maha Adil dan Allah tidak mungkin zalim.

Allah ﷻ tidak menjadikan bentuk fisik manusia sebagai tolak ukur yang akan memasukkan manusia ke dalam surga.

Sekarang mari kita bayangkan, jika Allah ﷻ menciptakan manusia ada yang pendek dan ada yang tinggi, lalu di akhirat Allah ﷻ hanya memasukkan ke surga orang-orang yang tinggi saja tentu ini adalah ketidakadilan dan Allah ﷻ mustahil berbuat seperti itu.

Contoh lain, jika Allah ﷻ memberikan kekayaan kepada sebagian orang saja kemudian Allah ﷻ hanya memasukkan ke surga orang-orang yang kaya, maka ini adalah bentuk kezaliman dan ketidakadilan.

Tapi kita bersyukur, Allah ﷻ Maha Adil dan tidak mungkin berlaku zalim pada hamba-hamba-Nya.

Apa yang Allah ﷻ nilai?

Dijelaskan dalam hadits di atas, Allah ﷻ akan menilai apa yang di hati manusia dan amalan-amalannnya. Dari hati, Allah ﷻ melihat keimanan seseorang.

Allah Maha Tahu seberapa besar keimanan dan keyakinan seseorang terhadap Allah ﷻ. Bahkan, meskipun seseorang berpenampilan sebagai orang yang paling shalih sekalipun, jika di hatinya ada kekufuran atau kemunafikan, Allah ﷻ mengetahui itu.

Begitupun niat, Allah ﷻ mengetahui niat-niat para hamba-Nya. Bisa saja seseorang menipu orang lain dengan amalan kebaikannnya, padahal di hatinya ia menyimpan niat yang buruk.

Sebagaimana dikisahkan, kelak ada tiga golongan manusia yang di dunia dikenal sebagai orang baik dan shalih namun akan dimasukkan ke neraka. Mereka adalah seorang mujahid, penghafal Al-Qur’an, dan orang kaya yang dermawan.

Ketika di hadapkan pada Allah ﷻ di Hari Kiamat, Allah ﷻ mengungkap kebusukan niat mereka. Seorang mujahid, ia selalu ikut berjihad di jalan Allah akan tetapi niatnya hanya ingin dikenal sebagai seorang pemberani.

Si penghafal Al-Qur’an, ingin dikenal sebagai orang yang ahli qur’an. Demikian pula dengan Si Kaya yang berderma hanya karena ingin dikenal sebagai orang dermawan.

Apa yang mereka harapkan ternyata adalah pujian dari manusia, bukan ridha dari Allah ﷻ. Maka, Allah ﷻ memasukkan mereka ke neraka.

Selain penting bagi kita untuk memperbaiki amalan-amalan, kita juga harus berusaha untuk selalu menata niat dalam hati. Pastikan apa yang kita lakukan adalah untuk mencapai ridha Allah ﷻ.

Hindari perbuatan riya’ atau ingin dilihat manusia dan selalu luruskan niat baik itu di awal perbuatan, tengah, maupun setelahnya. Sebab hati itu ibarat bulu ayam yang terbang dibawa angin, sangat mudah sekali terbolak-balik.

Bisa jadi sebelum shalat, kita sudah meluruskan niat. Akan tetapi tiba-tiba dipertengahan shalat terbesit keinginan hati agar dilihat orang lain. Maka jika itu terjadi, kita harus bersegera meluruskan kembali.

Begitu pula dengan amalan-amalan lainnya.

Jangan risau atas apa yang tidak bisa dipilih.

Dari hadits di atas, juga bisa diambil kesimpulan bahwa tidak sepantasnya kita cemas, galau, sedih, ataupun risau terhadap hal-hal yang tidak bisa kita pilih.

Contohnya: bentuk fisik. Sebab Allah menerangkan bahwa Dia tidak menilai seseorang dari bentuk fisiknya.

Maka jangan sampai kita menghabiskan waktu hanya untuk meratapi, kenapa kulit saya gelap? Kenapa badan saya pendek? Kenapa rambut saya keriting? Kenapa saya lahir sebagai orang Jawa? Dan kenapa-kenapa lainnya…

Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya akan menjadi celah bagi setan agar kita ragu akan keadilan Allah. Hal tersebut juga akan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak manfaat.

Tapi marilah kita fokus pada apa yang bisa kita pilih. Seperti amalan. Antara amalan baik atau buruk, kita bisa memilih.

Setiap hari dan bahkan setiap detik, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan akan berbuat apa. Sejak bangun tidur, kita dihadapkan pada pilihan antara shalat shubuh atau tidur lagi.

Kemudian setelah shalat kita dihadapkan pilihan antara ngaji atau main HP misalnya. Semua itu bisa kita pilih, dan pilihan inilah nanti yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ.

Contoh lain lagi, kekayaan. Kekayaan adalah hal yang ditetapkan oleh Allah ﷻ. Kita tidak bisa memilih menjadi kaya atau miskin.

Tapi kita bisa mengusahakan untuk menjadi kaya. Nah, usaha inilah yang akan Allah nilai ﷻ. Karena kita bisa memilih antara berusaha menjadi kaya dengan cara yang halal atau haram dan Allah ﷻ akan menilai hati dan amalan kita.

Wallahu a’lam bish-shawab

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami