Daftar Isi
Oleh: Mujahid Ammar Syahida
(Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisin Darusy Syahadah)
Kenapa Harus Berdakwah?
Islam dan dakwah adalah 2 hal yang tak bisa dipisahkan. Dan pada dasarnya, dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Karena seandainya dakwah hanya kewajiban Rasulullah ﷺ saja, maka mungkin kita tak akan merasakan nikmatnya Islam hari ini di negeri ini. Hanya saja setiap orang memiliki porsi yang berbeda-beda sesuai kemampuannya. Dan sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, maka dakwah dibutuhkan agar rahmat ini bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia, sehingga indahnya Islam bisa dirasakan oleh seluruh manusia.
Dakwah sendiri sebenarnya juga merupakan bentuk cinta terhadap orang yang didakwahi (mad’u). Sebagaimana seorang suami yang sangat mencintai istrinya, ketika ia merasakan hal-hal yang indah, pasti sangat ingin istrinya juga merasakannya. Ia juga akan berusaha agar istrinya terhindar dari hal-hal yang berbahaya. Maka dakwah juga seperti itu, seorang muslim yang telah merasakan nikmatnya Islam, yang juga mencintai orang-orang di sekitarnya tentu juga ingin agar orang-orang tersebut merasakan indahnya Islam dan berusaha menjauhkan mereka dari kesengsaraan di kehidupan akhirat.
Dalam Al-Qur’an Allah juga memuji para da’i (pendakwah) yang menyeru manusia kepada kebenaran. Allah berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘sungguh aku termasuk orang-orang muslim’.” (QS Fushshilat: 33)
Bagaimana Berdakwah?
Dakwah dapat disampaikan dalam berbagai media, diantaranya adalah dengan lisan maupun tulisan. Apalagi di zaman yang semakin modern ini, teknologi bisa digunakan sebagai senjata ampuh untuk menyebarkan dakwah Islam. Dimana hanya dengan modal jari kita sudah ikut andil dalam berdakwah. Bahkan sebenarnya tidak hanya terbatas itu saja, dakwah juga bisa disampaikan dengan perbuatan. Yaitu dengan memperlihatkan akhlak dan pola hidup yang islami, dengan harapan orang-orang yang melihat kita akan jatuh cinta pada Islam. Jadi tak ada alasan lagi bagi siapapun untuk tidak berdakwah.
Benar, Baik dan Bagus
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata ‘benar’, ‘baik’ dan ‘bagus’ dalam menilai sesuatu yang bermakna positif. Maka begitu juga dalam dakwah, ia harus mengandung ketiga unsur tersebut. Aspek-aspek ini saling berkaitan dan berkontribusi untuk keberhasilan dakwah.
- Benar
Apa yang didakwahkan harus berupa kebenaran. Dan ini adalah landasan yang tidak bisa dikompromikan. Dakwah harus disampaikan berdasarkan apa yang Allah turunkan dan apa yang Rasulullah ﷺ ajarkan. Maka penting sekali dan sudah menjadi kewajiban bagi para da’i untuk belajar sebelum berdakwah. Sehingga ketika ia terjun ke medan dakwah, ia benar-benar mengajak manusia ke jalan kebenaran. Bukan justru mengalihkan dari satu kesesatan kepada kesesatan lainnya.
- Baik
Setelah jalan kebenaran telah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mengajak manusia ke jalan tersebut dengan cara yang baik. Karena apabila ajakan itu dilakukan dengan cara yang brutal dan sembrono, maka yang terjadi adalah manusia malah menjauh dari jalan tersebut. Bisa jadi mereka menjauh bukan karena Islamnya, tapi karena perilaku para da’inya.
- Bagus
Jika apa yang didakwahkan sudah benar, lalu penyampaian dakwah juga sudah dengan cara yang baik, maka langkah selanjutnya adalah mengemas dakwah dengan kemasan yang bagus atau indah. Karena manusia pada umumnya belum tentu mau menerima sesuatu yang benar, tapi mereka sudah pasti mau menerima sesuatu yang indah.
Dan karena kecenderungan manusia pada sesuatu yang indah inilah orang-orang kafir pun menghiasi syi’ar-syi’ar mereka dengan keindahan. Hal itu bisa kita lihat bagaimana totalitas mereka ketika membuat film, konser ataupun media kampanye lainnya. Mereka selalu berusaha menampilkannya dengan visual yang bagus dan mempesona. Tujuannya jelas adalah membuat orang lain terpikat dengan apa yang mereka bawa. Maka, sebagai penyeru kebenaran, kita tidak boleh kalah dari mereka. Dan yang terpenting adalah, unsur keindahan yang hendak disertakan dalam dakwah tidak boleh menyelisihi atau melanggar poin pertama, yaitu kebenaran. Dakwah harus disampaikan dengan kemasan yang bagus tapi juga tetap dalam koridor syari’at.
Benar, Baik dan Bagus, atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut; Haq, Hikmah dan Hasan. 3 unsur dakwah ini secara tidak langsung juga telah Allah beritahukan kepada kita di dalam Al-Qur’an:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (125)
“Serulah (mereka) ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan mau’izhah hasanah dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Ketiga unsur dakwah ini juga dicontohkan oleh para nabi. Contohnya, Nabi Musa datang kepada Fir’aun dan pengikutnya dengan membawa kebenaran. Lalu ia menyampaikannya dengan cara yang baik, yaitu dengan qoulan layyinan (perkataan yang lembut). Kemudian ia juga menyertakan unsur keindahan berupa mukjizat yang menyerupai sihir, dimana keindahan yang diakui pada masa itu adalah kemahiran dalam bidang sihir.
Begitu juga Nabi Muhammad, beliau diutus dengan membawa kebenaran. Lalu beliau serukan kebenaran itu dengan kebaikan akhlak beliau. Dan perlu digarisbawahi bahwa beliau tidak pernah dibenci dan diingkari karena akhlak dan perilakunya. Bahkan kaum Quraisy pun mengakui sendiri kebaikan akhlak beliau dengan memberinya gelar al-Amiin. Kemudian beliau juga menyampaikan dakwahnya dengan bahasa yang paling bagus, yaitu Al-Qur’an yang keindahannya jauh melebihi syair-syair yang pernah ada. Yang mana keindahan yang diakui dan digandrungi di masa itu adalah kepiwaian dalam bersyair.
Tugasmu Hanya Menyampaikan
Pada akhirnya, yang bisa dilakukan oleh seorang hamba hanyalah berikhtiar. Adapun hasilnya mutlak kuasa Allah Ta’ala. Bahkan Allah pernah mengingatkan Nabi Muhammad ﷺ bahwa kewajibannya hanyalah menyampaikan. Karena saat itu beliau sangat berhasrat agar semua orang mau menerima dakwah dan masuk Islam. Maka poin penting setelah berikhtiar adalah bertawakkal pada Allah dan memperbanyak do’a agar mereka yang didakwahi dibukakan pintu hatinya untuk menerima kebenaran.
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An-Nahl: 82)
Wallahu a’lam bish-shawab.