BerandaMateri KhutbahKhutbah Idul AdhaDi Atas Pundak Ayah dan Doa Ibu: Lahirnya Generasi Pengubah Dunia

Di Atas Pundak Ayah dan Doa Ibu: Lahirnya Generasi Pengubah Dunia

- Advertisement -spot_img

Bila antum menghendaki artikel ini, silakan klik download

Khutbah Pertama

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

 أَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ    أَمَّا بَعْدُ،

عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ.

 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Dialah yang telah menurunkan petunjuk melalui Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hari ini adalah hari agung, hari raya Idul Adha, hari pengorbanan dan ketundukan. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, suri teladan umat manusia, serta keluarga dan para sahabat beliau yang mulia.

 

Fondasi Peradaban Dimulai dari Keluarga

 

Jama’ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Peradaban Islam tidak dibangun di atas harta, kekuasaan, atau bangunan fisik semata. Ia dibangun di atas akidah, akhlak, dan ketundukan kepada Allah, yang semuanya bermula dari keluarga. Keluarga adalah miniatur masyarakat. Jika keluarga rusak, maka masyarakat pun rapuh. Sebaliknya, keluarga yang kokoh dalam iman dan nilai-nilai Islam akan melahirkan masyarakat dan peradaban yang gemilang.

 

Allah ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “ (QS. At-Tahrīm: 6)

 

Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab pertama seorang Muslim adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari kesesatan. Tugas ini lebih besar daripada urusan pekerjaan, karier, atau kekuasaan.

 

Banyak orang hari ini mengeluh soal kerusakan generasi, dekadensi moral remaja, dan keruntuhan akhlak masyarakat. Namun, pertanyaan terbesarnya adalah: apakah kita sudah mendidik keluarga kita sendiri dengan benar?

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ،  لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim: Simbol Kepatuhan Tanpa Syarat

 

Idul Adha tidak akan bisa dipahami tanpa menengok kisah luar biasa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, istrinya Hajar, dan putranya Ismail. Tiga sosok yang menjadi lambang ketaatan dan pengorbanan. Mari kita renungkan pelajaran dari mereka satu per satu:

 

1. Nabi Ibrahim: Ayah yang Taat dan Pemimpin yang Visioner

Allah berfirman:

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ

 

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 124)

Dalam salah satu tafsir ayat di atas, disebutkan bahwa Ibnu Katsir mengatakan, “Allah memilih Ibrahim karena kesempurnaan iman, akhlak, dan keteguhannya menjalankan perintah Allah, termasuk dalam keluarga dan keturunannya.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kisah Nabi Ibrahim –alaihissalam– adalah contoh ideal dalam membentuk keluarga bertauhid dan berperadaban.

 

Ma’asyirol muslimin, tamu undangan Allah yang selalu mengharapkan ampunan-Nya

 

Ujian terbesar Nabi Ibrahim -alaihis salam- adalah perintah menyembelih anaknya. Suatu perintah yang sangat berat secara manusiawi, namun ia melaksanakannya dengan penuh ketaatan.

 

Berbicara tentang Pendidikan Anak dalam Keluarga , Ibnu Qayyim al-Jauziyyah – rahimahullah– memberikan nasehat bagi kita selaku orang tua:

 

“Sesungguhnya kebanyakan kerusakan anak disebabkan oleh orang tua mereka, karena mereka menelantarkan pendidikan agama, mengabaikan perintah-perintah Allah, dan hanya mementingkan duniawi semata.” (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hlm. 229)

 

Dalam konteks Ini, beliau menekankan bahwa keluarga — khususnya orang tua — bertanggung jawab besar atas masa depan spiritual dan moral anak-anak mereka.

 

2. Ismail: Anak Saleh yang Tumbuh dalam Pendidikan Tauhid

Ketika Ismail sudah beranjak dewasa, ayahnya Ibrahim -alaihimas salam- berkata:

يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ

 “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”

 

Ismail menjawab,

يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shāffāt: 102)

 

Dialog di atas, menunjukkan bawah anak yang mampu menjawab demikian bukanlah hasil dari nasihat sekali dua kali. Ia hasil dari pendidikan tauhid yang konsisten, keteladanan orang tua, dan lingkungan keluarga yang saleh.

 

3. Hajar: Ibu Tangguh yang Menginspirasi Zaman

Siti Hajar adalah teladan wanita beriman. Ketika ditinggal di padang tandus bersama bayinya, ia hanya berkata:  “Jika ini perintah Allah, maka Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.”

 

Ia berlari dari Shafa ke Marwah dalam kehausan dan kecemasan, tapi keimanannya tidak goyah. Lalu Allah pun memuliakannya dengan munculnya sumur zamzam, dan mengabadikan kisahnya dalam rangkaian ibadah haji.

 

Idul Adha Bukan Hanya Kurban, Tapi Refleksi Keluarga

Ma’asyirol muslimin rahimaniyallahu wa iyyakum

Saat kita menyembelih hewan kurban, jangan hanya berfokus pada proses fisiknya. Lebih dalam dari itu, kita sedang mengenang kesediaan Ibrahim menyembelih rasa cinta duniawinya, menyisakan cinta murni hanya untuk Allah.

 

Kurban bukan semata ritual, tapi simbol penyerahan total diri. Maka mari bertanya kepada diri:

  1. Sudahkah keluarga kita rela “berkurban” demi menaati Allah?
  2. Apakah rumah tangga kita sudah dibangun di atas ketaatan?
  3. Ataukah justru kita lebih sibuk dengan dunia, gadget, hiburan, dan urusan fana lainnya?

 

Allah tidak butuh darah dan daging kurban kita. Yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demi-kianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj: 37)

 

Keluarga Saleh Melahirkan Generasi Beradab

 

Nabi ﷺ mengingatkan kita dalam sabdanya:

ما نَحَل وَالِدٌ وَلَداً مِنْ نُحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).

 

 

Orang tua hari ini berlomba memberikan sekolah terbaik, makanan bergizi, dan fasilitas modern. Tapi lupa memberikan waktu, perhatian, dan keteladanan iman.

 

Padahal, orang tua adalah madrasah utama. Ketika ayahnya jujur, anak belajar integritas. Ketika ibunya sabar, anak belajar keteguhan. Ketika keduanya rajin shalat, anak pun akan mencintai ibadah.

 

Zaman boleh berubah, teknologi makin canggih, tapi akhlak dan iman tetap menjadi fondasi utama dalam membangun generasi.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah Kedua

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ،  لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِقْرَارًا بِرُبُوْبِيَّتِهِ وَاِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْبَشَرِ.

الحمدُ للهِ الذي تَقَدَّسَ عنِ الأنْدادِ وأحْصَى كُلَّ شَىءٍ عَدَداً وَتَنَزَّهَ عَنِ الأَشْبَاهِ ولمْ يَزَلْ فَرْداً صَمَداً والصّلاةُ والسّلامُ على الرَّسُولِ المُجْتَبَى وَالنَّبِيِّ المُصطَفى سيِدِنَا مُحمّدِ بنِ عَبْدِ اللهِ وعلى ءالِهِ الأبْرارِ وأصْحَابِهِ الأَطْهارِ الأَنْجَابِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحْسانٍ إلى يوْمِ الجزاءِ والحِسابِ.

Penutup: Mulailah Peradaban dari Rumah

 

Ma’asyirol muslimin arsyadaniyallahu wa iyyakum

Melalui mimbar ini, dan di kesempatan yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi dan jama’ah sekalian :

  1. Kita ingin umat ini kembali berjaya. Kita rindu peradaban Islam yang unggul seperti masa keemasan dahulu. Tapi tak akan lahir generasi sehebat Imam Syafi’i, Imam Ahmad, atau Sultan Muhammad Al-Fatih jika kita abai membina rumah tangga. Karena peradaban besar lahir dari rumah-rumah kecil yang penuh cahaya iman.
  2. Mari kita mulai perubahan dari rumah masing-masing:
    • Jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan harian keluarga.
    • Lakukan shalat berjamaah di rumah.
    • Bangun komunikasi hangat antara orang tua dan anak.
    • Tingkatkan kualitas peran ayah sebagai pemimpin, dan ibu sebagai madrasah utama.

 

Sebagaimana Allah telah menerima pengorbanan Ibrahim, semoga pula Allah menerima niat dan amal kita.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ،

اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ،

اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا    اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

 

 

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami