BerandaKajianIbrohMemuliakan Tetangga Berbalas Surga

Memuliakan Tetangga Berbalas Surga

- Advertisement -spot_img

Memuliakan Tetangga Berbalas Surga
Penulis: Mujahid Ammar (Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil lil Mudarrisin)

Dalam Islam, kita tidak hanya diperintahkan untuk memperbaiki hubungan dengan Pencipta saja, tapi juga kepada sesama.

Ada hablun min Allah dan hablun min an-nas.

Di antara para manusia, ada yang namanya tetangga. Siapa itu tetangga? Yaitu mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dengan kita.

Sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain, tentunya keberadaan tetangga menjadi hal penting dalam kehidupan.

Maka dari itu Islam sangat menekankan sekali hak-hak tetangga dan kewajiban berbuat baik terhadap mereka.

Allah berfirman

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An Nisa: 36)

Walaupun tetangga kita adalah orang kafir sekalipun, kita tetap diperintahkan untuk berbuat baik padanya.

Sebab ia tetaplah tetangga kita, sehingga ia memiliki hak-hak tetangga yang harus kita tunaikan.

Jika ia seorang muslim, maka ia memiliki dua hak atas kita, yaitu hak sebagai tetangga dan hak sebagai saudara seiman.

Apalagi jika ia juga termasuk kerabat, maka bertambah satu hak lagi, yaitu hak kekerabatan.

Ancaman Bagi yang Mengganggu Tetangga

Rasulullah ﷺ bahkan mengancam seseorang yang tidak memuliakan tetangganya dengan ancaman neraka.

Suatu ketika diceritakan kepada beliau bahwasannya ada seorang wanita yang banyak melakukan shalat, sedekah, dan puasa.

Hanya saja ia menyakiti tetangga dengan lisannya. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “ia di neraka.”

Beliau juga pernah bersabda

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.” (HR. Muslim no. 46)

Juga di hadits lain,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya” (HR. Bukhari no.1609)

Salah satu bentuk menyakiti tetangga adalah dengan mencela, mengumpat dan menyebarkan aib-aib mereka.

Namun di zaman kita sekarang ini, menyakiti tetangga bukan hanya dengan lisan saja.

Akan tetapi bisa dengan perbuatan-perbuatan yang membuat tidak nyaman, seperti menyalakan televisi atau radio dengan suara keras di waktu istirahat, membuang sampah di pekarangan rumahnya, dan lain sebagainnya.

Memberi Hadiah

Termasuk adab yang diajarkan oeh Rasulullah ﷺ dalam memuliakan tetangga adalah dengan memberi hadiah.

Rasulullah ﷺ pernah berpesan kepada seorang sahabat, agar apabila ia memasak makanan, hendaknya diperbanyak.

Kenapa demikian? Jawabnya adalah agar bisa dibagi kepada tetangganya.

Lalu tetangga manakah yang paling berhak mendapat hadiah dari kita?

Suatu ketika Ibunda Aisyah ingin memberikan hadiah kepada tetangganya, tetapi ia bingung karena tetangganya bukan hanya satu.

Maka Ibunda bertanya pada Rasulullah ﷺ. Beliaupun menjawab, “yang pintunya paling dekat dengan rumahmu.

Ada kisah menarik di zaman sahabat tentang memberi hadiah kepada tetangga. Seorang sahabat menghadiahkan pada tetangganya kepala kambing yang telah dimasak.

Tetangga yang menerima menyukai hadiah tersebut.

Lalu ia berfikir, ‘makanan ini memang lezat, tapi tetanggaku mungkin lebih membutuhkan ini dari pada aku.’

Maka iapun menghadiahkan kepala kambing itu ke tetangga sebelahnya.

Ternyata tetanggga yang menerima hadiah itu berpikir hal yang sama dan ia melakukan hal serupa, memberikan hadiah pada tetangga sebelahnya.

Begitu terus hingga makanan tersebut berpindah-pindah sampai 7 rumah. Sampai kembali kepada sahabat yang pertama kali memberikan. MasyaAllah.

Para sahabat memilih untuk memberikan masakan kepada tetangga lainnya sebagai pengamalan dari surat Ali Imran ayat 92, Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, hingga kalian menginfakkan sebagian harta yang kalian cintai.”

Jika kejadian ini terjadi di antara kita saat ini, mungkin penyebabnya karena tidak ada yang suka dengan makanan itu, akhirnya diberikan pada yang lain.

Tapi di zaman sahabat tadi, masakan kepala kambing termasuk makanan yg istimewa.

Mereka memberikan kepada yang lain semata-mata karena kecintaan dan kepedulian mereka terhadap tetangganya.

Semoga kita bisa mencontoh generasi salaf shalih dalam memuliakan tetangga. Sehingga kita juga diberi tetangga yang baik dan peduli kepada kita.

Karena memiliki tetangga yang baik itu adalah salah satu nikmat agung yang tidak dimiliki semua orang.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami