BerandaKajianKiat Istiqomah, Meski Ramadhan Berlalu

Kiat Istiqomah, Meski Ramadhan Berlalu

- Advertisement -spot_img

Kiat Istiqomah, Meski Ramadhan Berlalu

Oleh Mujahid Ammar (Mahasantri Semester 2 MATM)

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ

فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

:فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيم

Download PDF di sini.

Khutbah Pertama

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah…

Kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah sekalian dengan sebaik-baik wasiat. Marilah kita bertakwa kepada Allah dan marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kapanpun dan dimanapun kita berada. Yang mana salah satu wasilah menuju ketakwaan telah kita jalani, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan.

Berlalunya Ramadhan bukan pertanda bahwa kita boleh kembali berleha-leha dan bersantai-santai. Bahkan dengan perginya bulan yang mulia ini kita dihadapkan dengan tugas yang lebih berat lagi.

Tugas yang jika kita mampu menjalaninya maka surga akan menanti-nanti kita. Tugas yang tak terbatasi dengan waktu kecuali kematian. Tugas itu bernama istiqomah. Ya, inilah tugas yang harus kita pikul selepas Ramadhan berlalu.

Istiqomah adalah teguh pendirian di atas kebaikan. Yaitu dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya secara terus menerus dan berkesinambungan.

Istiqomah adalah pembuktian keimanan seorang hamba. Sebagaimana jawaban Rasulullah ﷺ ketika beliau ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu perkataan tentang Islam yang tidak akan aku tanyakan lagi kepada seorangpun selain engkau.” Maka beliaupun bersabda, “Katakanlah aku beriman pada Allah, kemudian beristiqomahlah kamu.” (HR. Muslim)

Sebagai balasan, Allah telah janjikan surga dan kebahagiaan untuk orang-orang yang beriman dan beristiqomah.

 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah…

Di bulan Ramadhan, kita hiasai malam-malam kita dengan shalat dan mengaji. Kita tahan diri kita dari makan dan minum di siang hari. Kita jaga lisan dan anggota badan kita dari perbuatan dan perkataan yang dibenci.

Tak sedikit juga harta yang telah kita keluarkan untuk berzakat, bersedekah dan berbagi. Apakah amalan-amalan itu masih membekas hingga hari ini? Ataukah telah luntur seiring berlalunya bulan Ramadhan yang telah pergi?

Padahal, salah satu tanda diterimanya sebuah amalan adalah berkelanjutannya amalan tersebut. Imam Ibnu Rajab berkata, “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya. Ungkapan senada juga dikatakan oleh Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya

فَعُقُوبَةُ المـَعْصِيَةِ المـَعصِيَةُ بَعْدَهَا، كَمَا أَنَّ مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا

“Hukuman dari kemaksiatan adalah kemaksiatan setelahnya, sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”

Marilah kita tengok pribadi kita masing-masing hari ini. Apakah hari ini kita masih merasa mudah melakukan amalan-amalan yang kemarin kita lakukan di bulan Ramadhan? Jika kita merasa masih dimudahkan mengerjakannya maka bersyukurlah, karena bisa jadi itu tanda diterimanya amalan kita di bulan Ramadhan.

Tapi jika ternyata kita malah merasa berat mengerjakannya, maka sudah seharusnya kita bermuhasabah dan memohon ampun pada Allah. Karena  jangan-jangan amalan kita belum diterima di sisi Allah. Bisa jadi ibadah kita kemarin belum 100% ikhlas, atau boleh jadi ibadah kita masih ternodai dengan dosa-dosa yang masih kita kerjakan.

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah…

Istiqomah memang berat, tetapi akibat jika kita tidak istiqomah jauh lebih berat. Istiqomah memang sulit, karena memang surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh hawa nafsu. Sebagai bentuk ikhtiar, inilah beberapa kiat yang semoga bisa membantu kita agar mampu beristiqomah dalam kebaikan.

  1. Ikhlas

Yaitu menjadikan Allah satu-satunya tujuan dari segala amal kebaikan yang kita lakukan. Kenapa ikhlas menjadi salah satu kunci utama meraih keistiqomahan? Rumusnya sederhana, segala sesuatu yang ditujukan dan disandarkan pada sesuatu yang abadi, maka ia akan ikut abadi. Begitupun sebaliknya, segala sesuatu yang ditujukan untuk sesuatu yang fana dan sementara, maka ia juga akan bersifat sementara.

Barang siapa yang beribadah hanya untuk mencari pujian manusia, maka ketika pujian itu berhenti, maka ibadahnya juga akan ikut berhenti. Barang siapa yang beramal hanya demi hadiah dan sanjungan orang lain, maka tatkala orang-orang yang memberi hadiah itu lenyap, maka amalannya juga kan ikut lenyap. Tapi barang siapa yang beribadah ikhlas untuk Allah semata, maka sesungguhnya Allah itu Maha Abadi dan tak akan lenyap.

  1. Berteman Dengan Orang-Orang Sholih

Lingkungan adalah faktor yang sangat mempengaruhi seseorang yang berada di dalamnya. Maka jika kita ingin istiqomah dalam kebaikan, maka usahakan kita berada di lingkungan yang baik. Jika kita bukan orang shalih, maka setidaknya kita bergaul dengan orang- orang shalih. Supaya kita terkena ‘cipratan’ dari kesholehan mereka. Sebagaimana nasihat Nabi ﷺ, jika kita berteman denga penjual parfum, maka kitapun akan kecipratan wanginya.

Inilah salah satu hikmah kenapa kita diperintahkan untuk berjamaah. Agar ketika kita lalai ada yang mengingatkan. Supaya ketika kita malas dan futur ada yang menyemangati. Dan supaya ketika ada yang salah bisa saling menasehati. Istiqomah adalah tugas berat, tapi akan jauh lebih berat jika dilakukan sendiri-sendiri. Dan istiqomah akan menjadi lebih mudah jika kita lakukan secara bersama-sama.

  1. Senantiasa Mengingat Kematian

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah…

Seseorang yang sedang berusaha untuk istiqomah pasti akan menghadapi masa-masa futur, lelah dan penat. Maka obat dari itu adalah dengan mengingat kematian. Misalnya, ketika kita merasa lelah melakukan ketaatan dan ingin sesekali melakukan maksiat, maka tanyakan pada diri sendiri, bagaimana jika ternyata kemaksiatan yang saya lakukan nanti menjadi amalan terakhir yang saya kerjakan? Bagaimana jika akhir hidup saya adalah su’ul khatimah?

Cukuplah kisah mu’adzin yang murtad dan hidupnya berakhir su’ul khatimah menjadi peringatan bagi kita bahwa kematian yang su’ul khatimah bisa terjadi pada siapapun, bahkan pada orang yang terlihat shalih sekalipun.

  1. Senantiasa Berdoa

Sesungguhnya keteguhan untuk beristiqomah itu bersumber dari hati, karena ia adalah raja dari segala anggota badan. Maka sudah seharusnya kita meminta keteguhan hati pada Dzat Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Bahkan manusia paling tangguh, Rasulullah ﷺ pun masih berdoa supaya diberi keteguhan hati.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنا عَلَى دِينِكَ، يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. Wahai Dzat yang Maha memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu.”

أقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah…

Sesungguhnya Tuhan yang kita sembah, yang kita taati perintah-Nya dan kita jauhi larangan-Nya di bulan Ramadhan adalah Tuhan yang sama dengan Tuhan yang kita sembah di bulan-bulan lainnya. Ialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Abadi.

Maka janganlah kita beribadah kepada-Nya hanya di waktu-waktu tertentu. Karena kita sebagai manusia, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya sepanjang waktu. Semoga Allah beri kita taufiq untuk senantiasa istiqomah di atas ketaatan kepada-Nya.

إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا رَخَاءً وَسَائْرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجالِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنا عَلَى دِينِكَ، يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ خِتَامَنَا، نَسْأَلُكَ أَنْ تُخَفِّفَ عَنَّا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا شَهَادَةً وَاسْتِقَامَةَ وَارْزُقْنَا حُسْنَ الخَاتِمَة

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami