BerandaKajianUpaya Orang Tua dalam Mengatasi Sikap Agresif pada Anak Usia Dini

Upaya Orang Tua dalam Mengatasi Sikap Agresif pada Anak Usia Dini

- Advertisement -spot_img

Munadharah Ilmiah Mahasantriwati Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisat Darusy Syahadah

Oleh : Ishlahul Mufidah

 

Latar Belakang Masalah

Usia dini adalah masa emas (golden age) perkembangan anak, ketika potensi berpikir, berbicara, bergerak, emosi, dan sosial berkembang pesat. Namun, pada fase ini sering muncul masalah perilaku, salah satunya sikap agresif. Agresivitas pada anak dapat berupa fisik (memukul, menendang, menggigit) maupun verbal (mengejek, memaki), biasanya muncul karena frustrasi atau keinginan yang tidak terpenuhi. Jika tidak dibimbing, perilaku ini bisa menjadi kebiasaan negatif yang merugikan psikologis dan sosial anak.

 

Observasi di TK menunjukkan contoh anak yang agresif terhadap teman, seperti mendorong dan menyakiti saat antre. Bahkan, kasus ekstrem di Gresik memperlihatkan dampak fatal: seorang siswi SD mengalami kebutaan permanen akibat kekerasan oleh kakak kelasnya. Hal ini menegaskan bahwa perilaku agresif anak harus segera dikenali dan ditangani.

 

Islam mengajarkan bahwa anak adalah amanah yang wajib dijaga, sebagaimana perintah Allah dalam QS. At-Tahrim: 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارَا.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

 

Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki pemahaman dan strategi mendidik yang tepat agar anak tumbuh berkarakter positif, mampu mengendalikan emosi, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

 

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai upaya orang tua dalam mengatasi sikap agresif pada anak usia dini. Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan panduan bagi orang tua dalam mendidik anak dengan cara yang tepat. Sehingga anak dapat tumbuh dengan karakter yang lebih positif dan mampu bersosialisasi dengan baik.

 

Definisi

  1. Upaya

Menurut KBBI, upaya berarti usaha atau ikhtiar untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar. Poerwadarminta mendefinisikan upaya sebagai usaha untuk meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Jadi, upaya dapat disimpulkan sebagai usaha sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang baik.

 

  1. Orang Tua

Dalam Kamus al-Munawwir, orang tua (الوالدان) berarti ayah dan ibu. Sementara menurut KBBI, orang tua adalah ayah atau ibu kandung. Mereka merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena dari merekalah anak mula-mula mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, orang tua adalah ayah dan ibu yang berperan sebagai pendidik utama serta bertanggung jawab terhadap keluarga.

 

  1. Agresif

KBBI menjelaskan agresif sebagai sikap bermusuhan, bernafsu menyerang, atau terdorong oleh rasa kecewa/marah. Secara umum, agresif adalah tindakan individu yang bertujuan melukai, menyakiti, atau merugikan orang lain, baik fisik maupun verbal. Sikap ini biasanya muncul karena perasaan marah, kecewa, atau adanya permusuhan.

 

  1. Anak Usia Dini

Menurut KBBI dan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, anak usia dini adalah individu berusia 0–6 tahun. Sedangkan menurut Bacharuddin Musthafa, rentangnya 1–5 tahun. Maka dapat disimpulkan, anak usia dini adalah individu yang berada dalam rentang usia 0–6 tahun.

 

 

Pembahasan

 

1. Bentuk-Bentuk Sikap Agresif Pada Anak

 

Sikap agresif pada anak usia dini terbagi menjadi dua bentuk utama, yaitu agresif verbal dan agresif non verbal.

  1. Agresif verbal yaitu perbuatan yang dilakukan menggunakan kata-kata untuk menyerang atau menyakiti orang lain, Seperti: mengejek, mengeluarkan kata-kata “kotor,” mengucap kata kasar dengan menyebut nama temannya menggunakan sebutan hewan, menyumpahi, mengancam.
  2. Agresif non verbal yaitu perbuatan fisik yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. seperti: mengertak,  mengigit, menendang, mencubit, memukul,  mendorong, meludah.

 

 

2. Faktor-Faktor Penyebab Sikap Agresif Pada Anak

 

Faktor penyebab munculnya perilaku agresif pada anak disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  1. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri anak
  • Perasaan Marah

Perasaan marah pada anak sering muncul ketika mereka merasa terganggu oleh temannya atau saat keinginannya tidak terpenuhi. Dalam kondisi tersebut, anak cenderung menunjukkan perilaku agresif, seperti melukai temannya. Hal tersebut ditunjukkan sebagai bentuk pelampiasan emosi yang tidak tersalurkan dengan tepat. Tindakan agresif ini biasanya merupakan respon dari rasa marah atau frustasi yang belum mampu diungkapkan secara benar oleh anak.

  • Perasaan Frustasi

Frustasi terjadi ketika adanya tujuan namun tidak terpenuhi. Oleh karena itu jika seseorang melakukan sebuah usaha, namun terdapat halangan hingga dirinya tidak mencapai sebuah tujuan yang diinginkan, maka ia akan merasa frustasi. Salah satu reaksi frustasi yang negatif dalam kondisi ini adalah munculnya perilaku agresif. Jika seseorang frustasi lalu ia marah-marah, berkata kasar, meledak-ledak, hal itu yang menjadi pemicu perilaku agresif. adanya halangan dalam mencapai tujuan, membuat orang akan putus asa dan melakukan tindakan agresi.

  • Kurangnya Pemahaman Anak

Perilaku agresif pada anak tidak hanya muncul sebagai bentuk perlindungan diri, tetapi juga dapat timbul karena kebiasaan meniru yang dilakukan tanpa pemahaman yang tepat. Anak usia dini cenderung meniru perilaku yang mereka lihat tanpa mengetahui apakah perilaku tersebut baik atau buruk. Mereka hanya meniru hal-hal yang menurut mereka menarik atau menyenangkan untuk dilakukan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Widyastuti, anak usia dini belum mampu membedakan mana perilaku yang baik dan buruk, sehingga mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar, termasuk perilaku agresif, tanpa menyadari dampak atau nilai dari perilaku tersebut.

 

  1. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri anak
  • Lingkungan Keluarga

Keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif anak. Lingkungan keluarga, terutama orang tua, memiliki peran penting sebagai model dalam pembelajaran perilaku anak. Sebab, tindakan yang ditunjukkan oleh orang tua akan diperhatikan dan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, memberikan teladan yang baik sangat penting agar anak dapat menghindari perilaku yang mengarah pada agresif.  Selain itu, kurangnya perhatian dari orang tua juga dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresif, di mana anak cenderung bertindak agresif demi kepentingannya sendiri atau untuk menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

  • Teman Sebaya.

Interaksi dengan teman sebaya memiliki dampak besar terhadap perilaku agresif anak. Pada usia dini, anak-anak cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial dan teman-teman di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan sosial yang positif, sehingga anak-anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang baik serta mampu mengelola emosi mereka dengan efektif.  Selain itu, lingkungan bermain juga turut membentuk perilaku sosial anak. Ketika anak berinteraksi dengan teman yang memberi pengaruh negatif, besar kemungkinan anak akan meniru perilaku buruk yang ia lihat dari orang-orang di sekitarnya.

  • Tayangan Kriminal

Tayangan serta berita-berita kriminal yang sering disaksikan oleh anak-anak di televisi dapat memberikan pengaruh besar terhadap perilaku anak. Anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dan dengar di televisi, terutama pada usia di mana mereka masih belajar dam memahami dunia di sekitar mereka.  Selain itu, konten video di media sosial yang mengandung unsur kekerasan dan kata-kata tidak pantas juga dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresif, karena anak menyerap dan meniru perilaku yang ditampilkan tanpa mampu menyaring mana yang baik dan buruk.

  • Games

Permainan game yang mengandung unsur kekerasan dapat menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Ketika anak terbiasa memainkan game yang menampilkan adegan perkelahian brutal, berdarah-darah, penyiksaan, hingga pembunuhan,  secara tidak langsung anak akan terpapar nilai-nilai agresif dari konten tersebut.

Apabila jenis permainan ini dimainkan secara berulang-ulang, maka secara bertahap perilaku agresif akan terekam dalam alam bawah sadar anak. Tanpa disadari, anak menjadi terbiasa menyaksikan adegan kekerasan dan akhirnya sikap-sikap agresif pada anak pun begitu mudah terbentuk.  Kebiasaan ini membuat anak lebih mudah menunjukkan perilaku kasar karena telah menganggap kekerasan sebagai sesuatu yang biasa.

 

3. Upaya Orangtua Dalam Mengatasi Sikap Agresif Pada Anak

 

Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan orang tua dalam membimbing anak agar mampu mengelola emosinya dengan baik:

a. Pendidikan Emosional

Pendidikan pengelolaan emosi sejak dini sangatlah penting, karena dapat membantu anak membentuk sikap positif seperti kasih sayang, dan rasa empati. Sikap-sikap ini berperan sebagai landasan dalam menumbuhkan kepribadian anak yang cenderung berkembang secara positif dan tidak mudah terlibat dalam masalah sosial. Melalui penguatan aspek emosional ini, anak dibekali kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat merespon situasi sosial secara lebih sehat dan bijak.

Pengenalan emosi penting untuk membentuk pemahaman yang utuh pada anak tentang perasaannya. Orang tua dapat memanfaatkan momen sehari-hari untuk mengidentifikasi dan menyebutkan nama emosi. Sekaligus memberikan contoh cara mengekspresikannya dengan tepat, sebagai bentuk pembinaan karakter dan pengendalian diri sejak dini.

b. Keteladan

Lingkungan memiliki peran utama dalam mempengaruhi perilaku emosional individu, baik dalam aspek positif maupun negatif. Lingkungan terdekat bagi anak adalah keluarga, yang menjadi tempat pertama mereka belajar mengekspresikan dan mengelola emosinya.  Anak-anak akan mengamati perilaku orang tua dalam menampilkan emosi dan berinteraksi dengan orang lain, kemudian menirunya. Jika orang tua menunjukkan perilaku negatif, seperti berbicara dengan kasar, anak akan cenderung meniru hal tersebut.

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan contoh yang baik bagi anak, karena anak akan meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan positif ini sebaiknya ditanamkan sejak dini, karena fase pertumbuhan anak adalah tahap awal pembentukan karakter dan kepribadian anak.  Dalam pembiasaan perilaku sosial yang baik, anak diajarkan untuk menggunakan kata-kata sopan seperti “tolong”, “maaf”, dan “permisi” saat berkomunikasi dengan orang lain, serta mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak menyela pembicaraan orang lain.

c. Menasehati

Penyampaian nasihat secara individu dilakukan secara face to face antara orang tua dan anak. Moment khusus sangat dibutuhkan dalam memberikan nasehat secara individu, contohnya ketika seorang anak melakukan kebaikan, dan juga lebih khususnya lagi ketika anak melakukan kesalahan. Pesan-pesan positif yang disampaikan melalui metode nasihat akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara yang lembut, disertai dengan perumpamaan yang mudah dipahami, serta diikuti dengan percakapan. Misalnya, ketika menasihati anak yang telah memukul temannya, orang tua bisa berkata dengan lembut “Nak, kamu kan anak baik? Anak baik itu tidak boleh memukul temannya, ya, Jangan diulangi lagi ya.”

d. Menumbuhkan Sikap Empati Anak

Kegiatan yang menumbuhkan empati memiliki peran besar dalam membantu mengubah perilaku agresif anak menjadi peduli kepada orang lain.  Menanamkan sikap empati sejak dini sangat penting karena sikap empati akan membantu anak dalam menjalin hubungan dengan orang lain, berinteraksi dengan teman-teman, serta menjadi bekal yang berharga saat mereka hidup bermasyarakat ketika dewasa nanti. Contohnya, anak dapat diarahkan untuk membantu teman yang sedang mengalami kesulitan, serta menasehati anak apabila punya sesuatu yang lebih boleh diberikan kepada yang membutuhkan, selain itu juga bisa dengan mengadakan kegiatan jum’at sedekah dimana anak-anak diarahkan untuk memberi dengan sukarela kepada orang yang sangat membutuhkan.

e. Mendongeng Islami

Dongeng islami yang disajikan hendaknya mengandung makna yang mengajarkan kepada anak tentang pentingnya bekerja sama dengan temanya secara baik dan akur. Sikap positif saat bekerja sama dalam kelompok perlu ditanamkan sejak dini, agar anak dapat belajar tentang bagaimana berperilaku yang baik kepada temannya dan tidak bertindak kasar terhadap teman saat melakukan suatu kegiatan bersama.

Pada masa ini, anak-anak memiliki kepekaan tinggi terhadap apa yang mereka dengar dan menirunya. Oleh karena itu, mendongeng dengan muatan nilai-nilai dapat memberikan contoh bagaimana berperilaku baik di dalam lingkunganya. Melalui metode mendongeng, anak lebih santai dengan suasana yang tidak membuat tegang dalam menerima pembelajaran. Kegiatan mendongeng ini akan mengajarkan anak tentang bagaimana perilaku yang baik sehingga perilaku agresif yang dimiliki anak dapat berkurang secara perlahan.

f. Mengawasi Tontonan Anak

Anak di ibaratkan seperti kertas putih kosong yang belum terisi pengetahuan yang anak miliki, maka dari itu peran orang tua dalam mengisi kertas kosong tersebut perlu ikut berperan aktif bersama anak, agar anak dapat mengisi kertas kosong tersebut dengan pemahaman dan pengalaman yang baik, jika anak mendapatkan pemahaman atau pengalaman yang tidak baik maka kertas kosong tersebut akan terisi oleh hal-hal yang tidak baik begitupun sebaliknya, jika anak mengisi kertas kosong tersebut dengan pemahaman atau pengalaman yang baik maka kertas tersebut akan terisi dengan hal-hal yang baik.

Dalam hal ini, orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan membimbing anak saat menonton film animasi, agar anak tidak salah dalam memahami isi film maupun meniru adegan-adegan yang tidak layak. Orang tua juga harus mampu melindungi anak dari tontonan yang tidak sesuai atau tidak nyaman bagi usia mereka. Sebab, ketika anak sedang menonton film, sering kali tanpa disadari terdapat adegan-adegan baik maupun buruk yang dapat tertanam secara tidak langsung dalam alam bawah sadar anak. Hal ini kemudian bisa menjadi acuan dalam membentuk sikap dan perilaku anak di masa mendatang.

Maka dari itu, Peran orang tua sangatlah penting dalam merawat, mengawasi, melindungi, serta membimbing anak. Dalam hal ini, keterlibatan orang tua menjadi sangat diperlukan, terutama ketika anak sedang menonton film animasi. Baik melalui televisi maupun media lainnya.

g. Seleksi Game aAnak

Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan orang tua dalam mengatasi sikap agresif pada anak adalah dengan menyeleksi jenis permainan game yang dimainkan.  Game adalah salah satu hiburan yang disediakan dalam dunia digital. Namun, kini banyak game yang mengandung kekerasan yang tidak pantas ditonton oleh anak-anak dan dalam jangka waktu tertentu dapat memengaruhi psikis anak. Gejala yang muncul contohnya anak menjadi gampang marah, emosi yang meledak-ledak, dan meniru adegan-adegan yang ada di dalam game, seperti adegan perkelahian.

Oleh karena itu, untuk mencegah meningkatnya sikap agresif anak, orang tua perlu memberikan perhatian khusus terhadap jenis game yang cocok untuk anak. Beberapa jenis game yang mengandung unsur kekerasan seperti perkelahian brutal, pembunuhan, atau penyiksaan, dapat memicu peningkatan agresivitas. Anak harus diarahkan untuk memilih permainan yang tidak hanya aman, tetapi juga mendukung perkembangan daya nalar, pengetahuan, kreativitas, dan imajinasi.

 

Kesimpulan

 

Sikap agresif merupakan suatu tindakan yang cenderung menyerang atau menganggu orang lain. Sikap ini dapat berbentuk verbal, seperti mengejek, berkata kotor, mengancam, dan lain sebagainya. Selain itu juga dapat berbentuk non-verbal seperti menggertak, menendang, memukul, dan lain-lain.

 

Bentuk-bentuk sikap agresif ini muncul karena dipengaruhi dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari perasaan marah dan kurangnya pemahaman anak. Sedangkan faktor eksternalnya berasal dari lingkungan keluarga, teman sebaya. Perasaan frustasi, tayangan kriminal, dan video game. Adanya bentuk-bentuk dan faktor penyebab munculnya sukap agresif ini mengharuskan orangtua untuk mengatasinya. Adapun upaya orangtua berupa pendekatan kasih sayang, menasehati, menumbuhkan sikap empati, mendongeng islami, dan menyeleksi game anak.

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami