Karanganyar – Ahad, 14 September 2025, Komite Ma’had Darusy Syahadah (KMDS) Konsul Karanganyar kembali menggelar pertemuan rutin di Masjid Al-Arofah, Ngrapah, Jumantono. Pertemuan yang dimulai tepat pukul 13.00 WIB ini dihadiri oleh para wali santri, pengurus konsul, dan perwakilan pondok, dengan suasana penuh keakraban dan semangat kebersamaan.
Acara diawali dengan pembukaan, dilanjutkan pembacaan tilawah Al-Qur’an oleh Ustadz Shofi yang menambah kekhusyukan suasana. Sambutan pertama disampaikan oleh panitia konsul Jumantono, Ustadz Umar Suyadi, yang menyampaikan rasa syukur, ucapan terima kasih kepada para wali yang hadir, serta permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan.
Kemudian, ketua konsul Karanganyar, Ustadz Yusuf, memberikan arahan penting terkait tujuan pertemuan rutin ini. Ia menekankan bahwa kegiatan KMDS bukan sekadar kajian, melainkan wadah koordinasi yang berkelanjutan untuk memperbarui informasi, mencari solusi cepat atas berbagai permasalahan wali santri, serta mengoptimalkan pengumpulan kotak infak.
“Sesibuk apa pun aktivitas kita, mari luangkan waktu untuk hadir. Undangan sebaiknya juga langsung dari pondok agar lebih mantap. Nama-nama yang berhalangan hadir akan didata untuk tindak lanjut,” tegasnya.
Ustadz Yusuf juga mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan dilaksanakan di Jatioso pada bulan November dengan tuan rumah Mas Aska selaku ketua konsul setempat.
Acara berlanjut dengan tausiyah inti oleh Ustadz Khoirud Da’i yang mengupas peran strategis wali santri sebagai mitra penting pondok.
“Santri memiliki dua orang tua: orang tua biologis di rumah, dan orang tua ideologis di pondok. Keduanya harus bersinergi untuk melahirkan generasi yang shalih,” tutur beliau.
Ia mengingatkan bahwa menjadi shalih di zaman penuh godaan bukan perkara mudah. Syahwat semakin murah, syubhat tersebar luas, sehingga peran orang tua semakin vital. Ustadz Khoirud Da’i menekankan pentingnya tiga kesungguhan yang harus berjalan seiring: santri, ustadz, dan wali.
Sebagai inspirasi, beliau menceritakan kisah seorang penjual manisan di zaman salaf yang selalu meminta doa kepada orang-orang shalih agar anaknya kelak menjadi ulama. Doa itu pun terkabul, dan kedua anaknya menjadi ulama besar.
“Upaya wali antara lain rajin menghadiri pengajian, memperbanyak doa, memastikan rezeki yang diberikan halal, memperbanyak amal shalih, serta mendukung program pondok baik di asrama maupun di rumah, termasuk membatasi pergaulan dan penggunaan gawai anak,” jelasnya.
Pada sesi usulan, para peserta menyampaikan beberapa masukan penting seperti menambahkan anggota yang belum tergabung dalam grup KMDS, meminta undangan dari pihak pondok dikirim langsung ke masing-masing wali untuk meningkatkan partisipasi, serta memfasilitasi alumni Ibnu Mubarok yang membutuhkan ijazah dan cap tiga jari agar dapat diantar ke pondok.
Menutup pertemuan, Ustadz Kholid memberikan informasi terkini terkait Penerimaan Santri Baru (PSB) untuk seluruh unit setingkat SLTP dan SLTA, program-program kepondokan yang memerlukan dukungan wali, serta penjelasan mengenai penanganan kasus tindak kekerasan yang sempat dikeluhkan sebelumnya.
Pertemuan yang berlangsung hangat ini diharapkan semakin memperkuat sinergi antara pondok, wali, dan santri, sehingga cita-cita mencetak generasi shalih, cerdas, dan berakhlak mulia dapat terwujud.




