Darusy Syahadah, Boyolali — Langit Senin pagi, 11 Agustus 2025, tampak cerah ketika langkah-langkah para santri memenuhi area komplek unit STI Darusy Syahadah. Mereka bukan hanya berangkat untuk mengikuti pelajaran seperti biasa, tetapi menyambut sebuah peristiwa istimewa: kedatangan dua ulama besar dari Timur Tengah, Syeikh Anas Basyamil dan Syeikh Muhammad Namlah, dalam rangka Kunjungan Masyayikh. Kehadiran mereka bagaikan oase ilmu yang menghidupkan hati, menghubungkan para penuntut ilmu di pesantren ini dengan mata rantai keilmuan Islam yang panjang dan mulia.

Selama tiga hari, dari Senin hingga Rabu, suasana pesantren berubah menjadi ladang majelis ilmu yang semarak. Para santri kelas 3 dan 4 mendapatkan kesempatan emas untuk mengikuti dauroh kitab yang sangat penting dalam disiplin ilmu syar’i. Santri kelas 4 mendalami Kitab Al-Waroqot, sebuah karya klasik dalam bidang ushul fiqh yang menjadi pintu gerbang memahami kaidah-kaidah hukum Islam. Sementara itu, santri kelas 3 mengikuti pembahasan Kitab Al-Wasathiyah, kitab yang memaparkan prinsip-prinsip akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah secara jelas, moderat, dan penuh hujjah.

Kajian ini tidak hanya berpusat di satu tempat. Para santri dan masyayikh bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain di lingkungan pesantren: Joglo Syeikh Imam Khatib Al Minangkabawi, Muhammad Yasin Al-Fadani Al-Hasani, ruang tamu unit STI, hingga Masjid Jami’ At-Taubah yang juga melibatkan warga sekitar. Di setiap tempat, suasana yang terbangun sama: hening penuh perhatian, suara pena yang menggores catatan, dan pandangan yang terfokus pada penjelasan para masyayikh.

Syeikh Anas dan Syeikh Muhammad tidak hanya menguraikan isi kitab, tetapi juga menanamkan adab menuntut ilmu. Mereka mengingatkan para santri bahwa ilmu bukan sekadar hafalan di kepala, melainkan cahaya yang menghiasi akhlak dan amal. Nasihat-nasihat mereka mengalir seperti air jernih yang menyejukkan hati, menguatkan tekad para santri untuk istiqamah di jalan menuntut ilmu.

Antusiasme para santri begitu terasa. Meski kajian berlangsung padat selama tiga hari, semangat mereka tidak surut. Bahkan, banyak yang berharap pertemuan semacam ini bisa kembali terulang di masa mendatang. Bagi mereka, belajar langsung dari ulama yang menguasai kitab-kitab turats adalah kesempatan langka yang tak ternilai harganya.
Di penghujung kunjungan, wajah-wajah para santri memancarkan rasa syukur. Mereka sadar, majelis ilmu seperti ini adalah bagian dari keberkahan yang Allah anugerahkan kepada pesantren. Dan keberadaan para ulama di tengah mereka adalah pengingat bahwa cahaya ilmu harus terus dijaga, diwariskan, dan diamalkan, demi terangnya jalan dakwah di masa depan.