BerandaAlumniMenjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman

- Advertisement -spot_img

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman.

Ustadz Bilal, begitulah beliau sehari-hari disapa oleh para jamaah. Nama aslinya Martias Etteu. Lahir di Sirisuak 14 November 1996 lalu. Suku asli Mentawai yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga non-Muslim dengan 4 orang kakak dan 1 adik kandung.

Walhamdulillah, pada tahun 2013 Martias mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala dan memeluk Islam bersama dengan istri serta anak semata wayangnya.

Setelah mengucap dua kalimat syahadat, beliau terasing dari anggota keluarga. Sebab, memeluk Islam berarti memiliki keyakinan yang berbeda dan aneh dalam pandangan masyarakat Mentawai kala itu. Bahkan, di kampung tempat tinggal beliau, Islam hanya dikenal namanya saja dan tidak ada pemeluknya sama sekali.

Semenjak mengikrarkan diri sebagai seorang Muslim, beliau menanggalkan nama Martias dan berganti nama menjadi Bilal Mustofa. Nama tersebut diberikan sebab beliaulah penduduk asli yang pertama kali mengumandangkan adzan di kampung waktu itu. Sebagaimana Bilal bin Rabah, sahabat yang pertama kali mengumandangkan adzan di dunia.

Selama kurang lebih satu bulan menjadi seorang muallaf, Ustadz Bilal begitu teguh dalam menjaga keimanan meski ilmu tentang agama Islam masih belum seberapa. Syukur alhamdulillah, Yayasan Sahabat Yamima mengutus beberapa dai ke dusun Simoilak_lak, desa Saibi Samukop, kecamatan Siberut Tengan, Mentawai untuk berdakwah dan mengajarkan Islam kepada warga setempat.

Salah satu ustadz pembina muallaf Mentawai dari Yayasan tersebut adalah Ustadz Zulkifli. Dai asal Pariaman yang sekarang sudah tinggal di Jakarta. Melalui bimbingan beliaulah Ustadz Bilal bisa mengenal lebih jauh dan bertanya banyak hal tentang Islam.

Pada kesempatan lain, salah seorang ustadz pembina muallaf yang diutus oleh Yayasan Sahabat Yamima bernama Ustadz Rizal menawarkan kepada Ustadz Bilal sekeluarga untuk lebih dalam lagi mempelajari agama Islam di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah.

Tawaran tersebut diterima dengan antusias dan senang hati oleh Ustadz Bilal. Beliaupun berangkat menuntut ilmu bersama keluarga di pesantren selama tiga tahun lamanya. Selama menempuh pendidikan di unit DID angkatan 14, Ustadz Bilal menitipkan anak dan istrinya di kediaman Ustadz Abu Fatiyah Al-Adnani, salah satu pengajar senior dan pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syahadah.

Proses menuntut ilmu di pesantren berjalan dengan lancar dan beliau kemudian kembali ke kampung halaman untuk berdakwah. Alhamdulillah, dengan izin Allah Ta’ala , orang tua dan saudara beliau yang dahulu sempat menolak Ustadz Bilal karena bergama Islam akhirnya mengucapkan kalimat syahadat dengan bimbingan beliau.

Tidak berhenti di situ saja, seiring berjalannya waktu, dengan izin Allah Ta’ala beliau telah membantu sebanyak 33 KK 128 jiwa untuk mengucapkan syahadat dan memeluk agama Islam.

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman
Foto Dok. (Tujuh orang bersyahadat memeluk Islam)

Selain berdakwah kepada para muallaf, Ustadz Bilal juga mendirikan Taman Kanak-Kanan Islam Terpadu atau Raudhatul Athfal yang sudah berjalan selama 6 tahun sampai sekarang. Pengajarnya adalah beliau yang dibantu oleh sang istri.

Hampir setiap tahun, jumlah pemeluk agama Islam di Mentawai senantiasa bertambah. Pada Ramadhan tahun 1443 H ini, satu orang telah mengucapkan syahadat di bawah bimbingan Ustadz Bilal.

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman
Foto Dok. (Satu orang masuk Islam pada 23 Ramadhan 1443 H Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq Simoilak_lak)

Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq Simoilak_lak Mentawai menjadi tempat mulia yang digunakan oleh Ustadz untuk membimbing muallaf dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Di sana, anak-anak hingga orang tua diajarkan untuk berwudhu, berdoa, shalat, dan juga membaca Al-Qur’an.

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman
Foto Dok. (Kegiatan belajar mengajar di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq)

Program-program dakwah yang beliau jalankan di pelosok Mentawai tersebut bisa berjalan salah satunya karena bantuan para muhsinin baik materi maupun non-materi. Buku dan peralatan tulis untuk sekolah juga sangat dibutuhkan di sana. Sebab, kondisi perekonomian penduduk memang tidak memadai. Warga lebih memilih untuk makan sagu sehari-hari dan nasi menjadi menu spesial sebab memang tidak mudah untuk mendapatkannya.

Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman
Foto Dok. (Program buka bersama jamaah sepekan sekali selama Bulan Ramadhan)
Menjadi Mualaf dan Berdakwah di Kampung Halaman
Foto Dok. (Kegiatan dakwah Ustadz Bilal bersama jamaah di Mentawai)

Demikianlah salah satu kiprah alumni Pesantren Darusy Syahadah. Ustadz Bilal. Beliau berjuang untuk membumikan Islam di tanah Mentawai. Semoga Allah senantiasa menjaga dan memudahkan langkah beliau. Aamiin.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami