Daftar Isi
Oleh : Khairunnisa
(Mahasantriwati Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisat Darusy Syahadah)
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak anak yang sangat penting, karena dengan pendidikan anak bisa berkembang dengan baik dan cerdas.[1] Adapun pendidikan bagi anak usia dini merupakan suatu proses pembinaan dan perkembangan anak sejak ia lahir hingga usia enam tahun.[2] Pendidikan ini juga merangsang pada perkembangan jasmani dan rohani, serta motorik, kognitif, emosional, dan sosial yang tepat, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.[3]
Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan untuk anak yang berada pada usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[4] Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal yang berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), sedangkan pendidikan nonformal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan.[5]
Oleh karena itu, pendidikan pertama yang didapat anak berlangsung dalam lingkungan keluarga.[6] Lingkungan keluarga juga berperan dalam melakukan kegiatan yang mendukung kreativitas anak, bebas bereksplorasi, mengungkapkan perasaan, dan keinginan anak.[7] Keluarga terutama orang tua sangat berperan penting dalam menunjang kreativitas pada anak, usia dini.[8] Orang tua juga perlu memberikan waktu kepada anak, agar anak dapat berpikir tentang suatu hal atau ketika anak sedang memecahkan suatu masalah. Maka anak tersebut, tampak lebih mengoptimalkan kreativitasnya dibandingkan dengan orang tua yang selalu menentukan pilihan terhadap keinginan anak, sehingga anak tersebut tidak dapat mandiri dan kurang kreatif.[9]
Anak yang kurang dalam hal kreativitas juga dapat mengelami kesulitan dalam mengembangkan pemikiran kritisnya, dan sulit mencari solusi bagi masalah yang kompleks.[10] Kreativitas adalah salah satu aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.[11] Berhubungan dengan kreativitas, anak akan mampu melihat berbagai sudut pandang dan anak juga mampu menghasilkan karya yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.[12] Maka dari itu, Allah Ta’ala berfirman:
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡـًا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصٰرَ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوْنَ(78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia Allah memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (Q.S An Nahl ayat 78).[13]
Ayat di atas dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas manusia khususnya seorang anak.[14] Kreativitas juga memiliki manfaat besar bagi anak.[15] Sebab anak yang kreatif memiliki ciri-ciri kreativitas seperti merasa selalu ingin tau dan suka bereksplorasi.[16]
Menjadi pribadi kreatif tidaklah didapat dengan tiba-tiba. Kreativitas memerlukan proses. Ibarat tanaman, kreativitas pun perlu dipupuk, disiram dan dirawat agar bisa tumbuh subur.[17] Namun realitanya sebagian anak ada yang kurang dalam hal kreativitas seperti permasalahan yang terjadi pada 16-18 Juni 2020 yang terletak di Kecematan Pamijahan Raudhatul Athfal (RA) Ibnu Sina masih banyak anak usia TK (5-6 tahun) yang belum berkembang kreativitasnya, dari 14 anak didik hanya 3 anak yang kreatif.[18] Dilihat dari kasus tersebut, maka kreativitas sangat penting untuk dikembangkan bagi anak usia dini.[19]
Oleh karena itu, dalam mengembangkan kreativitas anak, orang tua perlu memberikan stimulus untuk anak, agar anak mampu dalam berkreasi.[20] Disinilah peran para orang tua dan pendidik untuk membantu anak-anak mengoptimalkan potensi kreatifnya sejak dini sebagai bekal bagi mereka melalui suatu zaman yang berbeda dari saat sekarang.[21]
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik membahas makalah dengan judul Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini. Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk para orang tua agar senantiasa mengembangkan kreativitas anak dimulai sejak dini, agar kedepannya anak menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna bagi kehidupannya.
Definisi
- Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia peran diartikan sebagai pemain sandiwara atau pemain utama.[22] Peran adalah suatu pemetakan pikiran atau mind mapping yang dikembangkan agar bisa memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak kanan dan otak kirinya secara simultan.[23] Peran juga merupakan suatu fungsi atau kerja yang dilakukan dalam suatu sistem tertentu, seperti ibu atau ayah sebagai anggota keluarga dan lain sebagainya.[24]
Sedangkan menurut Wolfram peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.[25]
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah orang yang berkedudukan dalam suatu sistem seperti ayah ataupun ibu sebagai anggota keluarga.
- Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia orang tua diartikan sebagai ayah dan ibu kandung atau orang yang dianggap tua.[26] Menurut Kartono orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap untuk memikul tanggungjawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.[27] Orang tua juga merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.[28]
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggung jawab sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya.
- Kreativitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kreativitas diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru.[29] Kreativitas juga merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru berupa gagasan karya nyata.[30] Selain itu, kreativitas juga merupakan kemampuan seseorang berpikir beragam yang ditandai dengan ide-ide yang mengalir lancar, mampu memikirkan pemecahan masalah, atau melakukan sesuatu dengan tuntas.[31]
Sedangkan menurut Mayesky ia menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berpikir untuk menciptakan sesuatu yang original berguna bagi dirinya dan orang lain.[32] Orang yang kreatif juga selalu merasa ingin tau dan bersifat imajinatif.[33]
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru baik berupa karya nyata maupun kemampuan dalam berpikir.
- Anak Usia Dini
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak usia dini diartikan sebagai individu yang berusia 0-6 tahun.[34] Anak dalam kamus al-Wâfi diartikan sebagai waladun.[35] Sedangkan di Indonesia anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun atau sampai dengan usia 7 tahun.[36] Menurut Subdirektorat pendidikan anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, yakni hingga anak yang menyelesaikan masa TK.[37]
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun atau sampai usia 7 tahun yang masih pada usia TK.
Pembahasan
- Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak Usia Dini
a. Faktor Pendukung
- Rangsangan mental yang mendukung kreatif anak, yaitu dengan menerima kekurangan anak agar anak berani mencoba sesuatu secara spontan. Sikap ini diperlukan dalam mengembangkan kreativitas anak.[38]
- Lingkungan yang bersih dan menyenangkan akan mempengaruhi kreativitas anak.[39] Selain itu, menciptakan lingkungan yang kondusif juga akan memudahkan anak dalam mengakses apapun yang dilihat, dipegang, dan yang dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya.[40]
- Dukungan orang tua yang dapat menunjang kreativitas anak seperti mendorong keberanian anak dalam bekerja.[41] Orang tua yang ingin anaknya kreatif harus memberikan contoh kreativitas dari dirinya, sehingga anak bisa meniru apa yang dikerjakan orang tuanya.[42]
- Tersedianya sarana prasarana dalam mengembangkan kreativitas anak seperti ada bahan dan juga peralatan.[43]
b. Faktor Penghambat
- Evaluasi
Menurut Rogers ia menekankan bahwa salah satu syarat untuk memupuk kreativitas anak ialah pendidik atau orang tua tidak memberikan evaluasi, karena anak yang sering dievaluasi akan mengurangi kreativitasnya terutama apabila anak sedang asyik berkreasi.[44] Kemudian kritik atau penilain positif apapun, meskipun dalam bentuk pujian maka hal itu, dapat membuat anak kurang dalam hal kreatif, apabila pujian tersebut memusatkan pada harapan akan dinilainya kreatif tersebut. Misalnya orang tua memberikan evaluasi dalam bentuk angka dan tidak memberikan penjelasan atas evaluasinya kepada anak.[45] Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mematikan kreativitas anak.[46]
- Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku anak. Ternyata tidak demikian, karena[47] pemberian hadiah secara tidak tepat dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas anak.[48] Hadiah terbaik yang bisa diberikan orang tua kepada anak yaitu pujian, karena dengan pujian bisa memotivasinya dalam berkreasi.[49]
- Persaingan (Kompetisi)
Persaingan lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi mencakup keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila anak merasa pekerjaannya akan diberi nilai.[50] Saat itu akan muncul persaingan antar yang lain, karena sudah menjadi kebiasaan yang mendapat nilai terbaik akan menerima hadiah.[51] Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.[52]
- Tahap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini
a. Tahap Sensori-Motorik (0-2 tahun)
Menurut Piaget pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungan, termasuk orang tuanya, dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya.[53] Kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, dan fungsi ini menyebabkan si anak cepat dibekali dengan keterampilan dalam melangkah ke fase berikutnya.[54] Hal ini, anak juga melakukan kemampuan berupa sentuhan-sentuhan, gerakan lain, dan secara perlahan-lahan belajar mengordinasikan tindakannya. Mengenai kreativitasnya menurut Piaget, pada tahap ini anak belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya, sebab pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, dan anak belum mengetahui sebab akibat yang ia lakukan, kemudian anak juga belum memiliki kemampuan berbahasa.[55] Oleh karena itu, kemampuan anak pada tahap ini hanya yang bersifat fisik saja.
b. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Tahap ini disebut sebagai tahap intuisi (persepsi).[56] Pada tahap ini menurut Jean Piaget, anak bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam interaksi lingkungannya, termasuk orang tuanya. Sehingga pada tahap ini, kemampuan mengembangkan kreativitasnya sudah tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memorinya dan anak juga sudah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa mendatang, meskipun dalam jangka pendek. Selain itu, pada tahap ini anak juga sudah mampu mengembangkan ingatan dan imajinasinya, sehingga pada tahap ini anak kecenderungan meniru cara seseorang dalam berbicara dan berperilaku.[57]
- Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua selalu besikap demokratis, yaitu mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, dan mendorong anak untuk berani mengungkapkannya.[58] Selain itu, lingkungan keluarga juga sebagai tempat yang efektif untuk mengembangkan kreativitas anak. Maka dari itu, peran orang tua untuk mengembangkan kreativitas anak adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan Imajinasi Kreatif Anak
Sebagai orang tua ia harus terus aktif dalam meningkatkan imajinasi kreatif anak.[59] Salah satu langkah yang bisa dilakukan orang tua dalam meningkatkan imajinasi kreatif anak adalah dengan mengkondisikan anak untuk menyukai mewarnai dan coret-coret. Melalui aktivitas mewarnai imajinasi anak dapat berkembang dengan baik. Untuk itu agar imajinasi anak semakin kreatif, maka orang tua perlu memfasilitasi dan terus memberikan dukungan pada kebiasaan anak dalam mewarnai dan juga coret-coret.[60] Sehingga pada tahap mencoret, anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya.[61]
- Meluangkan Waktu Bersama Anak
Ketika orang tua memberikan waktu luang untuk bermain dengan anak, maka anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreativitasnya dan juga imajinasinya, sehingga anak berkesempatan untuk menciptakan sesuatu yang baru.[62] Orang tua dapat meluangkan beberapa jam di rumah untuk anak tanpa ada jadwal kegiatan yang dijadwalkan, sehingga anak berkesempatan untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan seperti menggambar.[63]
- Mendorong dan Mendukung Kegiatan yang Diminati Anak
Orang tua yang bijak dan peduli akan kreativitas anak, mereka senantiasa mendorong dan mendukung setiap kegiatan positif anak.[64] Anak bisa dimintai penjelasannya mengenai minat dan harapannya ketika menginjak usia dewasa kelak. Misalnya orang tua menanyakan kepada anak, “ingin jadi apa?” Setelah diketahui bahwa anak ingin menjadi seorang pilot, maka sejak dini peran orang tua dapat memperkenalkan berbagai hal yang berkaitan dengan dunia penerbangan.[65]
Selain itu, orang tua juga bisa mengajak anak ke museum dirgantara, kemudian anak dimintai untuk mengapresiasinya dan dimintai keterangan apa yang dilakukan ketika dewasa nanti menjadi seorang pilot sungguhan. Paling tidak orang tua sudah memberi gambaran kepada anak sehingga ia mempunyai rencana-rencana tersendiri dengan cita-citanya.[66]
- Memberikan Pujian Terhadap Karya Anak
Pujian adalah salah satu metode untuk mendorong seseorang agar jiwanya semangat melakukan kebaikan.[67] Pujian juga salah satu hadiah motivasi dalam mendorong semangat anak untuk terus berkarya. Sebagian anak merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu, padahal dirinya hanya diliputi rasa minder.[68]
Oleh karena itu, sebagai orang tua ia berperan untuk mengubah perasaan minder anak dengan memberinya motivasi, dan keyakinan bahwa anak memiliki karya, bakat, dan keistimewaan. [69] Sehingga, anak tersebut akan merasa percaya diri dalam menampakkan potensinya untuk berkarya. Misalnya orang tua memuji sang buah hati atas prestasinya di bidang matematika, maka hal itu akan menimbulkan kesan positif dalam diri anak. Sikap orang tua yang memuji karya anak dalam bidang matematika, sesungguhnya ia sedang mengajarinya untuk dapat menghargai karya orang lain.[70]
- Memberikan Fasilitas yang Cukup Bagi Anak Untuk Bereksperimen dan Bereksplorasi.
Sikap anak yang kreatif biasanya ditunjukkan oleh minatnya yang tinggi untuk mengetahui sesuatu. Anak senang melakukan eksperimen atau percobaan-percobaan. Melalui eksperimen inilah anak belajar dan menemukan sesuatu. Eksperimen yang dilakukan anak pada dasarnya adalah aktivitas bermain yang dapat membuka pelajaran bagi anak itu sendiri. Untuk itu, orang tua perlu membiarkan anak bermain menurut cara dan kemaunnya sendiri.[71]
Selain eksperimen, eksplorasi juga memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu hal yang mereka suka, karena bereksplorasi sifatnya memberikan kebebasan terhadap anak. Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan dengan mengamati secara langsung sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya. Maka orang tua bisa menstimulasi kreativitas anak usia dini adalah dengan memperkenalkan mereka pada alam sekitarnya. Melalui alam anak dapat diperkenalkan dengan pola kreatif, yang akan melatih mereka menjadi manusia kreatif.[72]
Kesimpulan
Kreativitas merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Sebab anak usia dini sudah mulai bisa menerima stimulasi dari lingkungan sekitar. Selain itu, dalam mengembangkan kreativitas anak juga memiliki beberapa faktor pendukung dan penghambat. Salah satu faktor pendukung kreativitasnya ialah adanya lingkungan yang bersih, dorongan orang tua, serta tersedianya sarana prasarana, sedangkan faktor penghambatnya seperti adanya evaluasi, hadiah, dan juga persaingan. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi kreativitas anak usia dini.
Oleh karena itu peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini yaitu dengan mendorong kegiatan yang disukai anak, meluangkan waktu bersama anak, memuji hasil karya anak, dan yang paling penting menyediakan fasilitas yang cukup agar anak bisa bereksperimen dan bereksplorasi dalam mengembangkan kreativitasnya.
_________________________________________________
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Mujahid, Thoha Husein dan Atho’illah Fathoni al-Kholil. 2016. Kamus al-Wâfi. Cet. I. Jakarta: Gema Insani.
Al-Qurasy, Syekh Nayif. 2022. Creative Islamic Parenting. Cet. V. Kartasura: Zaduna.
Ardini, Pupung Puspita dan Anik Lestariningrum. 2018. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Cet. I. Prambon: Adjie Media Nusantara.
Bantali, Ampun. 2022. Konsep Pengembangan Kreativitas Anak. Cet. I. Yogyakarta: Jejak Pustaka.
Bimbingan, Mahasiswa dan Konseling. 2019. Perkembangan Motorik dan Kreativitas Anak Usia Dini. Cet. I. Kudus: Universitas Muria Kudus.
Djuwita, Warni. 2020. Parenting Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Cet. I. Mataram: Sanabil.
Drajat, Zakiah. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. X. Jakarta: Bumi Aksara.
Ebi, Shantika. 2022. Parenting Anak Usia Emas. Cet. I. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Getol, Gunandi. 2012. Management Series Accepted Leader. Jakarta: Gramedia.
Hamzah, Nur. 2015. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Cet. I. Pontianak: IAIN Pontianak Press.
Kurniawan, Heru, Dian Wahyu Sri Lestari dan Umy Khomsiyatu. 2017. Solutif Parenting. Jakarta: Gramedia.
Masganti dkk. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Cet. I. Medan: Perdana Publishing.
Mayar, Farida dkk. 2021. Pendidikan Anak Usia Dini (Kreativitas Seni Rupa Menempel, Mozaik, dan Montase). Cet. I. Depok: Rajawali Press.
Media, Tim Kreatif. 2023. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Media, Tim Pandom. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I. Jakarta: Pandom Media Nusantara.
Muhdi, Ali. 2018. Tren Pilihan Ideal Orangtua terhadap Pesantren. Cet. I. Yogyakarta: Lontar Mediatama.
Profesional, Komunitas Institut Ibu. 2013. Bunda Sayang. Cet. I. Jakarta: Gazza Media.
Redaksi, Tim. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I. Jakarta: CV Adi Perkasa.
Suhartatik, Toni. 2020. Implementasi Peran Supak Gorong dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Cet. I. Malang: Multimedia Edukasi.
Wahyuni, Candra. 2018. Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Cet. I. Jawa Timur: Strada Press.
Widayanti, Ika dkk. 2021. Teori dan Aplikasi Pendidikan Anak Usia Dini. Aceh: Yayasan Muhammad Zini.
Awaliyah, Ika, Zaenal Abidin dan Rusdiono. “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin”. Jurnal Dirosah Islamiyah. Vol. 3, No. 2, Mei 2021.
Hafizallah, Yandi. “Tahap dan Perkembangan Kreativitas Anak”. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Vol. 2, No. 1, Maret 2016.
Hasanah, Uswatun dan Dian Eka Priyantoro. “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Origami”. Jurnal Elementary. Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2019.
Holis, Ade. “Peranan Keluarga/Orang tua dan Sekolah dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 1, No. 1, 2007.
Maulana, Ihsan dan Farida Mayar. “Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 3, No. 5, 2019.
Lestari, Berkah. “Upaya Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak”. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 3, No. 1, April 2006.
Mursid dan Kinanti Kusuma Ayu. “Perlibatan Orang Tua dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di Kb. Tunas Bangsa, Ds. Gondang, Kec. Subah, Kab. Batang”. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Vol. 3, No. 1, Maret 2021.
Rachmy. “Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!”. Jurnal Psikologi. Vol. 3, No. 2, Desember 2006.
Ulfa, Mutia. “Teori Pengembangan Kreativitas Pendidikan dalam Perspektif Anak Usia Dini”. Jurnal Aktual Pendidikan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Desember 2022.
Wondai, Rosita. “Aneka Teknik Stimulasi dan Aplikasinya dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia 5-8 Tahun”. Jurnal Cahaya PAUD. Vol. 2, Oktober 2014.
Yare, Mince. “Peran Ganda Perempuan Pedagang dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kelurahan Karang Mulia Distrik Samofa Kab. Numfor”. Jurnal Komunikasi. Vol. 3, No. 2, Aeptember 2021.
Yulianti, Tri Rosana. “Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Jurnal Empowerment. Vol. 4, No. 1, Februari 2014.
Akbar. “Faktor Penghambat Kreativitas”. www.scribd.com. Diakses pada Senin 1 Juli 2024, 13:50 WIB.
Psikolog, Klik. “Cara Mengembangkan Kreativitas Anak”. klikpsikolog.com. Di akses pada Senin 30 Juli 2024. 14:33 WIB.
Hospitals, Tim Medis Siloam. “4 Tahap Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget”. www.siloamhospitals.com. Diakses pada Senin 30 Juli 2024. 14:00 WIB.
[1] Shantika Ebi, Parenting Anak Usia Emas, Cet. I, (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2022), hal. 9.
[2] Warni Djuwita, Parenting Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Cet. I, (Mataram: Sanabil, 2020), hal. 8.
[3] Ibid, hal. 8-9.
[4] Farida Mayar dkk, Pendidikan Anak Usia Dini (Kreativitas Seni Rupa Menempel, Mozaik, dan Montase), Cet. I, (Depok: Rajawali Press, 2021), hal. 18.
[5] Shantika, Parenting Anak…, hal. 11.
[6] Pupung Puspa Ardini dan Anik Lestariningrum, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini, Cet. I, (Prambon: Adjie Media Nusantara, 2018), hal. 80.
[7] Shantika, Parenting Anak…, hal. 118.
[8] Mursid dan Kinanti Kusuma Ayu, “Perlibatan Orang Tua dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di Kb Tunas Bangsa, Ds. Gondang, Kec. Subah, Kab. Batang”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol. 3, No. 1, Maret 2021, hal. 9.
[9] Ibid, hal. 10.
[10] Margasari, “Memahami Dampak Kurangnya Kreativitas dan Inovasi pada Anak Akibat Ketergantungan Smartphone”, dalam www.margasari.desa.id, di akses pada 9 Agustus 2024, 09:15 WIB.
[11] Tri Rosana Yulianti, “Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Empowerment, Vol. 4, No. 1, Februari 2014, hal. 17.
[12] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Gontor, 2011), hal. 111.
[13] Al-Qur’an Al-Karim.
[14] Ahmad Susanto, Perkembangan…, hal. 111.
[15] Masganti dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, Cet. I, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hal. 25.
[16] Komunitas Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, Cet. I, (Jakarta: Gazza Media, 2013), hal. 142.
[17] Komunitas, Bunda…, hal. 126.
[18] Ika Awaliyah, Zaenal Abidin dan Rusdiono, “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin”, Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 3, No. 2, Mei 2021, hal. 4.
[19] Mutia Ulfa, “Teori Pengembangan Kreativitas Pendidikan dalam Perspektif Anak Usia Dini”, Jurnal Aktual Pendidikan Indonesia, Vol. 1, No. 2, Desember 2022, hal. 35.
[20] Mutia Ulfa, “Teori Pengembangan…”, hal. 35.
[21] Rachmy, “Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!”, Jurnal Psikologi Vol. 3, No. 2, Desember 2006, hal. 126
[22] Tim Pandom Media, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Pandom Media Nusantara, 2014), hal. 1253.
[23] Toni Suhartatik, Implementasi Peran Supak Gorong dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Cet. I, (Malang: Multimedia Edukasi, 2020), hal. 11.
[24] Gunandi Getol, Management Series Accepted Leader, (Jakarta: Gramedia, 2012), hal. 34.
[25] Mince Yare, “Peran Ganda Perempuan Pedagang dalam meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kelurahan Karang Mulia Distrik Samofa Kab. Numfor”, Jurnal Komunikasi, Vol. 3, No. 2, September 2021 hal. 20.
[26] Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I, (Jakarta: CV Adi Perkasa, 2018), hal. 1175.
[27] Ali Muhdi, Tren Pilihan Ideal Orangtua terhadap Pesantren, Cet. I, (Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2018), hal. 26.
[28] Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. X, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 35.
[29] Tim Pandom, Kamus Besar…, hal. 492.
[30] Barkah Lestari, “Upaya Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak”, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 3, No. 1, April 2006, hal. 18.
[31] Komunitas, Bunda…, hal. 141.
[32] Masganti dkk, Pengembangan Kreativitas…, hal. 1.
[33] Ihsan Maulana dan Farida Mayar, “Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 3, No. 5, 2019, hal. 1144.
[34] Tim Redaksi, Kamus Besar…, hal. 71.
[35] Thoha Husein Al-Mujahid dan Atho’illah Fathoni al-Kholil, Kamus al-Wâfi, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hal. 37.
[36] Nur Hamzah, Pengembangan Sosial Anak Usia Dini, Cet. I, (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2015), hal. 1.
[37] Tim Kreatif Media, Pendidikan Anak Usia dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2023), hal. 1.
[38] Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Perkembangan Motorik dan Kreativitas Anak Usia Dini, Cet. I, (Kudus: Universitas Muria Kudus, 2019), hal. 5.
[39] Mursid dan Kinanti, “Perlibatan…”, hal. 6.
[40] Uswatun Hasanah dan Dian Eka Priyantoro, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Origami”, Jurnal Elementary, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2019, hal. 71.
[41] Mursid dan Kinanti, “Perlibatan…”, hal. 7.
[42] Uswatun, “Pengembangan Kreativitas…”, hal. 71.
[43] Masganti dkk, Pengembangan Kreativitas…, hal. 13.
[44] Ibid, hal. 23.
[45] Ibid.
[46] Ade Holis, “Peranan Keluarga/Orang tua dan Sekolah dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 1, No. 1, 2007, hal. 41.
[47] Yolanda Manurung. “Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Guru, hal. 11.
[48] Akbar, “Faktor Penghambat Kreativitas”, dalam www.scribd.com, diakses pada Senin 1 Juli 2024, 13:50 WIB.
[49] Ika Widayanti dkk, Teori dan Aplikasi Pendidikan Anak Usia Dini, (Aceh: Yayasan Muhammad Zini, 2021), hal. 46.
[50] Ampun Bantali, Konsep Pengembangan Kreativitas Anak, Cet. I, (Yogyakarta: Jejak Pustaka, 2022), hal. 131.
[51] Ika Widyanti, Teori dan…, hal. 46.
[52] Ampun, Konsep…, hal. 136.
[53] Yandi Hafizallah, “Tahap dan Perkembangan Kreativitas Anak”, Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1, Maret 2016, hal. 52.
[54] Candra Wahyuni, Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun, Cet. I, (Jawa Timur: Strada Press, 2018), hal. 11.
[55] Yandi, “Tahap dan Perkembangan…”, hal .52-53.
[56] Ibid.
[57] Tim Medis Siloam Hospitals, “4 Tahap Perkembangan Kognitif Anak Menurut Teori Piaget”, www.siloamhospitals.com, diakses pada Senin 30 Juli 2024, 14:00 WIB.
[58] Pupung Puspa, Bermain dan Permainan …, hal. 81.
[59] Heru Kuniawan, Dian Wahyu Sri Lestari, dan Umy Khomsiyatu, Solutif Parenting, (Jakarta: Gramedia, 2017), hal. 79.
[60] Ibid.
[61] Shantika, Parenting Anak…, hal. 154.
[62] Rosita Wondai, “Aneka Teknik Stimulasi dan Aplikasinya dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia 5-8 Tahun”, Jurnal Cahaya PAUD, Vol. 2, Oktober 2014, hal. 7.
[63] Klik Psikolog, “Cara Mengembangkan Kreativitas Anak”, klikpsikolog.com, diakses pada Senin 30 Juli 2024, 14:33 WIB.
[64] Ade Holis, Peranan Keluarga…, hal. 32.
[65] Ibid.
[66] Ihsan Maulana, “Pengembangan Kreativitas…” hal. 1147.
[67] Syekh Nayif Al-Qurasy, Creative Islamic Parenting, Cet. V, (Kartasura: Zaduna, 2022), hal. 20.
[68] Ibid, hal. 20-23.
[69] Syekh Nayif, Creative Islamic…, hal. 20-23.
[70] Ade Holis, “Peranan Keluarga…”, hal. 33.
[71] Mursid dan Kinanti, “Perlibatan…”, hal. 9.
[72] Ibid, hal. 9.