Dalam lembaran sejarah pernah terjadi peristiwa di mana ada seorang lelaki begitu mencintai perempuan yang didambanya sementara si perempuan sama sekali tidak tertarik dengan lelaki tersebut. Si lelaki begitu mencintai, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Uniknya, kisah ini terjadi pada zaman Nabi Shallallahu βAlaihi Wasallam. Iya, pada zaman shahabat. Kisah ini terjadi antara Mughits dan mantan istrinya, Barirah Radhiyallahu Anha.
Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dan dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya.
Sebelum kita merujuk kepada hadits Ibnu Abbas, ada baiknya kita ceritakan terlebih dahulu kisahnya. Pada mulanya Barirah adalah budak mukatab! dan menikah dengan seorang laki-laki hitam yang juga seorang budak bernama Mughits.
Namun setelah Barirah bisa menebus dirinya sekalipun engan bantuan ibunda Aisyah Radhiyallahu Anha, ia pun berubah status menjadi merdeka. Dengan demikian, ia memiliki hak pilih untuk melanjutkan kehidupan rumah tangganya, atau berpisah dengan Mughits, Di sinilah kisah itu bermula; ternyata Barirah memilih cerai dari suaminya, sementara sang suami memohon istri yang sangat dicintainya tetap hidup bersamanya.
Kisah cinta mereka bahkan diceritakan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma meriwayatkan bahwa Mughits senantiasa membuntuti dan mengikuti Barirah di gang-gang Madinah, karena mengharapkan Barirah kembali kepada dirinya. Ibnu Abbas bahkan menyebutkan bahwa Mughits berkeliling di belakang Barirah sembari menangis. Berurai airmata hingga air matanya mengalir membasahi janggutnya.
Mughits memohon kerelaan Barirah untuk tetap hidup bersamanya. Tetapi inilah musibah cinta yang paling pahit; Cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta yang berbalas benci. Ketika menyaksikan drama yang terjadi di depan Nabi Muhammad Shallallahu βAlaihi Wasallam, beliau pun ikut berkomentar tentang cinta dan benci keduanya. Nabi bersabda kepada paman beliau, Abbas, ayahanda Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu,
ΩΨ§ ΨΉΨ¨ΩΩΨ§Ψ³Ω Ψ£ΩΨ§ ΨͺΨΉΨ¬ΩΨ¨Ω Ω Ω ΨΨ¨ΩΩ Ω ΨΊΩΨ«Ω Ψ¨Ψ±ΩΨ±Ψ©Ω ΩΩ Ω Ψ¨ΩΨΊΨΆΩ Ψ¨Ψ±ΩΨ±Ψ©Ω Ω ΩΨΊΩΨ«ΩΨ§
βWahai Abbas, tidakkah kamu heran terhadap kecintaan Mughits kepada Barirah dan kebencian Barirah kepada Mughits.”
Lantaran iba dengan tangis Mughits, Nabi Shallallahu βAlaihi Wasallam pun mendatangkan Barirah lalu bersabda kepadanya, βSeandainya engkau kembali (rujuk) kepadanya” Barirah kemudian bertanya, βWahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku untuk rujuk?” Beliau bersabda, βAku hanya memberi saranβ Barirah menjawab, “Aku sudah tidak membutuhkan dirinya Mughits lagiβ (HR. Al-Bukhari no. 5283).
Dua Pelajaran Penting
Β Dari kisah di atas, setidaknya ada dua pelajaran penting yang bisa diambil, yaitu:
Pertama, mendahulukan ketaatan kepada Nabi Shallallahu βAlaihi Wasallam dan betapa mulianya akhlak beliau Shallallahu βAlaihi Wasallam.
Hal ini terlihat dari pertanyaan Barirah kepada Nabi Shallallahu βAlaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku untuk rujuk?” Jika perkataan beliau adalah sebuah perintah, Barirah akan memenuhi permintaan beliau, tetapi karena itu bukan perintahβhanya sekadar anjuranβBarirah memutuskan untuk tidak kembali, karena ia merasa sudah tidak membutuhkan suaminya.
Pun, hadits ini menunjukkan bagaimana kemuliaan akhlak Nabi Shallallahu βAlaihi Wasallam. Beliau tidak menggunakan kedudukannya Sebagai Nabi untuk memerintahkan Barirah rujuk, ia hanyalah memberikan saran saja, bukan suatu kewajiban yang harus ditaati. MasyaAllah.
Kedua, memilih sesuai ketentraman hati.
Hadits di atas memang dalam pembahasan bolehnya mantan budak untuk memilih antara tetap menjadi istri dari suaminya yang masih budak atau bercerai dengannya. Namun, kaum perempuan yang merdekaβtanpa sebelumnya menjadi budakβpun berhak memiliki hak pilih antara menerima atau menolak pinangan laki-laki yang ingin menikahinya.
βWAHAI ABBAS, TIDAKKAH KAMU HERAN TERHADAP KECINTAAN MUGHITS KEPADA BARIRAH DAN KEBENCIAN BARIRAH KEPADA MUGHITS.β
(Sabda Nabi MUHAMMAD Shallallahu βAlaihi Wasallam)
Keluarga Bervisi Surga | Ibnu Abdil Bari | hal : 24-28 | Zaduna