BerandaKajianTarbiyahUrgensi Orang Tua Memahami Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Urgensi Orang Tua Memahami Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

- Advertisement -spot_img

Oleh: Fidya Puspita Ningrum

(Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil Al-Mudarrisat Darusy Syahadah)

Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang sangat penting. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.[1] Orang tua merupakan madrasah pertama yang berarti tempat pertama bagi anak dalam mengajarkan suatu pendidikan.[2]

Mendidik anak sejak dalam kandungan hingga sepanjang hayat menjadi tanggung jawab besar orang tua,[3] sebab anak adalah titipan Allah Ta’ala kepada orang tuanya,[4] dan anak merupakan anugerah yang berharga bagi orang tua. Orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dorongan atau potensi dari dalam dirinya, agar anak dapat berkontribusi bagi masyarakat,[5] terutama di era digitalisasi. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:

﴿ قُلۡ تَعَالَوۡا۟ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَیۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡءࣰاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَیۡنِ إِحۡسَٰنࣰاۖ وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَٰقࣲ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِیَّاهُمۡۖ وَلَا تَقۡرَبُوا۟ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُوا۟ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِی حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ۝١٥١ ﴾

“katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karana miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.[6]

Era digitalisasi merupakan zaman di mana segala sesuatunya serba digital. Era ini ditandai dengan teknologi yang semakin canggih serta akses internet di manapun dan kapanpun.[7] Banyak anak menggunakan teknologi gadget dan meninggalkan permainan tradisional di era  digitalisasi. Padahal permainan tradisional dapat membantu anak dalam bersosialisasi. Hal itu, menyebabkan kurangnya interaksi sosial antara anak dengan orang lain.[8]

Berdasarkan kasus, salah seorang ibu yang menjadi peserta webinar “Tantangan Adiksi Perilaku Pada Anak Remaja” yang digelar Pemprov Jabar, menceritakan tentang kondisi anaknya yang alami speech delay. Ia menuturkan anaknya yang berusia 2,5 tahun mengalami speech delay dikarenakan anaknya kerap bermain gadget agar bisa tenang dan tidak rewel.[9]

Dirintis dari kasus lain, salah seorang ibu rumah tangga di Kota Surabaya, Jawa Timur membagikan kisah inspiratifnya membantu balitanya yang mengalami speech delay, dikarenakan ibu tersebut membatasi putranya ke luar rumah dan memberikan handphone atau gadget untuk hiburan.[10] Speech delay adalah kondisi di mana seorang anak tidak mencapai tonggak perkembangan bicara pada usia yang diharapkan. Ini dapat mencakup berbagai aspek bicara, seperti kemampuan menghasilkan suara, membentuk kata-kata, dan berbicara dalam kalimat.[11]

Oleh karena itu, pentingnya perkembangan bahasa bagi anak usia dini, karena anak dapat berbicara dengan bahasa yang baik sehingga akan mempengaruhi sintaksis dan intonasi anak ketika sudah dewasa. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis membahas tentang Urgensi Orang Tua Memahami Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.

Memahami Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut KBBI Perkembangan adalah perihal berkembang.[12] Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh menuju arah yang dapat dikendalikan sesuai dengan fungsinya masing-masing.[13] Definisi perkembangan menurut Libert, Paulus dan Stauss adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu yang dipengaruhi oleh  kematangan dan interaksi dengan lingkungan.[14]

Adapun bahasa adalah suatu system symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaktik (tata bahasa).[15] Menurut Maria Montessori, bahasa adalah system symbol yang disepakati dan digunakan oleh sekelompok orang. Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan gagasan atau perasaan menggunakan bunyi atau tanda sebagai alat komunikasi. [16] Menurut Brunner, bahasa merupakan instrumen yang kuat untuk menggabungkan pengalaman, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengorganisir pikiran tentang sesuatu, dan berpikir merupakan elemen dasar dalam seluruh kemampuan bahasa.[17]

Menurut National Association for the Education of Young Childern (NAEYC), anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun dan sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.[18] Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 28 ayat 1, anak usia dini adalah anak yang dibina sejak lahir hingga usia enam tahun, yang mana pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Rangsangan pendidikan untuk mendukung pertumbuhan jasmani dan rohani sehingga siap menghadapi pendidikan lebih lanjut.[19] Maria montessori menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak dalam rentang usia dari lahir hingga 6 tahun, di mana anak sedang mengalami masa keemasan yang ditandai dengan kepekaan dan sensitivitas terhadap berbagai stimulus.[20]

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan bahasa anak usia dini adalah seorang anak yang sedang melakumkan atau mengalami proses perkembangan bahasa menuju yang lebih kompleks atau salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

  1. Tahap Pra-Produktif (0-12 bulan)

Tahap ini, anak berada dalam masa di mana ia belum mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Sebaliknya, anak mengekspresikan keinginannya melalui tangisan ketika tidak senang, mendengkur pulas, memekik dalam kegembiraan, dan terkadang mengeluarkan bunyi vokal.[21] Umumnya, bayi menarik perhatian orang lain dengan cara membuat kontak mata, mengeluarkan suara, serta menggerak-gerakkan tangan.[22] Biasanya, pada usia 0-6 bulan, anak hanya mampu menghasilkan suara dari tenggorokannya saja.[23]

  1. Tahap Formatif (12-18 bulan)

Tahap ini, biasanya anak menggunakan holofrase (satu kata uterances), mencapai kompetensi sekitar 3-6 kata pada usia 12 bulan.[24] Anak akan menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya, sering disertai dengan gerak-gerik yang konsisten dan bunyi-bunyi tertentu. Antara usia ini hingga sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik menjadi lebih dominan dengan penggunaan satu suku kata.[25] Rentang 12-18 bulan, bayi mulai mengucapkan dua-tiga kata yang memiliki makna, menunjuk objek-objek yang dilihat di buku atau sehari-hari, meniru kata-kata sederhana yang sering didengar.[26]

  1. Tahap Awal (18-24 bulan)

Anak biasanya mengucapkan ungkapan yang terdiri dari dua kata, dalam upaya mengungkapkan makna dari ungkapan yang hanya terdiri dari dua kata ini, anak banyak mengandalkan nada dan konteks. Kekayaan makna yang dapat dikomunikasikan anak melalui ungkapan dua kata ini adalah. a. Identifikasi: “lihat kucing” b. Lokasi: “buku itu” c. Pengulangan: “susu lagi” d. Negasi/ sangkalan: “bukan itu” e. Kepemilikan: “boneka saya” f. Sifat: “mobil besar” g. Orang lain-tindakan: “ibu berjalan” h. Tindakan-objek langsung: “tabrak kamu” i. Tindakan-objek tidak langsung: “beri papa” j. Tindakan-alat: “potong pisau” k. Pertanyaan: “mana bola?”[27]

  1. Tahap Dasar (2-3 tahun)

Usia 2 tahun, anak memasuki tahap sintaksis dengan kemampuan merangkai kalimat dua kata, merespon pasangan bicaranya, dan terlibat dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau mengubah topik pembicaraan dan mulai belajar memelihara alur percakapan serta memahami persepsi pendengar.[28]

Usia antara 2 hingga 3 tahun, anak berkembang dari hanya mampu mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari proposisi tunggal, menjadi mampu mengucapkan kalimat-kalimat kompleks. Anak berusaha untuk berkomunikasi dan menunjukkan frustasi jika anak merasa orang lain (dewasa) tidak memahaminya.[29]

  1. Tahap Lanjutan (3-6 tahun)

Tahap perkembangan ini, anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam berinteraksi yang lebih kompleks secara teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari proses pematangan.[30] Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas tertentu, perkembangan kognitifnya sangat pesat, ditandai dengan rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar, yang tercermin dari seringnya anak bertanya tentang hal-hal yang dilihatnya.[31] Anak usia 5-6 tahun, anak mampu berperan sebagai pendengar yang baik. Anak dapat berpartisipasi dalam percakapan, mendengarkan orang lain, berbicara, dan merespon pembicaraan tersebut.[32] Anak usia 5-6 tahun memiliki kemampuan mendengar dengan lebih baik dibanding anak usia 3-4 tahun.

Mengantisipasi Speech Delay pada Anak

Orang tua dengan pemahaman yang baik, dapat mengenali tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak usia dini dan mengambil tindakan yang diperlukan, seperti berkonsultasi dengan ahli atau terapis.[33]

Masalah dalam berbicara yang terdeteksi lebih awal memungkinkan intervensi yang lebih cepat dan efektif. Misalnya, jika anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata tertentu, orang tua dapat segera mencari bantuan dari ahli terapi wicara. Intervensi dini ini sangat penting untuk membantu anak mengatasi hambatan yang mereka hadapi dan mencegah masalah yang lebih besar di kemudian hari.[34]

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, dukungan dan intervensi yang tepat, anak-anak dengan keterlambatan bicara dapat mencapai potensi mereka. Penting bagi orang tua untuk segera mencari bantuan profesional jika mereka melihat tanda-tanda keterlambatan pada anak mereka. Dukungan dari keluarga dan ahli dapat membuat perbedaan besar dalam perkembangan anak.

Menangani Speech Delay pada Anak dan Menerapkan Metode Stimulasi Bahasa yang Tepat

Pemahaman yang mendalam, orang tua dapat menerapkan metode stimulasi bahasa dengan metode yang benar, dengan pemahaman yang baik juga, orang tua dapat memberikan dukungan optimal bagi perkembangan bahasa anak, sehingga mengurangi resiko masalah perkembangan di masa depan. Hal ini tidak hanya membantu anak berkomunikasi dengan lebih baik, tetapi juga mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan emosionalnya. Orang tua yang memahami perkembangan bahasa dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk mendorong kemajuan anak.[35]

Memahami tahap perkembangan bahasa anak membantu orang tua dalam berkomunikasi secara efektif dengan anak. Hal ini membantu memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak serta mendukung perkembangan sosial dan kognitif anak.[36]

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, orang tua yang memahami perkembangan bahasa dapat memberikan stimulasi dan dukungan yang tepat, mengurangi risiko masalah perkembangan, dan mendorong kemajuan anak. Oleh karena itu, dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, orang tua dapat membantu anak mencapai potensinya dan mengatasi keterlambatan bicara.

Pencegahan Masalah Lebih Lanjut dan Dukungan Emosional

Memahami perkembangan bahasa membantu orang tua mencegah masalah yang lebih serius di kemudian hari. Ketika masalah dibiarkan, anak mungkin mengalami kesulitan dalam aspek lain seperti membaca, menulis, dan bersosialisasi. Selain itu, kesulitan dalam perkembangan bahasa dapat memengaruhi kepercayaan diri anak dan kemampuan anak untuk berfungsi secara efektif dalam lingkungan sosial dan akademik. Intervensi dini yang tepat, seperti terapi bahasa atau dukungan pendidikan, dapat memainkan peran penting dalam mengatasi masalah ini dan memastikan anak mencapai potensi penuh.[37]

Memahami tahap perkembangan bahasa anak membantu orang tua dalam berkomunikasi secara efektif dengan anak. Hal ini membantu memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak serta mendukung perkembangan sosial dan kognitif anak. Orang tua dapat menyesuaikan gaya komunikasi anak agar sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan bahasa anak, seperti menggunakan kosakata yang sederhana atau memberikan petunjuk yang jelas.[38]

Anak yang mengalami kesulitan berbicara mungkin merasa frustrasi atau rendah diri. Dukungan dan pemahaman dari orang tua sangat penting untuk membangun rasa percaya diri anak dan membantu anak mengatasi tantangan dengan lebih baik. Perhatian dan dorongan dari orang tua dapat membantu anak merasa didengar dan dihargai, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.[39]

Anak yang memiliki masalah bicara sering merasa frustrasi karena tidak bisa mengekspresikan diri dengan baik. Orang tua yang sadar akan perkembangan bahasa dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengurangi rasa frustrasi dan membantu anak mengekspresikan diri dengan lebih baik.[40]

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, orang tua dapat menggunakan strategi yang efektif seperti memberikan dorongan positif, menggunakan teknik komunikasi alternatif, atau mencari bantuan profesional bila diperlukan. Selain itu, menciptakan lingkungan yang mendukung dan terbuka untuk komunikasi, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan waktu yang cukup bagi anak untuk berbicara, juga dapat mengurangi kesulitan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri anak.

Kesimpulan

Orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan figur bagi anak-anaknya, sebagai orang tua harus memiliki tanggung jawab terhadap anaknya, salah satunya dengan bertanggung jawab atas perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak usia dini sangat penting diketahui bagi semua orang khususnya orang tua. Salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini adalah seringnya anak bermain gadget. Oleh karena itu, orang tua harus memahami tahapan perkembangan bahasa anak usia dini, dengan mengetahui hal tersebut maka, orang tua dapat mengantisipasi dan menangani speech delay pada anak, menerapkan metode stimulasi bahasa yang tepat, deteksi diri, pencegahan masalah lebih lanjut, dukungan emosional, komunikasi efektif, mengurangi frustasi dan kesulitan emosional.

 

 


 

Footnote :

[1]  Maya Oktaviani, dkk, “Peran Orang Tua dalam Menstimulasi Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah”, Jurnal Kesejahteraan, Vol. 8, No. 2, 2021, hal. 154.

[2]  Mefrian Anwar, Skripsi: Peran Orangtua dalam Mendidik Anak Perempuan di Desa Tambah Dadi Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur, (Metro: IAIN, 2021), hal. 1.

[3]  Ani Christina & Diah Mahmudah, Tuntas Emosi, Cet. I, (Sidoarjo: Filla Press, 2023), hal. 1.

[4]  Alfi Fauzia, Ibu Hebat Anak Smart, Cet. I, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hal. 18.

[5]  Rosalynn Tamara, A-Z Tanya Jawab Montessori & Parenting, Cet. I, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2021), hal. 2.

[6]  QS al-An’am: 151.

[7]  Andisya, “Keungguilan Menguasai Kemampuan Komunikasi Media Digital di Era Digital”, dalam FisipUPNVJ, diakses pada Jumat 19 Juli 2024, 21:17 WIB.

[8]  Olga Maya, “Pengaruh Digitalisasi pada Pertumbuhan Anak Usia Dini”, dalam www.kumparan.com, diakses pada Rabu 5 Juni 2024, 13:16 WIB.

[9]  Sudirman Wamad, “Cerita Ibu-ibu yang Anaknya Alami Speech Delay gegara Gadget”, dalam detikJabar, diakses pada Sabtu 20 Juli 2024, 08:20 WIB.

[10]  Erika Dyah, “Inspiratif! Ibu di Surabaya Atasi Speech Delay pada Balita dengan SOHT”, dalam detikNews, diakses pada Sabtu 20 Juli 2024, 08:20 WIB.

[11]  Jessica Florencia, “Speech Delay pada Anak”, dalam TimMedis, diakses pada Selasa 22 Juli 2024, 13:45 WIB.

[12]  Badan Pengembangan…., Kamus Besar…., hal. 789.

[13]  Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik, Cet. I, (Jawa Barat: UPI Sumedang Press, 2018), hal 5.

[14]  Guru SD Negeri 3 Montong Betok, “Pertumbuhan, Perkembangan dan Kematangan Individu”, Jurnal Sosial, Vol. 12, No. 1, Juni 2021.

[15]  M. Syahran Jailani, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Implikasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Religi, Vol. XVIII, No. 1, Januari-Juni 2018, hal. 18.

[16]  Zahra Zahira, Islamic Montessori, Cet. I, (Jakarta Selatan: PT. TransMedia Distributor, 2019), hal. 43.

[17]  Enny Zubaidah, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (t.tp: t.p), hal. 6.

[18] Ahmad Rosyidin, Skripsi: Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Menggunakan Media Cerita Bergambar Di Kelas A1 Kelompok Bermain Raudhotul Jannah Klaseman, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019/2020, (Surakarta: IAIN, 2020), hal. 17.

[19]  Tim Redaksi Laksana, Himpunan Lengkap Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Standar Nasional Pendidikan, Cet. I, (Yogyakarta: Laksana, 2019), hal. 18.

[20]  Eka Rizki Amalia, dkk, “Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dengan Metode Bercerita”, Jurnal Pendidikan, hal. 2.

[21]  Khoilullah, Hamidah, Haryani, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini”, Jurnal Penelitian sosial dan Keagamaan, Vol. 10, No. 1, Juni 2020, hal. 79.

[22]  M. Syahran Jailani, “Perkembangan Bahasa Anak dan Implikasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Religi, Vol. XVII, No. 1, Januari-Juni 2018, hal. 22.

[23]  Tiarnita M.S. Siregar, “ Menganalisis Kalimat pada Anak Usia Dini”, Jurnal, hal. 83.

[24]  Enny Zubaidah, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (t.tp: t.p), hal. 15.

[25]  Erisa Kurniati, “Perkembangan Bahasa pada Anak dalam Psikologi serta Implikasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Ilmiah, Vol. 17, No. 3, 2017, hal. 50.

[26]  Ratno Abidin, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2020), hal. 11, 12.

[27]  Arnianti, “Teori Perkembangan Bahasa”, Jurnal STIT PN, Vol. 1, No. 1, Agustus 2019, hal. 145.

[28]  Erisa Kurniati, “Perkembangan Bahasa ….”, hal. 50.

[29]  Arnianti, “Teori Perkembangan….”, hal. 146.

[30]  Ahmad Rosyidin, Skripsi:  Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Menggunakan Media Cerita Bergambar Di Kelas A1 Kelompok Bermain Raudhotul Jannah Klaseman, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019/2020, (Purwokerto: UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri, 2020), hal. 12.

[31]  Ahmad Rosyidin, Skripsi:  Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Menggunakan Media Cerita Bergambar Di Kelas A1 Kelompok Bermain Raudhotul Jannah Klaseman, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019/2020, (Purwokerto: UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri, 2020), hal. 21.

[32]  Ratno Abidin, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2020), hal. 28.

[33]  Noor Mahmudianti dan Malisa Ariani, “Kecemasan Orang Tua Berdasarkan Kejadian Speech Delay pada Balita”, Jurnal Kesehatan, vol. 10, No. 1, 2023, hal. 26.

[34]  Mia Audina, Murtilita, dan Triyana, “Stimulasi Terhadap Perkembangan Bahasa pada Anak Usia 1-5 Tahun: Literature Review”, Jurnal Pendidikan, hal. 15.

[35] Ibid.

[36]  Noor Mahmudianti dan Malisa Ariani, “Kecemasan Orang Tua Berdasarkan Kejadian Speech Delay pada Balita”, Jurnal Kesehatan, vol. 10, No. 1, 2023, hal. 19.

[37]  Noor Mahmudianti dan Malisa Ariani, “Kecemasan Orang Tua Berdasarkan Kejadian Speech Delay pada Balita”, Jurnal Kesehatan, vol. 10, No. 1, 2023, hal. 27.

[38]  Ibid, hal. 19.

[39]  Ibid, hal. 27.

[40]  Mia Audina, Murtilita, dan Triyana, “Stimulasi Terhadap Perkembangan Bahasa pada Anak Usia 1-5 Tahun: Literature Review”, Jurnal Pendidikan, hal. 24.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami