BerandaKajianRenunganMeneladani Akhlak Nabi ﷺ Dari Peristiwa Hijrah Ke Thaif

Meneladani Akhlak Nabi ﷺ Dari Peristiwa Hijrah Ke Thaif

- Advertisement -spot_img

Meneladani Akhlak Nabi Dari Peristiwa Hijrah Ke Thaif
Penulis: Rama Bagus Saputra (Mahasantri Ma’had Aly Darusy Syahadah)

Sungguh sangat beruntung kita bisa menjadi umat Nabi Muhammad ﷺ. Seorang Nabi yang Allah jaga dari melakukan perbuatan dosa.

Allah mengutus beliau ﷺ setelah terlebih dahulu membersihkan jiwa dan menyucikannya dari berbagai kotoran, sehingga musnahlah segala tuduhan orang-orang yang berprasangka buruk dan selamatlah beliau dari pandangan yang melecehkan.

Akal sehat tidak akan membantahnya, hati nurani tidak akan lari, dan jiwa yang suci tidak akan pergi.

Sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, kita harus menjadikan beliau sebagai teladan dalam kepribadian. Tidak ada satupun makhluk yan mampu mendekati tingkat keutamaan dan kesempurnaan budi pekerti, ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad ﷺ.

Allah ﷻ berfirman

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Kemudian dalam ayat lain Allah memuji Nabi Muhammad ﷺ dengan kesempurnaan budi pekertinya.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qolam: 4)

Banyak keteladanan dari pribadi Rasulullah ﷺ yang bisa kita ambil, baik dari keikhlasan hati, kesabaran, keteguhan hati beliau, dan akhlak lainnya yang bisa kita petik dari kisah hidup beliau.

Salah satu kisah Rasulullah yang mencerminkan baiknya akhlak beliau adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah ﷺ ke kota Thaif.

Peristiwa Hijrah

Pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian tepatnya pada penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M Rasulullah ﷺ pergi menuju Thaif yang letaknya 60 Mil dari kota Mekkah dengan berjalan kaki didampingi anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah.

Setiap melewati suatu kabilah, beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam, akan tetapi tidak ada satupun yan merespons. Tatkala sampai di Thaif beliau mendatangi tiga bersaudara yang merupakan para pemuka kabilah Tsaqif.

Mereka masing-masing bernama Abd Yala’il, Mas’ud, dan Habib. Ketiganya adalah putra dari Umair at-Tsaqafi. Beliau duduk-duduk Bersama mereka seraya mengajak kepada Allah dan membela Islam.

Salah satu dari mereka berkata, “Jika Allah benar-benar mengutusmu, maka Dia akan merobek-robek pakaian Ka’bah.

Yang seorang lagi berkata, “Apakah Allah tidak menemukan orang selain dirimu?”

Orang terakhir berkata, “Demi Allah! Aku sekali-kali tidak akan mau berbicara denganmu! Jika memang engkau seorang Rasul, sungguh engkau terlalu agung untuk dibantah ucapanmu dan jika engkau seorang pendusta terhadap Allah, maka tidak patut pula aku berbicara denganmu.“

Mendengar hal tersebut Rasulullah ﷺ berdiri untuk meninggalkan mereka seraya bersabda, “Jika kalian melakukan apa yang telah kalian lakukan, maka rahasiakanlah tentang diriku.“

Sepetik Hikmah

Rasulullah ﷺ tinggal di tengah penduduk Thaif selama sepuluh hari. Selama itu beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan pemuka mereka, tetapi jawaban dari mereka “Pergilah engkau dari kami.”

Tatkala beliau ingin keluar, orang-orang tersebut beserta budak-budak mereka mencaci maki beliau sehinggga penduduk setempat berkumpul.

Mereka melemparinya dengan batu dan mencaci maki dengan ucapan-ucapan yang tak senonoh, kemudian mereka menghujani beliau dengan batu, sehingga kedua sandal yang beliau pakai bersimbah darah.

Zaid bin Haritsah yang bersama beliau, menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Rasulullah ﷺ, hal ini menyebabkan kepalanya luka-luka.

Tatkala beliau sampai di suatu tempat yang bernama Qarn al-Manazil, Allah mengutus malaikat Jibril kepadanya bersama malaikat penjaga gunung yang menunggu perintahnya untuk menimpakan al-Khasybain terhadap penduduk Mekkah.

Akan tetapi Rasulullah tidak memerintahkan hal tersebut, Rasulullah malah mendoakan kebaikan dan berharap dari mereka lahir generasi yang menyembah Allah semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

Dari kisah hijrah Rasulullah ke kota Thaif ada beberapa ibrah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari kemuliaan akhlak beliau.

Pertama, keikhlasan hati beliau dalam berdakwah menjalankan tugas beliau untuk mengajak kaum kafir untuk menyembah Allah dan menerima ajaran Islam.

Kedua, kesabaran beliau dalam menghadapi berbagai rintangan dalam berdakwah, walau ditolak, dicaci maki, dan disiksa dengan lemparan batu hingga berdarah-darah beliau tetap melanjutkan dakwah kepada kaumnya.

Ketiga, tetap menjaga tutur kata yang baik dengan orang yang diajak bicara, walaupun orang yang kita ajak bicara menangggapi kita dengan kata yang kasar.

Keempat, rasa kasih sayang beliau kepada kaumnya yang sangat besar. Padahal beliau bisa saja memerintahkan malaikat penjaga gunung untuk meratakan kaumnya dengan al-Alkhasyabain, akan tetapi beliau malah memilih mendoakan kebaikan untuk kaumnya.

Di sini Rasulullah memberikan contoh kepada kita, ketika berada dalam posisi yang dianiaya harus tetap mendoakan kebaikan untuk orang yang menganiaya kita. Wallahu a’lam.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami