BerandaKajianKisah Teladan Hijrah Sepanjang Masa

Kisah Teladan Hijrah Sepanjang Masa

- Advertisement -spot_img

Pemuda Hijrah

Salah satu teladan dalam hijrah adalah Mus’ab bin Umair. Ia dilahirkan 14 tahun setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir tepatnya pada tahun 585 Masehi.

Dia keturunan Quraisy yang dilahirkan pada zaman jahiliyah, di lingkungan penyembah berhala, pecandu khamr (minuman keras), penggemar pesta perzinan dan nyanyian.

Ia adalah seorang pemuda yang sangat beruntung, lahir dari keturunan bangsawan Quraisy yang memiliki limpahan harta, disayangi oleh orang tuanya dan sangat dihormati oleh semua orang.

Memang Mush’ab bin Umair bukan sembarang lelaki. Ketika di masa jahiliyyah, ia dikenal sebagai pemuda dambaan kaum wanita.

Ia adalah seorang pemuda ganteng yang dikenal sangat perlente. Bila menghadiri sebuah perkumpulan ia segera menjadi magnet pemikat semua orang terutama kaum wanita.

Gemerlap pakaiannya dan keluwesannya bergaul sungguh mempesona. Namun sesudah memeluk Islam, ia berubah menjadi pemuda yang bersahaja.

Hingga Imam Ibnu Atsir menggambarkan tentang keadaan Mush’ab bin Umair, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya.

Ibunya adalah seorang wanita yang kaya, sandalnya adalah sandal al-hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik dan dia adalah pemuda Mekah yang paling harum sehingga semerbak wangi parfumnya meninggalkan jejak di sepanjang jalan yang ia lewatinya”. (Al-Jabiri, 2014: 19)

Sebagai pemuda yang memiliki segalanya tidak membuatnya lupa diri dari jalan Allah. Ia memiliki orang tua yang sangat sayang, memiliki kemampuan dan kemauan memberikan apapun yang diinginkan dengan sekejab.

Perhatikan! Mus’ab bin Umair hidup di zaman jahiliyah, di lingkungan yang jauh dari norma kebaikan, masyarakatnya setiap hari berbuat kejahatan. Namun tidak membuat dirinya terlena dan terbawa suasana.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan bersabda, “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

Mush’ab bin Umair adalah pemuda yang pandai dan bijak dalam memilih pilihan untuk kehidupannya. Meskipun hidup di lingkungan jahiliyah namun ia tidak terbawa dalam rusaknya akhlak yang mewarnai kesehariannya.

Akhirnya Allah yang Maha Kuasa memberikan cahaya di hati nuraninya dengan sampainya ajaran agama Islam yang mulia yang di bawa oleh pemuda bergelar Al-Amin.

Meskipun dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilakukan secara sembunyi-sembunyi akhirnya sampai ke telinga Mush’ab bin Umair. Setelah mengetahui ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mush’ab yang selalu teliti dalam mengambil keputusan, ia memantapkan hatinya untuk hijrah memeluk agama Islam.

Mus’ab mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam bin Abi al Arqam di bukit Shafa pusat dakwah dan pembelajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ujian Keimanan

Seperti shahabat lainnya yang memeluk agama Islam Mush’ab bin Umair juga menyembunyikan keislamannya di hadapan semua orang terutama kedua orang tuanya yang merupakan orang terpandang di kalangan bangsa Quraisy.

Meski sembunyi-sembunyi ia tidak pernah alpa dalam menghadiri majlis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendalami pengetahuan tentang Islam.

Karena ketekunan dan kepandaian yang dimiliki, Mush’ab bin Umair menjadi salah satu shahabat yang memiliki pengetahuan tentang Islam yang paling dalam.

Oleh karena itu ia diutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah ke Madinah untuk pertama kalinya yang kemudian disebut sebagai Duta Islam pertama.

Hari dimulainya ujian bagi Mush’ab bin Umair telah tiba, ketika ia sedang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Utsmani bin Thalhah tanpa sengaja melihatnya yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua Mash’ab.

Mulai saat itulah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala datang kepadanya, ujian yang akan menentukan siapa sebenarnya Mash’ab? Ujian yang akan membuatnya dikagumi oleh Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya.

Ujian yang menjadikan ia sebagai pemuda yang patut untuk di teladani oleh pemuda sepanjang masa.

Begitu orang tua Mash’ab mengetahui ia meninggalkan agama nenek moyangnya dan memeluk agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ibundanya marah besar.

Sang ibu mengancam Mash’ab tidak akan memberinya makan bahkan akan menyiksanya bila tidak meninggalkan agama Islam dan kembali ke agama nenek moyangnya.

Sebagai seorang pemuda yang cerdas dan memiliki prinsip teguh dalam hidupnya, jiwa Islam yang sudah mendarah daging dalam tubuh Mash’ab menjadikannya tetap kukuh dengan pilihannya dan siap menerima apapun yang akan diberikan kepadanya.

Berbagai siksaan dari orang tuanya sendiri ia terima dengan teguh tanpa melawan sebagai bentuk ketaatan kepada orang yang sudah membesarkannya.

Makanan lezat tidak lagi ia jumpai, pakaian yang indah tak lagi menempel di badannya. Mush’ab yang dulunya di puji oleh semua orang kini hampir tidak ada yang bisa mengenalinya.

Namun, itu bukanlah hal yang besar baginya, meski tidak lagi mendapat makanan yang bisa masuk ke perutnya, yang berubah menjadi pukulan mendarat ditubuhnya mulusnya.

Walaupun berbagai siksaan ia terima tidak sedikitpun terbayang dalam benaknya untuk mengkhianati dua kalimat syahadat yang pernah diucapkannya di hadapan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 2 dan 3 yang berbunyi:

حَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan,“Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”.(QS. Al Ankabut: 2-3)

Banyak shahabat Rasulullah yang kagum dengannya, hingga mengungkapkannya dalam bentuk syair-syair yang indah.

Begitu juga dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang takjub sehingga beliau bersabda tentangnya, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah.

Keduanya memuliakannya dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda pemuda Quraisy yang semisal dengannya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai Ridha Allah dan menolong Rasul-Nya.” (HR. Hakim)

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami