BerandaKabar PondokDSPATragedi Saini Saputra: Dari Insiden Pembakaran hingga Pemulihan di RS Mataram

Tragedi Saini Saputra: Dari Insiden Pembakaran hingga Pemulihan di RS Mataram

- Advertisement -spot_img

Boyolali – Kekerasan bisa menyusup di tempat yang tak terduga. Bahkan di ruang-ruang suci pendidikan seperti pesantren. Begitulah kisah getir yang menimpa Saini Saputra, seorang santri muda asal Sumbawa, yang menjadi korban tindakan keji di Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Boyolali, Jawa Tengah.

Insiden tragis itu terjadi pada dini hari, 16 Desember 2024. Seorang pria, yang mengaku sebagai kakak dari santri berinisial E, datang ke lingkungan pondok dengan penuh emosi. Ia menuduh Saini mencuri ponsel. Namun tuduhan itu tidak hanya berhenti pada kata-kata. Dalam tindakan brutal, pelaku menyiramkan bensin ke tubuh Saini dan membakarnya hidup-hidup. Aksi tersebut mengejutkan komunitas pesantren dan publik luas.

Pihak pondok segera merespons. Dalam pernyataan resminya yang dirilis sehari setelah kejadian, 17 Desember 2024, pengurus Pondok Pesantren Darusy Syahadah menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras aksi kekerasan tersebut. Mereka menyebut insiden ini sebagai tragedi kemanusiaan yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam dan pendidikan pesantren. Pernyataan lengkap tersebut dapat dibaca di tautan berikut:
👉 Pernyataan Resmi Darusy Syahadah Tentang Adanya Tindak Kekerasan Terhadap Santri

Langkah pemulihan Saini bukanlah proses yang singkat. Awalnya ia dirawat di RSUD Simo pada 18 Desember. Tim kesehatan pesantren yang dipimpin oleh dr. Fauzan terus memantau perkembangannya. Harapan mulai tumbuh ketika Saini menunjukkan tanda-tanda membaik dan dipindahkan ke UKP (Unit Kesehatan Pondok) pada 25 Desember.

Namun takdir berkata lain. Malam berikutnya, kondisi Saini kembali memburuk. Demam tinggi dan sesak napas memaksa tim medis untuk merujuknya ke RSUD Dr. Moewardi di Solo. Sejak saat itu, perjuangan Saini melawan luka bakarnya terus berlangsung di balik tirai rumah sakit.

Perjalanan pemulihan ini juga didokumentasikan dalam publikasi resmi pesantren. Update menyentuh terkait perkembangan kesehatannya dapat disimak dalam artikel berikut:
👉 Update Perkembangan Saudara Saini: Santri Darusy Syahadah Korban Luka Bakar

Tanggal 28 Februari 2025 menjadi babak baru dalam perjalanan panjang penyembuhan itu. Saini menjalani operasi lanjutan dengan dukungan penuh dari pihak pesantren dan tenaga medis. Di tengah kesakitan dan masa pemulihan yang berat, Saini tetap menunjukkan keteguhan hati. Dalam ungkapan singkat penuh haru, ia menyampaikan rasa syukur atas dukungan moril dan materiil yang ia terima. Orang tua, para asatidz, dan lembaga pemerhati anak turut hadir dalam setiap tahap perawatan.

Kisah harapan dan operasi kesekian kalinya ini juga dibagikan dalam laporan resmi:
👉 Harapan Baru untuk Ananda Saini: Operasi Kesekian Kalinya di Rumah Sakit Moewardi

Dukungan terus mengalir. Pemerintah Daerah Jawa Tengah melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) ikut menanggung biaya pengobatan Saini. Pimpinan pondok, Ustadz Qosdi Ridhwanullah, menyampaikan apresiasi atas sinergi tersebut. “Ini bukti bahwa kita tidak sendiri menghadapi luka,” ujarnya.

Puncak perhatian terhadap pemulihan Saini terlihat pada 4 Maret 2025. Kementerian Sosial, melalui tim khususnya, melakukan kunjungan langsung saat kontrol kesehatan di RS Moewardi. Kunjungan itu bukan hanya bentuk pengawasan medis, tetapi juga simbol bahwa negara hadir bagi warganya yang menjadi korban kekerasan. Liputan lengkap kunjungan ini tersedia di:
👉 Kunjungan Kementerian Sosial untuk Santri Korban Luka Bakar di Pesantren Darusy Syahadah

Selama proses pemulihan ini, pihak pesantren dan keluarga Saini menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Fauzan, yang telah setia menemani dan mengawal proses penyembuhan dari awal hingga kini. Ucapan apresiasi juga disampaikan kepada dr. Indira dan timnya, yang dengan dedikasi dan pengorbanan luar biasa, telah memberikan jalan terbaik bagi Saini untuk bisa pulih secara medis maupun mental.

Sementara itu, proses hukum terhadap pelaku kekerasan pun telah tuntas. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Boyolali pada tanggal 30 April 2025 dan telah divonis hukuman sesuai dengan tuntutan yang tertera pada perundang-undangan yang berlaku.

 

Adapun kondisi terkini Saini, hingga pertengahan Mei 2025, ia masih menjalani rawat jalan di sebuah rumah sakit di Mataram, dan untuk mendukung proses penyembuhan, ia kini tinggal di kos-kosan yang berada di samping rumah sakit tersebut. Pihak pondok pesantren juga telah menyatakan bahwa Ananda Saini dinyatakan cuti dari statusnya sebagai santri aktif hingga kondisi kesehatannya memungkinkan untuk kembali.

Bagi masyarakat atau pihak yang masih penasaran tentang kronologi kejadian perkara, proses penanganan, hingga perkembangan berita kasus ini dari awal hingga saat ini, dapat merujuk langsung pada riwayat pemberitaan resmi yang telah didokumentasikan melalui website dan platform media resmi Pondok Pesantren Darusy Syahadah sebagaimana tautan-tautan di atas.

Pihak pesantren juga menegaskan bahwa kasus ini telah dianggap paripurna, tuntas secara hukum dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, tidak perlu lagi diperpanjang atau dibesar-besarkan, demi menjaga suasana kondusif dan mendukung pemulihan korban.

Akhir kata, kami memohon doa dari antum semua untuk kemudahan urusan Ananda Saini. Semoga Allah ﷻ memberikan ketabahan hati, mempercepat kesembuhannya, dan membalas setiap ujian ini dengan kebaikan yang berlipat. Semoga pula kita semua senantiasa dijaga dan dilindungi dari segala bentuk keburukan dan bahaya di mana pun berada.

Luka bisa membekas, tetapi kasih sayang, doa, dan solidaritas akan selalu menjadi penyembuh yang tak lekang oleh waktu.

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami